Adit dan fani melangkahkan kakinya menyusuri setiap sudut rumah sakit. Langkahnya berhenti saat berada didepan pintu ruang rawat. Pintu tersebut perlahan dibuka, dan dilihatnya seorang pria paruh baya berumur sekitar 50 tahun. sedang tertidur dengan pulas nya.
"Gue tunggu diluar fan," ucap adit. Sebelum adit melangkah menjauh dari dirinya, secepat mungkin fani mencekal tangan adit untuk tetap berada didekat nya.
"Disini aja dit, temenin gue. Disaat seperti ini gue mau lo yang ada disamping gue, bukan orang lain" kata fani. "Makasih juga dit. Udah ninggalin kiara demi gue"
Alis adit bertautan ia tidak paham apa yang fani katakan tadi. "Maksud lo?"
"Iya, lo lebih milih tolongin gue buat ke sini ketimbang nganterin kiara pulang, lo suka gue ya? Makanya peduli banget." Tanya fani dengan penuh kepercayaan.
"Gak semua menolong orang itu dapat diartikan kalo kita suka dia"
"Tapi kan biasanya kalo cowok nolongin cewek itu tanda nya suka. Apalagi sampai ninggalin pacar nya. Kayak lo tadi"
Adit menghela napas nya secara perlahan. Agar emosi nya tidak meledak. Gerah juga lama-lama berada didekat fani. Bukan cuma sifat nya tapi otak nya juga udah koslet, Percaya diri sih boleh-boleh aja, tapi jangan terlalu berlebihan. Jatuh nya kepedean.
Kalau bukan karena kasihan terhadap papah nya. Adit tidak sudi berada didekat fani saat ini. Jika disuruh memilih antar fani atau bunda. Jelas, adit memilih mengantarkan bundanya ke pasar yang gerah ketimbang bersama fani diruangan ber-AC ini. Setidaknya mba-mba tukang sayur tidak lenjeh seperti yang fani lakukan saat ini.
"Lo gak malu? Disini ada bokap lo yang lagi sakit. Berdoa! Bukan nya ngebahas soal kayak gini" ketus adit.
"Bokap gue lagi tidur dia pasti juga gak denger,"
Otak gesrek. Adit mulai mengabaikan ucapan fani. Ia tidak mau menanggapi nya. Karna semua yang dilontarkan dari mulut nya tidak ada yang penting sama sekali.
"Lo yakin ga suka gue? Gue lebih cantik loh daripada kiara" goda fani.
Adit masih setia mengabaikan fani.
"Dit lo denger gak sih? Gue itu suka sama lo"
"Gue enggak,"
"Bohong, lo peduli sama gue dan gak mungkin kalo lo gak suka sama gue"
Adit menghela nafasnya gusar, "Gue cinta sama kiara, dan akan selalu begitu." Ucap adit dengan penuh keyakinan. "Gue pamit," lanjut nya.
Setelah mengatakan itu dia berjalan ke arah pintu untuk pulang. Semakin lama berada disini akan membuat adit semakin tersulut emosi. Dia tidak habis pikir dengan manusia satu ini, mengapa tidak ada malu nya? Sampai-sampai menggoda adit yang jelas-jelas masih berstatus pacar orang, yaitu kiara. Yang tidak lain adalah adik kelas nya sendiri.
"Kalo enggak bisa didapatkan secara baik-baik, gue bakal ngelakuin hal yang licik buat dapetin lo, liat aja nanti." Ucap fani dengan seringai senyum diwajah nya.
*****
Suasana kamar kiara benar-benar hening. Semenjak sepulang sekolah ia menjadi sangat pendiam dan tidak banyak bicara. Alfa yang sempat melihat perubahan diraut wajah kiara. Berinisiatif untuk mengganggu kiara dan membuatnya menjadi cerewet seperti biasanya. Tapi justru tidak ada respon sama sekali dari kiara. Ia bahkan langsung menuju kamarnya dan menutup pintu dengan rapat-rapat.
Ia memandangi ponsel-nya berharap seseorang yang kiara tunggu sedari tadi menelfonnya atau sekedar me-notice nya di line. Tapi, mengapa orang yang dia tunggu tidak memberi kabar sedikit pun semenjak sepulang sekolah tadi. Sesibuk itukah dia sampai-sampai untuk membalas pesan pun tidak ada waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Hati
HumorKiara Anastasya. Perempuan yang memiliki wajah cantik, hobi makan. dan juga baik hati. Tidak bisa dipungkiri lagi banyak laki-laki yang ingin mendapatkan hatinya. Tapi sayang, hati nya sudah sudah ia tutup semenjak bertemu dengan seseorang yang baru...