BAB 20

10.8K 975 195
                                    

"Kenapa?"tanya Arkan ketika melihat Prilly ragu-ragu untuk naik ke atas motornya. Prilly menggigit bibir bawah, lalu menggelengkan kepala.

"Lo takut Ali tau?"

Tebakan Arkan sangat tepat. Itu yang Prilly takutkan sekarang. Membayangkan jika Ali tahu, apa Ali akan menghajar Arkan? Oh, atau Ali akan memutuskannya?

"Kalau Ali tau malah bagus,"

Ucapan Arkan membuat kedua bola mata Prilly melebar sempurna.

"Kalau dia tau, terus dia marah sama gue atau sama lo, pasti dia cemburu!"

"Terus?" Prilly tidak mengerti.

"Cemburu itu tanda sayang. Berarti, dia sayang sama lo,"

Ah, itu tidak akan mungkin terjadi. Selama ini, Ali tidak pernah menunjukan rasa cemburunya, apalagi rasa sayangnya.

Sumpah, Prilly masih tidak mengerti sama dirinya sendiri karena sudah mencintai cowok tembok itu.

"Pas banget hari ini gue bawa helm dua," Arkan menyengir, lalu mengambil helmnya yang disangkutkan di spion motor. "Lo mau tau? Ini untuk pertama kalinya gue bawa helm dua loh. Gak tau kenapa, sebelum berangkat sekolah tadi, kayak ada firasat bakal ada seseorang yang akan nebeng ke gue. Eh, ternyata lo."

Prilly terkekeh mendengarnya. Ternyata Arkan pintar meramal dan menebak. Dan dengar-dengar, Arkan termasuk salah satu murid  jenius  disekolah SMA Kesuma Jaya ini.

"Ayo," Arkan sudah naik diatas motornya, lalu menyodorkan helm untuk Prilly

Prilly sebenarnya ragu, tapi akhirnya dia menerima helm itu dan memakainya.

"Muka lo lucu kalau pakai helm. Bulet gitu gemes,"Arkan menggigit bibir bawahnya. Menahan sesuatu agar tidak dia lakukan. "Untung lo pacar sahabat gue."

Prilly tertawa, "Kalau bukan?"

"Kalau bukan gue bakal pencet pipi lo itu, atau gue gigit!"

Lagi-lagi Prilly tertawa, yang tadinya ragu untuk naik ke atas motor Arkan, akhirnya tanpa Arkan suruh Prilly sudah naik.

"Eh eh, kan gue belum suruh!"

Prilly mengerucutkan bibirnya, "Yaudah deh, saya turun aja."

"Ternyata lo baperan, ya? Sama kayak cowok lo."

"Jangan samain saya sama dia deh!"ketus Prilly.

Arkan tertawa, kemudian melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Jalanan yang mereka lewati tidak cukup padat, angin sore hari menerpa wajah mereka, rambut panjang Prilly berkibasan tertiup angin.

Arkan diam-diam mencuri pandang, melirik sedikit Prilly dari kaca spion motor, gadis itu tampak menikmati udara sore hari ini. Arkan tersenyum dikala melihat Prilly tersenyum sambil merentangkan kedua tangan dan kepalanya mendongak menatap langit senja.

Arkan sangat menikmati perjalanan ini, sampai dia sengaja memperlambat lajuannya.

"Pril," Arkan mekencangkan suaranya agar Prilly bisa mendengar.

"Apa?"

"Warna kesukaan lo apa?"

"Apa? Gak kedengaran,"

"Warna kesukaan lo apa?!" Arkan berteriak membuat beberapa pengendara motor menengok kearah kedua orang ini.

"Berisik ih, kak! Diliat orang-orang!" Prilly tak kalah teriak sama seperti Arkan.

"Yeee, lo juga!"

Prilly menyengir, Arkan tidak bisa melihat cengiran itu. Mereka sudah memasuki komplek perumahan Prilly, Prilly sudah menjelaskan alamatnya tadi pada Arkan.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang