11. UJIAN TELAH TIBA

50 8 8
                                    

                 Seperti biasa setelah selesai sholat isya' aku selalu bertempur dengan buku-buku pelajaran, untuk mendalami pelajaran agar lancar waktu ujian nanti. Dan hari ini adalah hari minggu yang dimana berarti besok adalah hari pertama ujian, aku harus lebih fokus lagi untuk belajar.

"Lan,, sini bentar!" Suara ibu dari luar kamar terdengar nyaring, entah ada apa diluar sana. Aku segera keluar kamar.

"Ada apa bu?" Tanyaku sambil berjalan kearah pintu depan, tempat ibu memanggil namaku.

"Lihat ini, ada lipatan kertas tulisannya buat kamu." Ibu memperlihatkan lipatan kertas yang dipegangnya.

"Ibu dapat dari mana itu?"

"Tadi ibu mau duduk di teras, sambil nunggu ayahmu pulang check up sama om kamu, tiba-tiba ga sengaja ibu nginjak ini terus ibu ambil." Jelas ibu dengan menyerahkan kertas itu padaku.

"Yaudah bu, Bulan buka dikamar aja ya, sambil mau nerusin belajar biar ga malem-malem nanti selesainya."

"Iya, eh kamu udah makan belum? Kalau belum makan dulu Lan!"

"Udah kok bu!" Jawabku sambil berjalan menuju kamar tidurku. Setelah sampai kamar, aku membolak-balikan kertas lipatan itu.

"Kertas ini kok sama seperti kertas...." Aku mencoba mengingat sesuatu.

"Ohh yaa, ini seperti kertas puisi misterius itu!!" Seruku setelah mengingatnya. Kemudian aku mengambil kertas puisi itu, untuk memastikan dugaanku memang benar. Dan yaa, dugaanku memang benar setelah aku menyamakan dua kertas itu, bener-bener sama persis lipatannya juga sama, bedanya yang sekarang dilipatan paling atas ada tulisan "Untuk Bulan" . Segera aku membukanya untuk melihat isinya.

Bulan,

Jangan lupa istirahat..

Lihat, bintang sangat membutuhkanmu

Begitu pun dengan malam..

Mereka akan gundah,

Bila tak bisa melihat sinarmu yang indah!

                Lagi-lagi aku tersenyum membaca puisi misterius ini. Dan ketika membaca kata istirahat, aku jadi teringat kalau beberapa hari ini aku selalu makan telat dan tidur malam untuk belajar menghadapi ujian. Kalau dulu aku masih bisa menyempatkan untuk tidur siang, tapi sekarang aku lebih memilih untuk membuka buku pelajaran dari pada tidur siang, yaa semoga usahaku membuahkan hasil dan bisa membanggakan kedua orangtuaku.

"Siapa ya kira-kira yang mengirimkan puisi-puisi ini untukku, kok bisa dia tau alamat rumahku, padahal aku jarang banget ngajak temen kerumah, bahkan tidak pernah hmm! Ehh bentar ada cowok yang bener-bener tau alamat rumahkuuuu..." Pikirku dalam hati, yang kemudian mengingat sesuatu.

"DEVA!!" Mulutku tiba-tiba mengucapkan dengan lantang. Dan beruntung ibu diluar tidak mendengar.

"Tapi masa Deva sihh, ngapain juga tuh cowok misterius membuat kayak gini untukku, lagian kalau disekolah juga tidak ada tanda-tanda aneh dari dia, terlihat biasa aja. Malah sekarang dia digodain terus sama Sindy, jadi ga mungkin kalau Deva yang buat apalagi dia kan cuek banget ga mungkin lah dia mau ribet-ribet buat puisi dan ngirim kerumah lagi!" Ucapku pelan sambil menerka-nerka.

"Ahh,, sudahlah!" Aku menghentikan pikiranku tentang puisi misterius itu lalu melanjutkan belajar.
--------------------
   
                       Hari ini waktu ujian telah tiba, dan aku sudah janjian sama Risthi berangkat lebih pagi untuk mencari bangku terlebih dahulu.

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang