Motor Ali terhenti di depan pagar rumah minimalis. Lampu depannya gelap, membuat Ali berfikir jika tidak ada orang di dalamnya. Melihat Bella yang turun dari motornya dan membuka pagar rumah tersebut, Ali bertambah bingung. Sebenarnya ini rumah siapa?
Ali pun ikut turun dari motornya, meletakkan helm di atas motor, kemudian menyusuli Bella yang berdiri di depan pintu dan menatapnya. Mata tajam Ali memandang sekitar rumah ini, banyak daun-daun kering berjatuhan yang berasal dari satu pohon yang terdapat di halaman rumah, dan juga Ali menatap atap rumah yang sudah jebol di beberapa bagian.
Ini pasti bukan rumah Bella, pikirnya.
"Li, mampir sebentar, ya?"ucap Bella pelan. Menangkup kedua tangannya, memohon. "Sebentar aja deh... 10 menit?" Bella menatap Ali dengan sorotan berharap.
Sebenarnya Ali bimbang menuruti permintaan Bella karena ia sudah janji untuk ke rumah Prilly, dan tidak ingin membiarkan Arkan lama-lama disana yang pasti hanya berdua dengan Prilly. Tapi tanpa berpikir panjang lagi, Ali mengangguk membuat Bella tersenyum antusias. Toh, hanya sebentar saja. Dan banyak yang ingin Ali tanyakan pada Bella.
"Lo duduk dulu disini, sebentar. Jangan kemana-mana, oke?!" Wajah Bella terlihat sangat bahagia, antusias sekali. Kemudian cewek itu masuk ke dalam meninggalkan Ali di luar seorang diri.
Ali duduk di sofa yang sudah reot. Tubuhnya membukuk, pandangannya menatap lantai rumah yang sudah berdebu. Sepertinya rumah ini sangat tidak ter-urus. Kenapa Bella betah berada di sini? Tiba-tiba lampu depan menyala, dan beberapa detik kemudian Bella keluar dengan membawa segelas air putih.
"Maaf ya adanya air putih doang, Li. Gapapa, kan?" Bella menyodorkan segelas air putih yang ternyata langsung di terima oleh Ali. "Hmmmm.. atau lo mau minum apa? Biar gue yang beli ke warung deh?"
"Gue udah terima minumnya, berarti lo gak usah repot-repot beli lagi. Ini udah cukup kok,"ucap Ali dengan senyum tipisnya. Sangat tipis. Hanya dua detik saja Bella dapat melihat senyum Ali itu. "Gue mau lo duduk aja,"
"Hmmm.. ini rumah siapa, Bel?"tanya Ali yang matanya masih memperhatikan keadaan rumah ini. "Kok sepi? Gak ada orang, ya?"
"Rumah gue lah, Li. Masa gue ajak lo ke rumah orang?" Bella terkekeh sendiri. Melihat Ali yang menatapnya dengan satu alis yang terangkat seolah meminta penjelasan, Bella menghela nafas panjang terlehih dahulu sebelum menjelaskan. "Gue udah pindah. Sekitar 2 tahun yang lalu,"ucap Bella yang sudah duduk di sofa samping Ali.
"Lo pindah ke rumah... ini? Terus orang tua lo kemana? Sorry nih gue lancang nanya."
"Papah gue bangkrut. Sisa uang simpanannya cuma bisa beli rumah sederhana ini, Li," Bella masih menampilkan senyumannya. Seolah cewek tomboy itu tidak merasa miris dengan kehidupannya. "Ta..tapi gue gapapa kok, Li. Gue senang hidup sederhana, yang terpenting orang tua gue lengkap,"
"Terus orang tua lo?"tanya Ali setelah diam cukup lama.
"Kerja!" Bella langsung menjawab cepat. "Iya, mereka berdua kerja, Li. Jam segini belum pulang. Biasanya sih malem,"jelas Bella yang cengengesan tidak jelas.
Ali hanya memanggut paham. Tidak ada ekspresi kaget atau semacamnya setelah mendengar curhatan Bella tentang kehidupannya yang sudah berubah sekarang. Dulu, sahabatnya ini sangat bergelimang harta. Mempunyai rumah mewah, dan banyak fasilitas yang bahkan dia, Arkan, dan juga Kevin dulu menikmati semua fasilitas tersebut. Mereka berempat sering sekali menghabiskan waktu di rumah Bella yang mewah itu sekaligus menemaninya ketika orang tuanya berkerja sampai larut malam.
"Lo gak kaget atau apa gitu?"tanya Bella.
Ali menggeleng. "Enggak, biasa aja,"jawab Ali singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Is Mine
Teen FictionSosok playboy yang mempunyai sifat dingin, tidak pernah berprilaku manis terhadap perempuan, dan kini dia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan seorang perempuan mungil yang mempunyai sifat polos berbeda dengan perempuan lainnya.