BAB 3

8.6K 751 20
                                    

"Ittee!!!" Prilly masuk ke dalam kelas langsung berteriak dengan suara oktafnya yang membuat seisi kelas menutup kedua telinga masing-masing.


"Kenapa, sih?!"tanya Itte kesal sambil menutup kedua telinganya. "Pagi-pagi suara lo buat mood semua orang ancur tau gak!"

"Jawab pertanyaan gue dengan jujur!" Prilly duduk di kursinya tepat di sebelah Itte. Matanya menatap mata Itte dengan lekat. "Lo kasih nomer gue ke Kak Ali?!"

"Enggak! Nuduh sembarangan aja lo!" ketusnya. "Udah nuduh, berisik pula!"

"Serius! Kalau lo bohong, hidung lo panjang kayak pinokio, ya?!" Prilly terus mendesak. "Eh, jangan deh. Gini aja, kalau lo bohong, lo jomblo seumur hidup?!"

"Oke," sahut Itte santai. "Kalau gue gak bohong, lo yang jomblo seumur hidup, ya?"

Prilly diam sejenak. Membayangkan bagaimana kalau tuduhannya tidak benar, membayangkan bagaimana rasanya jadi perawan tua. Prilly langsung menggeleng cepat. "Gak! Gue gak mau! Gue mau ngerasain pacaran juga kali!"

Itte mendengus. "Halah, selama ini didekatin cowok aja begitu. Lo tuh anak kecil yang masih polos, gak tau tentang perasaan lah, cinta lah, ah banyak deh yang lo gak tau!"

"Yeee, tapi, gue pintar dalam pelajaran!" Prilly mengambil ponselnya yang berada di dalam saku seragamnya. "Nih, gue kasih lihat chat dari Kak Ali kalau lo gak percaya," Prilly mengasih ponselnya pada Itte.

Itte mengambilnya, lalu membaca dengan seksama. Seketika matanya melotot, bibirnya terbuka, dan menggelengkan kepalanya. "Prilly, Prilly.. lo polos banget sih!"

"Maksudnya?"tanya Prilly tidak mengerti.

"Nih, lo baca yang ini," Itte memperlihatkan salah satu chat dari Ali. "Mungil tapi berat. Mungil tapi menonjol. Emang, lo fikir maksudnya apa?"

Prilly menggeleng."Gak tau, makanya gue tanya ke Kak Ali langsung. Tapi, dia gak jawab."

Itte meletakkan ponsel Prilly di atas meja. "Prilly, lo gak malu apa lo tanya itu ke Kak Ali?" Itte menghela nafasnya. "Yaiyalah, Kak Ali gak akan bales pertanyaan konyol lo itu!"

"Emang gue menonjol gimana, sih? Kepala gue? Dahi gue? Gue gak kejedot apa apa, Te. Jadi, gak ada yang menonjol,"

"Otak lo tuh menonjol!" Itte menjitak kepala Prilly dengan gemas membuat Prilly meringis. "Lo searching di google, cari apa yang menonjol di tubuh perempuan!"

"Oke, sebentar," Prilly mengambil ponselnya, Itte langsung merebut dengan kesal. "Ih, Itte, kok di ambil? Katanya suruh searching?"

"Arghhh!" Itte semakin gemas dengan sahabatnya ini. Itte beranjak dari duduknya. "Udah deh, lo gak usah pacar-pacaran. Lo terlalu polos. Entar, disuruh ini itu mau lagi."

"Enak aja lo! Gue bukan babu!"

"Tapi, calon,"

"ITTE!! TERUS, YANG KASIH NOMER GUE SIAPA?!"

"AUU!"

***

Karena hari ini tidak mood makan di kantin, Prilly memilih menghabiskan jam istirahat di taman belakang sekolah. Ditemani dengan laptop, earphone, buku diary, dan beberapa permen lolipop untuk menyempurnakan moodnya.

"Te, lo ke kantin sendirian aja, ya?"katanya pada Itte. "Gue lagi gak mood. Mau di taman belakang sekolah aja. Ya, sekalian buat puisi,"

Setelah mendapatkan anggukan dari Itte, Prilly keluar kelas bergegas ke taman belakang sekolah. Banyak sapaan dari para cowok untuknya. Dengan sangat ramah, Prilly membalas dengan senyuman manisnya yang membuat siapa saja yang melihat pasti meleleh.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang