BAB 6

8.3K 728 50
                                    

Malam minggu adalah waktunya Ali menghabiskan waktu diluar rumah. Entah jalan dengan salah satu cewek yang dekat dengannya, atau kumpul bareng teman.  Kini Ali sedang bercermin melihat penampilannya malam ini. Sangat simple namun tetap tampan.

"Ganteng juga ya gue," Ali bergumam sambil merapihkan jambulnya. "Pantes, semua cewek gampang nempel."katanya percaya diri.

Ali mengambil ponselnya di atas nakas dan terkejut karena ternyata Prilly mengiriminya pesan whats app. Bukan hanya Prilly sih. Tentu sangat banyak. Tidak bisa dihitung.

Prillyana Angelina : Hai, hon-hon! Aku bete nih. Jalan yuk?

Prillyana Angelina : Ini kan malam minggu. Yang punya pacar jalan sama pacarnya, masa kita enggak?

Prillyana Angelina : Pleasee.. aku bete. Dirumah sendiri. Cuma ada bibik sama pak Ujang.

Ali berdecak kesal karena cewek itu selalu menganggunya. Ali mengabaikan pesan Prilly lalu memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Ali menyambar kunci mobil kemudian keluar dari kamarnya.

"Bundaaaa," panggil Ali lembut namun berteriak. Ali melihat Bunda seperti sedang menyiapkan sesuatu. Karena penasaran, Ali menghampiri Bunda, "Bunda, lagi nyiapin apa?"

Bunda tersentak kaget. Kelagapan. Beberapa detik kemudian Bunda menjawab. "Bukan apa -apa," Bunda tersenyum. Dia memperhatikan penampilan anaknya. "Mau kemana kamu?"

"Mau jalan, Bunda. Biasa."

"Sama siapa?"

"Teman-teman."

"Kamu jemput Prilly sekarang. Bunda kangen sama dia."

Mendengar itu Ali langsung terbelalak. Menjemput cewek itu? Bisa-bisa malam minggunya terganggu!

"Gak mau, Bunda."Ali langsung menolak.

"Kamu gak sayang sama Bunda?" Ekspresi Bunda langsung sendu. "Bunda kesepian, Ali."

Ali menghela nafas gusar,"Oke oke. Bunda tunggu dirumah. Ali jemput Prilly sekarang." Ali mencium punggung tangan Bunda lalu segera menjemput cewek itu. Kekasihnya. Tanpa Ali ketahui, Bundanya tersenyum penuh arti. Sepertinya ada yang Bunda rencanakan untuk mereka. Entah itu apa.

"Arghhh!" Ali mengumpat kesal. Ponselnya sedari tadi terus berbunyi. Pasti dari salah satu cewek yang sudah beruntung malam ini karena Ali mengajaknya jalan.

Sepertinya bukan cewek itu yang beruntung malam ini. Tapi Prilly. Cewek yang akan merasakan malam mingguan bersama sang kekasihnya ini.

Ali langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ali memang sudah tahu alamat rumah Prilly sejak Ali menyuruh rombongannya untuk mencari tahu informasi tentang cewek itu. Ali mengejar waktu agar masih bisa bermalam mingguan dengan cewek pilihannya malam ini. Yang pasti bukan Prilly.

***

Ali berdiam diri di motornya. Kini dia sudah sampai didepan gerbang rumah Prilly. Rumah mewah itu sangat terlihat sepi. Ali bisa merasakan kesepian itu. Pantas saja cewek itu memaksa agar Ali mengajaknya jalan.

Gerbang rumah Prilly terbuka lebar, sepertinya mobil Prilly ingin keluar dari sana. Alipun turun dari motor dan segera menghampiri seorang lelaki paruh baya yang sepertinya supir Prilly yang bernama Pak Ujang itu.

"Permisi, Pak," Ali memanggil dengan sopan. Pak Ujang yang baru saja ingin membuka pintu mobil menengok ke Ali.

"Ada apa, Den?" Pak Ujang menghampiri Ali yang berdiri tepat di dekat gerbang.

"Prilly ada?"

"Oh, Non Prilly? Itu di dalam mobil,"

Ali memandang mobil Prilly. Anehnya cewek itu tidak keluar padahal ada dirinya disini. Biasanya cewek itu akan heboh.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang