Hayoung
" Aku mohon ... " pintaku sekali lagi dengan lebih memelas.
Beberapa pria yang ada dibawah masih menatapku dengan alis mengerut. Aku mengenal beberapa diantara mereka yaitu Seokjin dan Yoongi karena mereka pernah kulihat rapat bersama Ayah. Akan tetapi, tak ada satupun yang merespon permintaan ku. Sekarang, aku sendiri bingung bukan main untuk memikirkan cara turun ke bawah. Sesekali mataku menengok ke dalam kamar untuk memastikan Jungkook tidak datang. Tanpa aku sadari, pria-pria yang semula ada disana beranjak pergi—menyisakan seorang yang paling tinggi diantaranya. Aku tidak begitu mengenal dia.
" Masuklah, " ujarnya yang menatapku sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada. " Percuma kau melakukan ini. "
Aku tidak menggubris perkataan pria itu. Perlahan-lahan kakiku berjalan menyusuri pinggiran jendela. Mungkin tidak akan terlalu sakit jika harus loncat ke bawah. Aku bisa menurunkan tubuhku pelan pelan dengan berpegang pinggiran lalu segera loncat. Yah, tidak terlalu tinggi kok.
" Nona Kim, " ujar pria itu sekali lagi. " Ini bukan tata krama menjadi seorang putri. "
Aku yang sudah bergelantungan menjawab, " Ini sudah jaman modern, Tuan Tinggi. Aku bukan putri bodoh yang akan diam saja jika disekap dalam kamar yang tak kukenali sama sekali. "
Kemudian tak ada jawaban. Aku sedikit tak yakin bila pria itu masih ada disana karena aku membelakanginya. Jika aku jadi dirinya, mungkin aku memang sudah pergi dari tadi. Berurusan denganku dapat membawa setiap orang masuk ke jalur hukum. Lagian Ayah tak akan senang jika mendapati diriku bergelantungan seperti sekarang ini.
Dengan perlahan aku mencoba melorot dan meraih tiang yang berada di lantai satu. Pertama-tama, aku menjepitnya dengan kedua kakiku lalu turun perlahan dengan berpegangan pada tembok. Setelah mendekap tiang itu seluruhnya, aku langsung meluncur turun dengan napas terengah. Jujur saja, tulangku nyeri bukan main karena beberapa kali sempat terantuk dan jari tanganku sakit dikarenakan menanggung beban tubuh yang begitu berat. Ketika aku berbalik, aku masih mendapati pria itu berdiri di tempat yang sama. Bedanya, sekarang ia terlihat menjulang tinggi didepanku. Aku dapat melihat nama 'Kim Namjoon' tersemat di sakunya.
" Baiklah, Tuan Kim. " ucapku sambil melirik ke sakunya. " Mau membantu? "
Pria itu tersenyum perlahan. Garis bibirnya terangkat hingga menampakkan lesung pipit yang membuat wajahnya menjadi begitu manis. Ia berjalan ke arah mobil yang sudah terparkir di belakangnya lalu membukakan pintu.
" Silahkan masuk, Putri Kim. " balasnya sambil memberikan kode agar aku masuk.
Mataku membulat, nyaris tak percaya bahwa dia akan membantuku. Mendadak aku cemas bila Jungkook mengetahui ini. Aku mengigit bibir bawahku lalu menengok ke arah jendela kamar tempatku disekap. Sesaat mataku langsung membulat karena mendapati sosok itu tengah berdiri persis di belakang jendela. Jungkook tengah menatapku tajam sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Tubuhku membeku secara mendadak. Namun aku segera memaksakan diri untuk memasuki mobil Namjoon. Pria itu pun ikut masuk setelah menutupkan pintu mobil untukku.
" Galak sekali ya calon suami-mu itu? " tanyanya sambil melajukan mobil untuk segera meninggalkan rumah besar Jungkook.
Aku tak menjawab. Mataku masih tertuju pada jendela tempat Jungkook berdiri. Pria itu masih berada disana dengan tatapan tajam yang mengarah padaku. Namun kulihat ia berbalik dengan segera setelah mobil Namjoon melaju.
" Aku heran kenapa kau begitu percaya padaku. " ujar Namjoon, memecahkan keheningan. " Kau lebih mengenal Jungkook daripada aku. "
" Tetapi dia mengerikan. " jawabku
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bastard, Jeon ✓ [Book 1]
Fanfic[Completed] Melarikan diri dari istana karena memiliki tekanan batin, jelas menjadi kesempatan bagi Jeon Jungkook. Ia membawa Hayoung masuk ke dalam dunianya. Menculik dengan embel-embel kasih sayang namun berakhir dengan menyakiti lebih dalam. Kim...