17. MENJAUH

42 5 7
                                    

                  Hujan deras membuatku dan Risthi mengurungkan niat untuk pulang karena kita tidak membawa jas hujan maupun payung, jadi kita memutuskan untuk berteduh di musholla sekolah. Tiba-tiba aku teringat ponselku, yang dari tadi tidak terjamah olehku. Aku segera mengeluarkan semua isi tasku untuk mencarinya.

"Cari apa Lan, sampai dikeluarkan semua?" Tanya Risthi heran melihatku.

"Ini Lan, aku lupa taruh ponselku dimana." Jawabku panik dengan masih sibuk mencari.

"Sini aku bantu!!" Risthi membantuku.

"Nggak ada Lan ditas, coba liat disakumu." Perintahnya. Aku mengikutinya.

"Alhamdulillah,, ketemu Ris." Ucapku lega.

"Dimana tadi?" Tanya Risthi.

"Disaku jaket, hehehe"

"Ahh dasar nenek pikun!!" Aku tertawa mendengar ucapan Risthi. Kemudian memasukkan kembali isi tasku. Dan tiba-tiba Risthi mengambil lipatan kertas yang tergeletak di lantai bersama dengan barang-barangku yang lainnya.

Bintang pernah berkata,

Bahwa malam membutuhkan bulan..

Akan tetapi dia lupa, bahwa bukan hanya bulan yang malam butuhkan,

Namun juga dirinya..

Bahkan,

Kadang malam tidak perduli, ketika bulan tertutup mendung.

Karena ada bintang bersamanya.

Lantas bagaimana dengan bulan, ketika malam lebih memilih bintang.

Apakah dia harus pergi, dengan rasa kecewa?

Atau bertahan dengan rasa sakit?

Atau bahkan, dia harus pura-pura bahagia?

Agar malam tetap bisa bersama bintang?! Entahlah!!

BulanPW_

Dia membaca puisi yang baru saja aku buat sewaktu jam istirahat tadi, entah kenapa aku membuat puisi seperti itu semua mengalir begitu saja. Segera aku meraih kertas itu dari tangannya.

"Hayoo lagi galau ya!!" Ledeknya.

"Apasih ga kok biasa aja!" Jawabku sambil memasukkan kertas puisi itu kedalam tasku.

"Oh ya, gimana kemarin udah ketemu sama penulis puisi misterius itu??" Tanya Risthi penasaran.

"Belum!"

"Lahh, kok belum sih Lan?"

"Bukan dia yang nulis pesan itu."

"Terus siapa??"
Sebelum menjawab pertanyaan Risthi aku teringat pesan Sindy tadi malam kalau aku tidak boleh cerita sama siapapun tentang kejadian di cafe.

"Nggak ada siapa-siapa Ris, kayaknya itu hanya orang iseng!" Aku terpaksa berbohong dengan sahabatku itu.

"Yahhh, ngeselin banget tuh orang bercandanya keterlaluan, huh! Padahal aku udah berharap itu si penulis itu!!" Aku hanya tersenyum simpul menanggapinya.

Diam Membungkus Perasaanku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang