Saat ini aku berada ditempat yang menurutku dari dulu selalu menegangkan jika diminta masuk dan berbicara dengan umi ataupun abi, tapi sebelum ditanyapun kali ini aku sudah mampu menerka nerka topik yang akan dibahas oleh umi, ini pasti tentang telponan dari nabila ketika tadi diruang tamu, beruntung ria tidak tau menau tentang nabila jika dia tau mungkin dia akan marah padaku. Derap langkah umi membuatku keringat dingin aku yakin dia akan marah besar karna dari dulu dia paling tidak suka aku berhubungan dengan nabila
"Atta jawab ummi dengan jujur apa maksut dari telponan nabila tadi? Kamu berhubungan lagi dengan dia?"
"Ti...tidak mi aku... Aku"
"ATTA JAWAB!! "
nyaliku menciut untuk kali pertama umi semarah ini padaku dan aku tidak bernai berbuat apa apa,, atta kau bodoh sekali
"Iya mi beberapa hari ini aku sering kontekan sama nabila, dia yang menghubungi aku lebih dulu" jawabku pelan
"Atta... Sudah berapa kali umi bilang jangan berhunungan dengan dia lagi ingat kamu sudah punya istri" jawab umi tegas dan memijit mijit alisnya
"Tapi mi aku masih punya perasaan dengan dia"
Seketika mata umi mengarah tajam kearahku nafasnya tak beraturan, dan kini dia mendekatiku dekat sekali dan berbicara pelan namun menusuk
"Atta kalau kamu masih menghargai umi sebagai umi kamu tidak usah kamu berhubungan dengan perempuan itu lagi! Dan ingat jangan harap bantuan dari umi jika nanti istrikamu mengetahui tentang si Nabila umi jamin dia tidak akan memaafkan kamu seandainya dia tau yang sebenarnya! Pikirkan itu baik baik didepanmu sudah ada perempuan baik dan kamu bertingkah? Umi tidak habis pikir kamu sejahat itu ta, istrimu kau larang berhubungan dengan mantannya sedangkan kamu! Asik asikan bersama mantanmu"
Setiap kita yang dikeluarkan umi buatku tersadar tentang kebodohanku beberapa hari ini aku bersama istriku dan bersikap manis padanya sedangkan jika tidak ada dia aku bermain hati dengan perempuan lain, bahkan dia sangat percaya padaki ketika aku katakan perempuan yang menelponku hanyalah temanku tuhan aku telah menyakiti istriku
"Kenapa diam? Mana pembelaanmu?tidak usah kau pendam keluarkan kemarahanmu pada umi karna tidak menyukai perempuan simpananmu itu"
"Tidak umi! Semua yang umi katakan benar aku mang bodoh! Aku memang jahat! Aku egois aku menyakiti istriku yang sudah sangat mempercayaiku"
"Baguslah kalau kamu mengakui kesalahanmu! Sembunyikan semua ini dari istrimu jangan sampai dia mengetahui siapa sebenarnya nabila umi yakin dia akan sangat sangat marah beruntung jika dia memaafkanmu jika tidak kamu adalah orang yang paling rugi telah kehilangan orang baik yang dikirim tuhan untukmu"
Lagi lagi aku tersentak mendengar kalimat umi terlebih ketika dia mengatakan aku akan keholangan orang baik, saat iti aku benar benar takut jika hal itu benar benar terjadi
"Iya umi terimakasih untuk nasihatnya umi"
"Baik temui istrimu "
Aku menyalami umi dan keluar dari ruangan tempat umi mengintimidasi aku, dari atas tangga aku sudah bisa melihat Ria sedang bercanda dengan sohwa dan sajidah dia sangat bahagia sekali, aku tidak ingin melihat dia menangis karna kebodohanku ini, aku langsung turun dan mengambil posisi duduk disampingnya padahal saat itu dia berada ditengah sohwa dan sajidah
"Ishhh bang! Kok main duduk aja sih sakit nih" protes sajida yang pahanya terlidas oleh bokongku
"Abang issh suka kaya gitu, liat sajidah itu kesakitan kamu dudukin pahanya"
Bukannya membalas pembicaraanya aku langsung memeluknya
"Abang ishh malu tau ada adek kamu loh kok main peluk peluk aja" protesnya
"Terserah siapa suruh mereka disini, aku kan peluk kamu karna sabtu besok aku bakalan keluar kota jadi puas puas puasin deh"
"Ya tapi enggak didepan kita juga kali bang " sahut sohwa dan sajidah bersamaan kemudia berlalu
"Tadi sama umi ngomongin apa bang? "
"Oo.. Itu masalah kamu yang besok bakalan tinggal disini selama aku diluar kota"
Jawabku dengan yakin agar ria tidak curiga
"Kenapa enggak ngomong disini? "
"Ya.. Yaa oh iya biar judi suprise buat qahtan"
Jawabanku sangat tidak masuk akal dan lihat sekarang ria mengernyit dan mungkin dia tidak petcaya denganki
"Bang kamu enggak lagi nyembunyiin sesuatu kan dari aku?" dia mentapaku penuh selidik
"Enggak lah aku mana mungkin bohongin kamu"
Aku menjawab dan merangkulnya dan menyandarkan kepalaku dipundak miliknya
Maaf ria aku terpaksa berbohong ini semua aku lakuin supaya kami tidak sakit hati, aku syang kamu
"Bang tuh kan bengong kamh kenapa sih"
"Enggak sayang aku lagi mikirin kamu yang beaok aku tinggalin seminggu"
Ria menggenggam tanganku dengan erat
"Abang fokus kerja aja disini aku bakalan jaga diri dan baik baik aja kan disini ada umi sama adik adik yang lain"
Seandainya kamu tau yang sebenarnya aku fikirkan saat ini, mungkin kamu tidak sudi lagi berdampingan denganku maafkan aku
"Iya sayang, abang bakalan kangen banget sama kamu! Kamu baik baik ya"
Aku mengeratkan pelukanku dengannya dan sesekali mengecup puncak kepalanya demi tuhan aku rasanya ingi. Mengatakan semuanya tapi aku takut apa yang dikatakan umi benar benar terjadi aku tidak mau itu terjadi, aku mencingai istriku aku mencintai dia lebih dari pada masa laluku
"Udah dong mesra mesraannya kadian adik adik kalian jones nanti dilihat malah baper lagi"
Perkataan umi menyadarkan kami dari pelukan yang sangat erat tersebut
"Umi sejak kapan disini?" tanyaku
"Dari tadi tapi kalian aja enggak geuh lagi fokus pacaran umi jadi nyamuk"
"Hahha umi bisa" jawab ria
"Maklum lah mi kita dulu enggak sempat pacatan jadi ya mumpung udah halal ya pacarannya sekarang ya gak sayang"
"Mungkin" jawab ria singkat
"Kalok kayak gini kan enak bisa ngapain aja udah halal, jangan sampe diantara kalian saling hianatin apa lagi balik sama masa lalu kalia "
Jelebb!! Perkataan umi sangatengarah padaku dan sekarang aku me jadi ketakutan
"Kalok sampai atta main dibelakang aku dan ketahuan maaf maaf aja bun aku enggak bakalan sudi balik sama dia terserah deh dia mau mohon mohon kayak apan tau aku enggak bakalan mau"
Aku menelan ludahku dengan susah payah mendengar pernyataan ria jawabannya persis seperti perkiraan umi
"Ya ampunn buk sadess banget sih" jawabku
"Ya bukan apa apa biar kamu tau aja dan biar kamu enggak ngelakuin hal yang enggak aku suka"
"Siapp buk bosss"
Aku dan ria tertawa satu sama lain padahal saat itu aku merasa sangat takut jika dia tau yang sebenarnya
Terimakasih buat para pembaca setia aku dan jangan lupa vote satu bintang dari kalian itu sangat sangat berharga
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiniy
Roman d'amour"dia! sipemarah yang takut kehilangan , namun raut mukanya yang penuh dengan gengsi menutup kesan sayang dan rasa taku kehilangan orang yang spesial di hidupnya" *Atta Halilintar *Ria Yunita (ria ricis)