Pukul 4 pagi, Kim Hayoung telah terbangun karena suara ketukan pintu dari luar. Ia bergegas turun dari ranjangnya lalu mengikat rambut coklat gelap yang sudah terlihat tidak natural. Ia sedikit berlari hingga mencapai pintu. Kemudian, dengan cekatan ia membuka pintu besar itu. Di depannya nampak 3 pelayan yang membawa nampan berisi kain dan bunga. Lalu Hayoung sadar bahwa perjuangannya untuk upacara kedewasaan akan dimulai. Mendadak ia melangkah mundur dan merasa mual.
" Bisa beri aku waktu sebentar? " tanya gadis itu dengan lirih.
" Tetapi persiapan harus dimulai sekarang, Nona. Sebelum pukul 6, kau harus sudah siap. " jawab salah satu pelayan.
Hayoung menggigit bibir bawahnya kuat lalu mencoba mencari-cari alasan.
" Kakak! Aku ingin menemui kakak! " seru gadis itu. Ia langsung pergi melewati pelayan-pelayan itu tanpa ada yang berani mencegah. Kaki kecil itu melangkah menuju kamar yang tak jauh darinya—langsung mengetuk dengan keras dan membuat si penghuni kamar langsung terbangun. Pangeran mahkota langsung membuka pintu dan melihat adiknya yang tengah menatap dengan khawatir.
" Aku tidak siap. " ujar Hayoung dengan tampang memelas.
Pria itu menghela napas lalu melihat ke arah pelayan yang sudah berada di belakang si adik—hendak menyeret pergi Tuan Putri untuk persiapan. Akan tetapi, Pangeran Makhkota memberikan isyarat pada mereka lalu merengkuh tubuh adiknya dengan lembut sebelum menutup pintu.
" Kau tidak siap? " tanyanya.
Hayoung terdiam. Ia menundukkan kepala karena tak berani menatap mata sang kakak. Pria didepannya merupakan kakak yang begitu perhatian dan selalu bisa mendeteksi semua masalah yang ada dalam dirinya. Hayoung jadi cemas.
" Katakan padaku, kemana Jeon Jungkook membawamu? " tanya sang pangeran lagi.
" Jungkook? "
" Bukankah kau pergi bersama nya? Kenapa kau tidak berontak ketika ia membalikkan fakta? Kau tau, banyak pengawal kita yang memorinya rusak—tidak mengingat berita penting 4 hari terakhir. Bukankah itu gara gara pria sialan itu? "
" Bu-bukan seperti itu, Kak! D-dia memperlakukan ku dengan baik. "
Sang kakak terdiam sambil menatap wajah adiknya tajam. Dugaannya 100% terbukti. Hal ini didasari dari kecurigaannya terhadap sikap manis Hayoung pada Jungkook semalam. Yang ia tau, si adik tidak pernah sedekat itu dengan pria diluar anggota kerajaan.
" Aku akan menjadi orang pertama yang menentang pernikahan kalian. " ujar pangeran. " Dan mereka harus pergi setelah upacara kedewasaan mu selesai. "
" Kakak, "
" Kenapa? Tidak terima? Kau sudah terlanjur mencintai pria sialan itu? "
" Bukan seperti itu! "
" Hayoung, " lirih sang kakak sambil memegang kedua bahu adiknya dengan lembut. " Kau sudah dewasa, berpikirlah dengan baik. Jangan selalu bermain-main. Ini mengenai masa depan kerajaan juga. Kau tidak bisa pergi bersama dengannya. Takdirmu berada di istana. "
Mendadak hati Hayoung sangat sakit. Ia pikir sang kakak mengerti keadaannya. Tapi nyatanya, dia sama saja dengan sang ayah yang begitu egois—mengungkungnya di istana dan tidak memperkenankan kaki kecilnya menginjak dunia luar. Tetapi, pilihan untuk ikut Jungkook juga bukan hal yang tepat. Hayoung sudah cukup mengerti bahwa pria itu sangat berbahaya—bertentangan dengan istana dan negara. Ia harus memilih salah satu dan masing masing memberikan dampak yang buruk bagi pilihan yang lain.
Tanpa berpikir lebih panjang, gadis itu berbalik dan membuka pintu dengan cepat. Kakinya berlari ke arah kamar tanpa mengucapkan sepatah kata lagi pada Pangeran Makhkota. Ia ingin melupakan semua masalah yang ada lalu mengikuti upacara kedewasaan dengan baik. Perasaan nya mulai lega ketika salah satu pelayan menyiapkan air hangat untuk mandi baginya. Setidaknya ia bisa sedikit mengendurkan saraf-saraf otak nya yang tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bastard, Jeon ✓ [Book 1]
Fanfic[Completed] Melarikan diri dari istana karena memiliki tekanan batin, jelas menjadi kesempatan bagi Jeon Jungkook. Ia membawa Hayoung masuk ke dalam dunianya. Menculik dengan embel-embel kasih sayang namun berakhir dengan menyakiti lebih dalam. Kim...