BAB 13

8.3K 782 75
                                    

"Pril, udah dong jangan nangis terus," Itte mengelus punggung sahabatnya itu memberi ketenangan. "Jauhin dia, Prilly. Dia gak baik buat lo."

"Gue gak mau. Gue sayang sama dia, Itte." Prilly makin terisak. Ketakutan akan merasakan patah hati kini terjadi. Tidak enak rasanya. Tidak nafsu makan, bahkan tidak mau mandi. Sedari pulang sekolah Prilly masih meringkuk di atas kasur ditemani Itte disampingnya. Prilly meminta Itte agar menemaninya sampai dia tenang, tentu saja Itte bersedia.

"Dulu aja lo ngatain gue bucin, sendirinya gitu kan?!"ketus Itte ketika mengingat disaat Prilly mengejeknya.

"Gue gak bucin, Itte!"ucap Prilly kesal yang masih menangis. "Gue sayang sama dia, tapi gue juga sakit hati. Gue harus apa? Gue gak mau putus!"

Itte terdiam sebentar memikirkan.

"Oh, atau gak lo jauhin kak Ali aja. Kita liat dia bakal ngejar lo atau enggak." Itte memberikan saran. "Ikutin saran gue."

"Dia gak mungkin ngejar gue, itte! Selama ini juga gue yang ngejar dia!"ujar Prilly beranjak dari tidurnya. Dirinya menatap lekat mata sahabatnya itu. "Itte, apa gue cewek murahan?" Prilly kembali teringat perkataan pahit yang Ali lontarkan. "Apa gue terlalu agresif, Itte?"tanyanya sambil menangis.

"Iya. Lo tuh berubah! Setelah lo pacaran sama dia, lo berubah jadi kecentilan!" Itte langsung menjawab cepat dengan ketus.

"Gue gak centil, Te! Gue cuma mau mencairkan sikap dingin dia!" Prilly tidak mau kalah.

"Iya gue tau. Mungkin cara lo salah, Pril."

Prilly terdiam menunduk. Apa selama ini setelah dirinya berpacaran, dia banyak berubah? Apa cara dia mencintai sang kekasih itu salah?

"Gue banyak berubah ya, Te?"tanya Prilly pelan masih menunduk.

"Iya. Setelah lo mulai pacaran, lo banyak ngabisin waktu sama dia. Bahkan lo sekarang jarang rajin belajar. Gak kaya dulu!" Itte mengeluarkan unek-uneknya. "Sadar, Prilly!"

"Wajar, Te, Lo tau kan? Ini pertama kalinya gue pacaran." Prilly mendongakan kepalanya. Tatapannya kosong lurus kedepan. "Gue bersikap seperti itu agar dia peka, Te. Gue juga mau diperhatiin kayak cewek lain yang diperhatiin sama cowoknya. Gue pingin Ali nemenin gue disini, lo tau kan? Hari-hari gue selalu kesepian!" Prilly kembali menangis. "Papi, mami, mereka selalu sibuk, Te! Yang gue bisa harapin cuma Ali! Gue pingin dia disini!"

Itte langsung merengkuh Prilly kedalam pelukannya. Membiarkan Prilly  menangis sepuasnya. Tidak ada yang mau diposisi Prilly. Prilly hanya seorang cewek polos yang kesepian, lalu tiba-tiba Ali datang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, lalu Ali juga yang membuatnya patah hati untuk pertama kalinya. "Yang lo harapin tapi nyatanya gak bisa di harapin, Prilly! Lo sadar!" Itte menasihati yang terbaik. "lo cantik, pintar, baik, gak mungkin cowok gak suka sama lo!"

"Ali! Dia gak suka sama gue, Itte!"

"Dia gengsi, Pril. Gue tau. Kak Ali tuh sebenarnya suka sama lo."

"Enggak! Dia gak akan mungkin suka sama cewek agresif dan pengganggu kayak gue!"

Itte melepaskan pelukannya, memegang kedua bahu Prilly. "Pril, lo ikutin saran gue, lo coba jaga jarak dengan kak Ali untuk sekarang. Kita lihat, dia akan ngejar lo atau enggak. Plis, lo berhenti mengejar! Lo itu perempuan, Prilly!"ucap Itte serius. "Gue tau lo gak paham karena lo gak mengerti cara mencintai dan sebagainya. Tapi lo harus belajar. Jangan seperti cewek bodoh, ya?"

Prilly mengangguk lemah.

"Oke, mulai besok!"ujar Itte tersenyum memberikan semangat.

"Besok, gue harus apa?"tanya Prilly pelan.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang