BAB 10

9.3K 823 60
                                    

Jam alarm berbentuk kepala doraemon berbunyi nyaring menggema di kamar gadis yang masih tertidur lelap itu. Tubuhnya masih berbalut selimut tebal. Perlahan kedua mata gadis itu mengerjap, terdiam mengumpulkan kesadaran, kemudian bangun dari tidurnya. Prilly mengambil kalender di atas nakas, seulas senyum tercetak ketika jari telunjuknya menunjuk tanggal yang sudah dibulatkan dengan spidol merah olehnya. Tanggal 10, hari ini, hari dimana Prilly merasa senang dan bangga. Sudah satu bulan Prilly dan Ali menjalin hubungan. Sudah satu bulan Prilly bertahan dengan sikap lelaki es itu.

Tapi, ini baru sebentar. Kisah ini masih akan berlanjut panjang kedepannya.

Prilly melihat ponselnya, seperti biasa tidak ada spam chat dari sang kekasih, atau sekedar mengucapkan selamat pagi pun tidak ada. Prilly menghela nafas pelan, dirinya harus terbiasa dan sabar. Lelaki itu pasti akan luluh perlahan.

Selesai bersiap-siap sekolah, Prilly langsung berangkat diantar pak Ujang, seperti biasa. Dia tidak pernah sarapan dirumah. Karena baginya menyakitkan jika harus sarapan sendiri dimeja makan tanpa kedua orang tuanya. Walaupun begitu, Prilly selalu membawa bekal yang disiapi bik Surti untuk dimakan di sekolah.

Hari ini Prilly tidak mampir ke warung mbak Mike karena dirinya harus bertemu dengan Itte ingin meminta saran sesuatu untuk hari ini.

*****

Seusai membeli sesuatu atas saran dari Itte, Prilly langsung menemui Ali. Kemungkinan di jam istirahat ini biasanya Ali ada dikelas, di kantin, atau di roftoop sekolah. Prilly mencoba mencari ke kelas Ali terlebih dahulu. Prilly berdecak kesal karena di depan pintu kelas Ali ada Damar yang sedang menggoda-godai semua cewek yang berlalu-lalang di hadapannya. Prilly yakin Damar nanti akan bersikap ketus seperti biasanya. Prilly mencoba mendekat, ketika Damar tahu kehadirannya, Damar langsung membuang muka dan menggeserkan tubuhnya agar Prilly bisa memasuki kelas. Tumben sekali.

Prilly langsung masuk kedalam kelas Ali, matanya mencari keberadaan sang kekasih, namun tidak ada. Arkan dan Kevinpun sama. Kelas Ali sangat sepi tidak ada siapapun. Prilly berbalik badan, tepat sekali dihadapannya terdapat Damar yang sedang menatapnya. Tidak setajam biasanya. Sangat berbeda.

"Hm, ka Damar lihat kak Ali gak?"tanya Prilly gugup.

"Ngapain cari dia?" Damar berbalik tanya.

"Ada urusan, kak."

"Urusan apa? Urusan cinta-cintaan?"

Sepertinya dengan bertanya pada Damar tidak akan selesai. Hanya membuat emosi saja.

"Yaudah, saya cari sendiri aja kalau gitu." Prilly ingin melangkahkan kaki namun ditahan oleh Damar. Untuk pertama kalinya Damar memegang tangan Prilly.

Suara dehaman membuat Damar melepaskan cengkramannya. Prilly menoleh ke orang itu, ternyata Arkan.

"Cari Ali, Pril?"tanya Arkan.

"Iya, kak Arkan. Kak Ali kemana, ya?"

"Ada di kantin sama yang lain. Lo mau susul? Sama gue aja kesananya. Yuk?" Akhirnya Prilly mengangguk setuju. Prilly memandang Damar sebentar, cowok aneh itu kembali memasang wajah tidak suka. Sesaat Prilly tersadar, mata Damar dan Arkan saling bertatapan tajam seperti.. ah, Prilly tidak tahu maksud tatapan mereka. Tiba-tiba Arkan menggenggam tangan Prilly beranjak meninggalkan kelas.

Apa apaan ini? Kedua kawan Ali hari ini menggenggam tangannya. Banyak beragam tatapan menatap Prilly dan Arkan. Dan mereka berbisik menggosip yang entah Prilly tidak mendengarnya.

"Kak Arkan, lepas,"ucap Prilly pelan membuat Arkan berhenti dari langkahnya. Arkan memandang tangannya yang menggenggam tangan mungil cewek ini, lalu langsung melepasnya dengan lembut. "Maaf, Pril."

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang