Chapter 21 - Fake

3.1K 448 28
                                    

Hayoung

Aku duduk di balkon sambil memakan buah apel yang telah Hyun bawakan untukku. Sudah empat hari semenjak kejadian penembakan itu dan kami masih berada di Jepang. Rencananya klan Bangtan akan pergi dua hari lagi—kecuali Taehyung. Hal ini tentu saja membuat Jungkook sebal setengah mati dan ia jadi melampiaskannya padaku dengan merengek manja.

" Youngie? " ujar seseorang di belakangku yang kuketahui adalah Jungkook.

" Ya? "

" Bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar? " tanyanya dengan lembut.

" Kakiku masih sakit, Jung. "

" Aku tidak ingin meninggalkanmu berdua dengan Taehyung. "

" Memangnya kalian kemana? Kenapa aku tidak bisa ikut? "

Jungkook terdiam. Ia duduk di sebelahku lalu mengambil sepotong apel dan mengarahkan ke mulutku. Aku segera melahapnya.

" Karena kesehatanmu belum pulih sepenuhnya. " balasnya kemudian.

" Tapi tadi kau mengajakku jalan-jalan keluar. "

" Maksudku kau tidak boleh berpergian jauh dan—"

Jungkook menggantungkan kalimatnya aku menatapnya penasaran. " Dan apa? "

" Dan—fyuh, kau tidak boleh kelihatan media massa. "

Matanya menghindar dan tak berani menatapku. Aku tersenyum tipis lalu mencondongkan tubuhku supaya lebih dekat memandangnya.

" Aku mengerti. " ujarku dengan nada tak acuh.

" Jadi, jika kau mengerti, jangan berbuat macam-macam dengan Taehyung selagi aku pergi. "

" Seharusnya kau yang peringatkan dia untuk tidak macam-macam denganku. "

" Tentu saja. Aku hanya mengingatkanmu juga. "

Aku mendecih pelan. Perasaan sakit itu masih terasa di relung hatiku. Tapi aku tidak ingin mengingat atau meratapinya dulu. Aku ingin rileks dan menenangkan pikiran supaya kesehatanku segera pulih. Kemudian aku bisa merencanakan sesuatu untuk membawa ku keluar dari sini.

" Kau tambah cantik. " ujar Jungkook secara tiba-tiba. Aku segera menoleh kepadanya dan tertawa tak percaya.

" Mulut sialan. Sudah berapa wanita yang kau goda, huh? "

" Sayangnya hanya satu yang benar-benar tulus kupuji. Dan itu kau. Berterima-kasihlah pada mulut sialan ini, sayang. "

" Untuk apa? Nyatanya aku memang benar-benar cantik. "

Jungkook bangkit berdiri. Tubuhnya condong ke arahku dan kedua tangannya memegang sandaran kursi yang kududuki sehingga aku berada dalam kurungannya. Matanya menatap tajam namun bibirnya tersenyum jahil. Ah, aku jadi ingat sesuatu.

" Mau sebuah ciuman? " tanyaku, tanpa basa-basi.

Jungkook menaikkan salah satu alisnya dan memandangku tak percaya. Akan tetapi wajahnya mendekat secara perlahan.

" Kau sudah nakal rupanya. " bisiknya.

" Aku belajar darimu. "

Tanganku meraih wajahnya dan mengusap rahang dan pipinya dengan pelan—membuat matanya memejam. Kemudian ia meraih tanganku dan mengusapnya. Aku menghela napas pendek sebelum akhirnya meraih kausnya dan menariknya untuk semakin mendekat. Napas kami beradu dan aku tidak berpikir lagi untuk menciumnya. Tapi, Jungkook menahan bahuku.

" Kau menginginkan sesuatu? " tanyanya.

Aku mencoba mengalihkan pandanganku dan Jungkook memiringkan kepalanya—tanda ia bertanya sekali lagi.

That Bastard, Jeon ✓ [Book 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang