Siang itu Belgia memilki cuaca yang cerah—sedikit hangat namun masih menyisakan hawa dingin sebagai bukti peralihan musim dingin ke musim semi. Jalanan terlihat sepi karena ini merupakan jam kerja kantor. Hanya beberapa turis yang lewat dan Hayoung adalah salah satunya. Gadis itu tengah duduk di kafe bersama kedua orang gadis lain yang tak lain adalah SeoYoo dan Hyun. Ketiga gadis itu duduk di luar kafe sambil menikmati secangkir cokelat hangat yang asapnya masih mengepul. Gadis-gadis manis itu tampak bosan. Sedari tadi tidak ada yang berbicara. Tepatnya mereka kecewa—ralat Hyun dan SeoYoo kecewa sebab ketujuh pria itu meninggalkan mereka.
" Mereka akan kembali 80 menit lagi. Kita sudah berada di kafe ini kurang lebih selama 15 menit tanpa melakukan apapun. " ujar SeoYoo sambil melirik jam tangannya.
" Bolehkah aku pergi? " tanya Hayoung. Gadis itu sedikit menolehkan kepalanya ke arah jalan dan mengamati jalanan Belgia dengan mata coklat yang sayu. Hyun langsung menatap SeoYoo yang masih terdiam—belum memberikan jawaban. Tadi pagi Jungkook sudah berpesan agar mereka menuruti apa kata Hayoung demi menyenangkan hati gadis itu.
" Baiklah, " sahut SeoYoo dengan senyuman tipis.
Mereka segera bangkit dari tempat duduk dan mengikuti kemana kaki Hayoung melangkah.
***
Hayoung
Aku tidak tau harus berbuat apa. Ini bukan pertama kalinya aku ke Belgia. Namun, aku tidak terlalu mengenal tempat ini. Kunjunganku yang terakhir perihal kerjasama antar negara. Aku sama sekali tidak sempat menjelajahi kota ini, lebih tepatnya aku bahkan tidak menginjakkan kakiku di jalanan. Aku hanya berkunjung ke istana lalu balik ke bandara. Jadi kupikir, kali ini aku dapat menikmati nya dengan baik.
Ketika pandangan mataku menangkap salon kecantikan yang berada di seberang jalan, aku segera pergi kesana diikuti Hyun dan SeoYoo. Sepertinya mereka lumayan senang karena kami pergi ke salon kecantikan. Pelayan disana menyambut kami dengan baik. Hyun dan SeoYoo kompak melakukan creambath dan menicure-pedicure. Sementara aku hanya tersenyum melihat mereka.
" Apa yang anda inginkan, Nona? " tanya seorang pelayan yang mendekat ke arahku.
" Ah, " Aku tersenyum sebentar untuk menjeda kalimat ku. " Aku ingin mewarnai rambutku menjadi hitam dan mengganti stylenya. "
***
Jungkook memijit pertemuan kedua alisnya dengan pelan. Rapat mereka hari ini kacau balau. Tuan VanHoven selaku rekan kerja membatalkan perjanjian dikarenakan mereka kalah saing dengan perusahaan asal Cina. Jungkook hampir saja mengamuk disana jika para hyung nya tidak mencoba menenangkan. Sejujurnya, yang paling pusing disini adalah Kim Namjoon selaku leader. Dia harus memikirkan cara supaya Tuan VanHoven mau berbisnis lagi dengan mereka. Namun, ini agaknya sedikit sulit karena pria itu begitu keras kepala.
" Aku sudah menemukan data orang itu, Hyung. " ujar Jimin yang menatap layar laptopnya dengan mata menyipit.
" Paul Yi, umur 50 tahun, CEO terkaya di Cina. Mem— "
" Tunggu sebentar, " potong Namjoon saat Hoseok mulai membacakan data orang tersebut. " Paul Yi? Bukankah dia yang menipu kita ? Dia telah mengirimi kita senjata palsu! "
" Oh, Paul pria gendut tua itu!? " Yoongi tersenyum licik. " Bukankah dia memang mau menghancurkan bisnis kita? Dia yang menghalangi kita untuk menembus pasar Cina, kan? "
" Kau benar. " balas Namjoon. " Dia memang salah satu musuh yang terselubung. Beruntung Jimin mendapatkan datanya sebelum kita kemari. Kalau tidak, kita tidak akan tau bahwa dia adalah pemilik perusahaan Cina yang menipu kita! Dia bahkan mengutus anak buahnya untuk berpura-pura menjadi dirinya kan? Cih, licik sekali. "
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bastard, Jeon ✓ [Book 1]
Fanfic[Completed] Melarikan diri dari istana karena memiliki tekanan batin, jelas menjadi kesempatan bagi Jeon Jungkook. Ia membawa Hayoung masuk ke dalam dunianya. Menculik dengan embel-embel kasih sayang namun berakhir dengan menyakiti lebih dalam. Kim...