"Eh, bentar, ini hari senin?"tanya Kevin yang baru saja datang, kaget melihat teman-temannya yang memakai baju seragam putih abu-abu. "Gue kira hari jumat. Gue pakai baju muslim begini."
Semua langsung menyemburkan tawa. Kevin memasang wajah memelas dan duduk di samping Ali. Mengambil rokok yang ada di meja, lalu menghisapnya.Damar masih tertawa. "Emang mamah lo gak bilangin atau ngingetin?"
"Engga," Kevin menggeleng. "Mamah gue tuh sama gue sama. Sama-sama pelupa, ceroboh, ya intinya gitu deh."
Ali ikut tertawa, mengeluarkan asap rokok dari mulutnya, lalu menepuk bahu Kevin yang berada disampingnya. "Gak usah khawatir, kebiasaan lo! Lo lupa sekolah ini punya siapa?"
"Oh iya gue lupa!" Kevin menepuk jidatnya. "Sekolah ini kan punya Aliandigo Alvaro, si pemimpin segalanya." Kevin menyengir sambil merangkul Ali.
Seperti biasa, Ali selalu menjadi penenang mereka. Terbebas dari omelan atau hukuman dari para guru. Pernah, mereka di hukum habis-habisan karena merokok di kelas, termasuk Ali. Bukan guru yang menghukum, tapi Bunda Ali sendiri. Hukuman dari Bunda lebih berat dibanding hukuman dari para guru. Waktu itu, Bunda menghukum menyuruh mereka semua membuka baju seragam, melepas celana, dan memberikan berbagai celana boxer bertema kartun anak-anak, lalu mereka berlari memutar lapangan sebanyak 20 kali. Lapangan sekolah yang sangat cukup dibilang luas. Yang membuat berat bukannya berlari memutar lapangan sebanyak itu, bagi mereka itu hukuman kecil. Tapi, masalahnya itu di penampilan mereka yang hanya memakai celana boxer. Itu sangat memalukan bagi mereka, seorang para playboy serta badboy terkenal disekolah ini.
"Ekhem, mbak Mike," Kevin berdiri menghampiri janda cantik itu. "Aku pesan kopi dong satu! Yang pahit aja. Kan kalau lihat mbak Mike udah manis, HEHEHE"
"Panggil tante, bukan mbak!" Katanya dengan ketus. Mike menatap semuanya. "Kalian juga, kalau manggil tuh tante, bukan mbak, ya? Kampungan tau!"
Damar menyahut sambil menekan ucapanya. "Iya, tante," lalu disusuli tawa dari semua.
Kini Ali yang menyahut. "Kalau Ali panggil sayang aja, ya?"
"Boleh! Boleh banget!" Mike langsung menghampiri Ali dengan mata berbinar, wajahnya sangat tebal makeup. Tubuhnya sangat semok membuat semuanya gagal fokus. "setiap pagi kesini setoran duit! Kalau bisa, beliin anak tante susu. Kan tante udah nggak punya suami,"
"Sana ah, tante," Ali berubah jadi ketus. "Layanin teman saya tuh."
Semua langsung tertawa. Mereka sangat paham jika Ali seperti itu. Kevin yang disana ikut tertawa juga. Sedangkan Mike memasang wajah heran, menatap Kevin seolah bertanya. Ali ilfeel dengan cewek bertubuh menonjol. Eh, bukan gitu deh. Lebih tepatnya, Ali kesal karena itu membuat imannya tergoda. Sebagai lelaki, pasti Ali mempunyai nafsu.
"Lebih baik tante layanin Kevin aja," Kevin menghampiri Mike. "Maksud Kevin, layanin buatin kopi. Bukan layanin anu, ya? Kevin masih perjaka. Kevin gak mau berbuat dosa."
Mendengar itu, janda muda berbadan semok itu langsung menjewer telinga Kevin. "Gaya lo! Masih kecil!"
"Awww, aduh sakit tante," Kevin meringis sambil tertawa. "Tante sok tau kalau punya Kevin kecil!"
"Mesum!!!" Mike langsung kembali ke dalam warungnya. "Mau kopi apa lo anak kecil?!"tanyanya dengan mata melotot.
"Kayaknya upacara udah mau selesai deh. Kita kesana yuk?"ajak Kevin pada para rombongannya. Mengabaikan Mike. "Kita bolos upacara aja, jangan bolos sekolah."
"Disini aja. Gue malas."lesu Ali.
"Gue mau kabur dari janda itu. Gue gak bawa duit buat pesan kopi. "Kevin berbisik sambil melirik Mike yang masih melotot kearahnya. "Ayolah, gue juga gak mood disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Is Mine
Teen FictionSosok playboy yang mempunyai sifat dingin, tidak pernah berprilaku manis terhadap perempuan, dan kini dia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan seorang perempuan mungil yang mempunyai sifat polos berbeda dengan perempuan lainnya.