9. PUISI MISTERIUS

55 7 9
                                    

                  Setelah dua hari aku izin kini saatnya aku kembali ke sekolah bertemu dengan rumus-rumus yang membuat otakku panas lagi. Ayah sudah kembali ditengah-tengah kami, meskipun kini harus duduk dikursi roda dan tangan kirinya masih harus digendong karena patah, membuat aku tidak bisa mendengar petikan gitarnya lagi. Sedih, tapi untuk sekarang yang terpenting yaitu aku bisa berkumpul satu rumah bersama ayah dan ibuku, aku bisa canda tawa lagi dengan ayah, bicara langsung dengannya tanpa harus lewat telefon, dan yang pasti bisa menghabiskan waktu yang lebih lama dengannya.
----------------
                    Waktu menunjukkan pukul 05.58 WIB, yang artinya aku harus buru-buru untuk lari menuju kelas sebelum keduluan dengan guru yang mengisi jam tambahan pagi ini. Karena berlari dengan sangat cepat sampai-sampai aku tidak melihat ada batu didepanku yang akhirnya membuatku jatuh tersungkur, buku tebal yang ada ditanganku jadi terlempar jauh didepanku.

"Untung sepi, jadi tidak terlalu malu.." Kataku dalam hati sambil menengok ke kanan dan kiri memastikkan memang tidak terlihat orang. Baru juga aku mau berdiri, tiba-tiba suara seseorang dari belakang mengagetkanku.

"Lain kali berangkat lebih siang lagi, biar aku bisa melihatmu jatuh lagi.." Katanya sambil tertawa kecil. Aku segera bangun dan melihat suara siapakah itu yang pagi-pagi sudah memancing emosiku.

"Haaa,, kamu?!" Aku terperanjat kaget ketika melihat orang itu adalah Andi, si pujaan hatinya Risthi. Aku malas meladeninya dan langsung memalingkan pandanganku kemudian mengambil buku tebalku yang terjatuh tadi, untuk meninggalkan cowok ngeselin itu.

"Jangan cuek-cuek entar ga laku! Hahaha" Teriak dia mengejekku, yang semakin membuatku kesal. Aku mempercepat langkahku menuju kelas, sambil menggerutu kesal.

"Dasar cowok ngeselin, sembarangan ngatain aku ga laku, hmm Ris Ris apasih yang kamu sukai dari cowok kepedean itu. Huh!" Gerutuku kesal sepanjang perjalanan menuju kelas. Dan beruntung meskipun sudah jam enam lewat lima menit belum ada guru yang masuk ke kelas, jadi aku aman.

"Kenapa Lan, datang-datang sudah manyun aja tuh bibir." Ucap Risthi ketika melihat raut wajahku yang begitu kesal.

"Apasih yang kamu suka dari cowok ternyebelin itu Ris, heran deh!" Ucapku dengan nada sangat kesal. Risthi terlihat bingung dengan ucapanku.

"Ternyebelinn? Siapaa sih Lan??" Tanya Risthi dengan sangat heran.

"Siapa lagi kalau bukan si Andi!" Seruku sambil mengeluarkan buku tulisku, lalu menatap wajah bingung sahabatku itu ketika aku menyebut nama Andi.

"Haahhhh,,, emang ada apa dengan Andi, kamu ketemu dimana??" Tanya Risthi heran sambil mengeluarkan nada hebohnya.

"Tadi didepan." Jawabku singkat.

"Lah,, kok bisaa Lann?? Terus kalian ngapain, kenapa kamu kesal denganya, Lan jawab cepet!" Lagi-lagi Risthi bertanya dengan heboh, aku menarik nafas lalu mengeluarkannya kasar, sebelum menjawab pertanyaanya.

"Gatau! Tiba-tiba dia dibelakangku dan bilang aku ga laku, kan ngeselin banget! Hiiihhh.." Jawabku dengan nada sangat kesal sambil memegang erat bolpoin ditanganku.

"Bentar deh, pasti ada alasannya dia bilang seperti itu, kamu pasti melakukan hal aneh kan, hayoo ngakuu..!" Tebak Risthi sambil tertawa kecil.

"Hal aneh apaa? Dia yang aneh, tau orang lagi jatuh bukannya ditolongin malah ngejek, yaudah aku tinggalin aja!" Jawabku masih dengan nada kesal.

"Eeee.. Dia malah bilang jangan cuek-cuek ntar ga laku! Aaaa kesel banget sama orang kepedean itu!!!" Lanjutku semakin kesal. Melihat raut wajahku yang kesal itu Risthi malah tertawa geli.

"Kayaknya dia membuatmu buta deh, iya buta karena cinta. Udah dibilang Andi itu nyebelin, masih aja kamu suka. Aneh aku mah sama kamu Ris hemm.." Ucapku sambil melihat kearah sahabatku yang semakin geli tawanya mendengar ucapanku.

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang