i'd like a baby💜

2K 134 49
                                    

Mobil yang ditumpangi Atta, Ricis, Thoriq dan Saaih berhenti disebuah hotel. Mereka memasuki kamar yang sudah dipesan, Atta menyeret dua buah koper yang berwarna hitam, tentunya itu miliknya dan juga milik sitrinya siapa lagi jika buka Ricis.
Setelah menguci kamar Atta mendudukan bokongnya di kasur yang empuk diikuti oleh Ricis yang duduk dan menyederkan kepalanya dipundak Atta.

"Capek...."

"Sama Cis, aku juga capek"

Mereka saling bertatapan dan menarik senyum diwajah mereka.

"kamu manis, aku engga tahan pengen makan kamu.. "

Ucapan Atta membuat Ricis mengertutkan kedua alisnya dan ahirnya tersenyum geli, ucapan Atta seperti mengisaratkan sesuatu, ya Ricis mengerti tapi dia tidak mau membahas itu sekarang.

"Ish... Apa sih ada ada aja kamu, masa iya istrinya mau dimakan, kalau aku habis gimana? "

"Apa sih.. Kamu pura pura engak tau pasti, biar aku ga jadi kan.. "

Atta mengeratkan pelukannya pada Ricis dan memainkan alisnya.

"Ya apa? Aku emang enggak ngerti loh, katanya aku mau dimakan makanya aku bilang gitu.. "

"Ish.. Oh iya aku lupa kita belum kasi tau ibu sama umi kalau kita udah disini bareng bareng.. "

"Oh iya, yaudah gih telpon, aku kangen banget sama mereka.. "

Atta menyambar ponsel disampungnya dan menelpon mertuanya terlebih dahulu.

"Assalamualikum Ibu.. "

"Waalaukumussalam Ta.."

"Ibu gimana kabarnya?.. ''

"Baik Ta, oh iya katanya kamu pergi keLondon ya?"

"Iya bu, aku lagi diLondon dan sekarang aku sekarang sama Ricis,Bu dia ternyata ada diLondon"

"Atta lbu engga salah dengar kan? Kamu engga bohongin Ibu kan? "

"Iya Bu, ini Ricis dedkat Atta, Cis nih.. Kamu ngomong sama ibu.. "

"Assalamualaikum ibu, ini Ricis kangen sama ibu, Ricis minta maaf karna beberapa hampir dua bulan engga ngabarin ibu.. "

Ricis menahan air matanya, Atta tidak tinggal diam dia mencoba meguatkan istrinya yang tengah menyalurkan kerinduan dengan ibunya.

"Iya nak,lbu maafin kamu,kamu baik baik dusana sama suamimu ya nak,nanti kabar ini ibu kasi tau ke ibu gen dan keluarga lainnya.

Saluran telepon sudah dimatikan, Atta mengusap punggung sang istri untuk sekadar menenangkan, dia mengerti perasaan yang dirasakan istrinya, kerinduan terhadap keluarga setelah menghilang beberapa bulan tanpa kabar.

"Udah ih jangan nangis, jelek tau enggak sih"

"Biarin.. " ucapnya seraya memukuli lenfan suaminya bertubi tubi.

"Aw...  Sakit sayang.. "

"Terserah, kamu sih ngeselin.. "

"Yaudah ayok, aku udah enggak sabar.. "

Lantas Ricis mengerutkan alisnya, dia merasa geli dengan tingkah suaminya kali ini, sesekali iya menatap kearah jendela untuk sekasar membuang senyum gelinya.

"Enggak sabar ngapain? Kalok ngantuk mah tidur duluan aja.. " ucap Ricis mengalihkan pembicaraan.

"Ish.. Bikin kesel kamu mah lama lama, ayo buat baby... "

Ricis membulatkan matanya mendengar ucapan yg dikeluarkan Atta, sekarang dia tidak ada alasan untuk tidak mengerti seperti tadi ketika elakan demi elakan yang diberikan pada suaminya karna masih memberi kode, sekarang? Dia tidak bisa berkata apa-apa, ini kewajibannya.

DestiniyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang