BAB 39

12.5K 1K 209
                                    

Prilly berjalan santai menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Tentu saja masih sepi karena jam baru menunjukan pukul 06:10 pagi. Pasti mereka masih siap-siap atau baru beranjak bangun dari tidurnya. Kalau bukan karena hari ini jadwad Prilly piket kelas, pasti ia juga masih sama seperti mereka. Masih berguling-gulingan di atas kasur kesayangan.

Tidak. Prilly tidak malas. Ia bersemangat dan tersenyum menyapa pagi ini. Pagi yang entah keberapa tanpa sosok lelaki itu.

Masuk ke dalam kelas, Prilly mengernyit melihat seorang lelaki berdiri memunggunginya, berdiri tepat di samping mejanya. Ketika Prilly melangkah mendekatinya, lelaki itu membukuk seperti memasukkan sesuatu ke dalam kolong mejanya.

Apa lelaki itu penjahat yang sedang memasukkan bangkai tikus ke dalam kolong mejanya? Tidak mungkin. Prilly menggelengkan kepalanya karena terpengaruh sama kejadian sinetron-sinetron aneh.

Prilly tersentak kaget ketika lelaki itu berbalik badan menghadapnya.

Lelaki yang sudah lama ia tidak lihat wajahnya kini sudah berada di hadapannya dengan jarak dekat. Mata tajam yang sudah lama tidak bertatapan dengan matanya kini menatapnya dengan sendu. Mereka saling bertatapan seolah menyalurkan rasa rindu.

"A.. Ali?" Prilly terbata-bata. Matanya menatap tidak percaya melihat sosok Ali berada di hadapannya sekarang.

Sementara Ali tidak begitu terkejut. Ia tampak tenang ketika di pergoki Prilly. Karena memang kedatangan perempuan itu yang ia tunggu. Ali tersenyum tipis, menyeka keringat di pelipisnya kemudian melangkah pelan mendekati Prilly.

"Apa... kabar?"tanya Ali dengan senyuman canggungnya.

"Selalu baik,"jawab Prilly setelah ia terdiam sejenak. Prilly memberikan senyuman manisnya pada Ali. "Selalu baik tanpa kamu."lanjutnya. Berbohong. Tentu saja hatinya masih berantakan karena lelaki yang berada di hadapannya ini.

BAIK-BAIK SAJA BAGAIMANA?!

Ali mengangguk samar. Bodoh. Ia sudah bodoh menanyakan hal itu. Ia sudah lupa jika Arkan sudah membuat Prilly bahagia tanpanya.

"Kamu... ngapain disini?"tanya Prilly menatap Ali dengan intens.

"Mau ketemu kamu."

"Ketemu aku?" Prilly mengernyit seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya. Dan Ali menjawab dengan anggukan.

"Prilly,"panggil Ali parau.

"Ke--kenapa?" Prilly berusaha biasa saja. Padahal ia sebenarnya merinding mendengar suara Ali memanggilnya seperti itu.

"Untuk kali ini aku mohon sama kamu. Tolong dengerin penjelasan aku dulu, ya? Aku mau jelasin semuanya sama kamu. Aku mau lurusin semua nya,"ujar Ali menatap Prilly dengan tatapan memohon.

Prilly menghela nafas panjang. Perempuan itu membuang wajah dan tatapannya ke arah lain. Jujur saja, ini adalah hal yang Prilly tunggu dulu. Menunggu Ali datang menemuinya untuk menjelaskan ucapannya saat di roftoop waktu itu. Tentang kenapa ia tidak bisa memperjelas hubungannya.

Tetapi setelah kejadian itu yang Ali lakukan adalah berdekatan dengan Bella tanpa canggung di hadapannya. Itu sangat menunjukkan jika Ali tidak bisa memperjelaskan hubungan bersamanya karena Bella. Karena ia memilih Bella.

Sakit. Kecewa. Itu yang lagi-lagi Prilly rasakan.

Jadi, sekarang penjelasan itu sudah tidak penting lagi baginya. Karena semua sudah jelas. Ali sudah bersama Bella. Sudah menjadi milik Bella. Bukan miliknya.

"Pergi, Li." Prilly mengatakan itu dengan berat hati. Matanya tetap tidak mau menatap Ali.

"Prilly, tolong denger penjelasan aku dulu. Aku  mau jelasin semuanya dari dulu tapi kamu gak mau dengar," suara Ali sangat lirih memohon.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang