Hyun dan SeoYoo bersembunyi dibalik semak-semak sambil mengutak-atik alat di tangan mereka. Tadi SeoYoo berhasil melempar alat pelacak ke kapal musuh hingga menempel disana dan sekarang mereka sedang memastikan apakah alat itu berkerja dengan baik. Ketika mereka bersembunyi, tak sengaja juga mereka melihat beberapa musuh yang lewat. Untung saja mereka tidak ketahuan. Setelah dirasa aman, mereka baru keluar dari semak-semak dan segera kembali.
" Bukankah tadi itu Mr. Cho? " tanya SeoYoo.
" Mr. Cho? Siapa? "
" Mantan ajudan pribadi Hayoung. Aku mendengar bahwa ia ada masalah dengan istana semenjak ia kehilangan memori. Ia mulai mengingatnya dan istana memintanya pensiun karena dianggap bicara omong kosong. "
" Tapi kenapa ia bergabung dengan Paul Yi? Pria tua gendut itu tidak ada hubungan dengan istana. "
Kedua gadis itu terdiam dan mencoba berpikir. Mereka membuat banyak tebakan dalam pikiran masing-masing. Dan ketika salah satunya hendak berbicara, Hoseok berlari ke arah mereka dengan muka marah serta cemas. Dibelakangnya ada Taehyung yang melihat keadaan sekitar dengan gesit.
" Kalian kemana saja!? Jangan pergi jika tidak ada instruksi! " bentak Hoseok.
" Kami menemukan orang yang memulai semua ini. Ia orang yang cukup berpengaruh. " jawab Hyun.
" Paul Yi bukan? Ten—"
" Bukan, Hoseok. Tenanglah, lebih baik kita kembali. Pohon pun punya telinga. " sela SeoYoo.
Kakaknya itu berjalan lebih cepat diikuti Hyun. Hoseok menatap Taehyung untuk memberi sinyal bahwa pria itu harus melakukan sesuatu. Akan tetapi, Taehyung hanya mengangkat bahunya dengan malas. Hoseok menggeram pelan tatkala ketiga orang di depannya berjalan dengan cepat—meninggalkan dirinya yang haus akan penjelasan.
***
Pangeran Kim menatap ke arah depan dengan pandangan kosong. Kematian putri Kim membuat seluruh warga Korea berkabung. Raja mengurung diri di kamar semenjak upacara kematian. Oleh karena itu, Pangeran Kim yang harus menggantikan tugas ayahnya untuk sementara.
" Pangeran, kami meminta izin untuk mengeluarkan barang-barang sang putri. " pinta salah seorang kepala pelayan yang berjalan mendekat ke arah pangeran setelah mengucapkan salam.
Pangeran Kim yang semulanya memandang keluar jendela, langsung berbalik lalu mengangguk pertanda mengizinkan. Ia berjalan di depan pelayan tersebut untuk pergi ke kamar sang adik. Ketika sampai, semua pelayan langsung bergegas membereskan semua barang yang ada. Sesekali ia mengecek dan melihat-lihat.
" Pangeran, kurasa ini benda penting. "
Tiba-tiba seorang pelayan datang kepadanya dan menyerahkan kotak berlapis emas putih dan berlian. Alis Pangeran Kim terangkat. Ia tidak pernah tau bahwa adiknya memiliki ketertarikan pada benda-benda berkilau. Setaunya, gadis itu terlalu simpel bahkan untuk menyandang status seorang putri.
" Dimana kau menemukan ini? " tanya pangeran.
" Di kotak perhiasan putri. "
Maka, ia pun beranjak menilik kotak besar berisi perhiasan milik sang adik. Semuanya tersusun dengan rapi. Namun tidak ada kotak yang bentuknya lebih mencolok daripada yang ia pegang. Mungkin itu sebabnya pelayan langsung memberikan kotak itu pada Pangeran.
" Kenapa kau pikir benda ini penting? " tanya pangeran, berusaha mencari sudut pandang lain.
" Nama Tuan Putri Kim terukir disana. Saya rasa benda tersebut sangat penting. "
Pangeran menganggukan kepalanya pelan. Kemudian ia membuka kotak itu perlahan. Dan saat itu adalah saat dimana pangeran tak bisa mengendalikan diri di depan umum. Ia terperanjat kaget saat melihat patung kecil yang berputar di dalamnya ditambah alunan musik yang begitu istimewa dalam hatinya sejak bertahun-tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bastard, Jeon ✓ [Book 1]
Fanfic[Completed] Melarikan diri dari istana karena memiliki tekanan batin, jelas menjadi kesempatan bagi Jeon Jungkook. Ia membawa Hayoung masuk ke dalam dunianya. Menculik dengan embel-embel kasih sayang namun berakhir dengan menyakiti lebih dalam. Kim...