Malam itu Jungkook mendapati pintu kamarnya terkunci. Hayoung berada di dalam sana dan ini jelas membuat Jungkook khawatir. Ia meraih ponselnya dan menelpon gadis itu. Tak berapa lama, pintu itu terbuka, menampakkan Hayoung yang acak-acakan. Jungkook mematikan panggilannya dan menghela napas panjang.
" Maaf, aku mengganggu tidurmu. " ujar Jungkook.
" Tidak sama sekali. "
Jungkook melangkah masuk dan membereskan dirinya sendiri sambil melihat Hayoung yang naik ke tempat tidur. Gadis itu langsung berbaring dan menyelimuti dirinya sendiri dengan hangat. Sejujurnya Jungkook sedikit khawatir. Ia mengerti situasi ini. Sesuatu telah terjadi.
" Kau tau, ada banyak minimarket yang masih buka. Ingin membeli sesuatu? " tanya Jungkook.
" Ingin mochi. "
" Well, kurasa ada satu atau dua di Jepang. Ingin hunting bersama? "
Hayoung langsung menyibakkan selimut dari wajahnya dan menatap Jungkook dengan anggukan pelan. Pria itu sudah berganti ke kaus putih kesayangannya. Jungkook mendekat lalu mengulurkan tangannya dan membantu Hayoung berdiri. Gadis itu sempat melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul 2 dini hari. Ia pun menghentikkan langkah Jungkook.
" Sudah jam segini. Kau pasti lelah. Kita tidur saja. "
" Tidak apa-apa. Selama perjalanan aku tidur kok. Kau sendiri? Tidak bisa tidur? "
" Menunggumu. "
Jungkook tersenyum tipis. Kemudian tangan besar itu merangkum tubuh Hayoung dengan hangat dan mengusap punggungnya pelan. Si gadis hanya diam sambil membenamkan wajahnya di dada bidang Jungkook, menghirup dalam dalam aroma maskulin yang begitu ia rindukan sedari tadi.
" Mau menceritakan masalahmu? " tanya Jungkook, pelan.
" Aku ingin muntah." jawab gadis itu setelah terdiam beberapa saat. " Ada aroma yang mengusikku sedari tadi. Aku rindu punyamu. "
" Apakah Taehyung? "
Hayoung tidak menjawab. Gadis itu membalas pelukan Jungkook dengan erat—mengalungkan tangannya di leher Jungkook lalu membenamkan wajahnya makin dalam. Ia tidak tau harus memulai dari mana. Ia tidak tau harus berbuat apa. Namun, di tempatnya sekarang, hanya Jungkook yang ia miliki. Hanya Jungkook yang akan selalu berada di sisinya.
Pria itu menarik Hayoung dan mengajaknya duduk di ranjang. Ia menggenggam tangan itu dengan erat. Matanya memandang si gadis dengan sayu. Hayoung tidak bahagia dan itu adalah hal yang paling membuat Jungkook sakit.
" Maafkan aku, Jungkook. " ujar Hayoung setelah terdiam sekian lama. " Aku bertingkah palsu. A-aku ingin pergi dari sini. Walaupun aku benci istana, tapi ini lebih mengerikan. "
" Harusnya aku yang minta maaf. Aku yang mengusik hidupmu hingga kau banyak menghadapi bahaya. "
Hayoung mengarahkan pandangannya ke arah Jungkook dengan pelan sebab sedari tadi mata itu itu terus memandang ke bawah. Namun sekarang, ia mendapat keberanian.
" Aku tidak tau harus berbuat apa. Aku ingin pulang. "
" Kau sudah di rumah. " jawab Jungkook dengan nada bergetar. " Ingat-lah selalu Hayoung, bahwa aku adalah tempatmu untuk pulang. "
***
Pagi itu Jungkook bangun lebih awal. Meninggalkan Hayoung yang masih bergelung nyaman di tempat tidur. Sekarang ia sedang duduk di sofa ruang tengah, menyesap secangkir kopi sambil membaca buku yang tadi ia temukan di kamar dengan kacamata bulat bertengger di hidungnya. Pun penampilannya juga sudah rapi. Ia mengenakan kemeja putih dengan beberapa kancing paling atas yang sengaja tidak dikaitkan. Sungguh perwujudan seorang dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bastard, Jeon ✓ [Book 1]
Hayran Kurgu[Completed] Melarikan diri dari istana karena memiliki tekanan batin, jelas menjadi kesempatan bagi Jeon Jungkook. Ia membawa Hayoung masuk ke dalam dunianya. Menculik dengan embel-embel kasih sayang namun berakhir dengan menyakiti lebih dalam. Kim...