BAB 42

8.2K 647 59
                                    

Ali melangkah gontai menuju roftoop sekolah. Sesekali menguap, mengucek kedua matanya yang memerah menahan rasa kantuk. Diliriknya arloji di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 06:35 pagi, yang berarti Ia masih memiliki waktu 25 menit untuk meredakan kantuknya dengan cara beristirahat, sebelum bell masuk pelajaran pertama berbunyi.

Begitu membuka pintu roftoop, kedua matanya yang hampir terpejam itu melotot, melihat pemandangan tiga lelaki yang duduk di sofa panjang membelakanginya. Ketiganya sedang mengangkat minuman kaleng cola, meneguknya dengan bersamaan, kemudian disusul dengan sorakan. Seperti sedang berpesta saja.

Ali tidak mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya samar-samar ia dengar, karena jarak pintu dengan sofa tersebut tidak dekat. Mereka juga belum menyadari kedatangannya.

Melangkah mendekat, Ali sudah bisa melihat dengan jelas siapa ketiga lelaki itu. Seperti dugaannya, yang tidak lain ada Kevin, Damar, dan .. Arkan. Ternyata cowok itu sudah pulang sendirinya.

Melihat Arkan, Ali mengingat kejadian kemarin sore dengan Prilly. Cewek itu menyalahkannya atas kepergiaan Arkan yang bahkan Ali sendiri tidak mengetahui apa-apa. Ali mengedikkan bahu, tidak perlu dipikirkan lagi, yang terpenting Arkan sudah pulang dan tidak membuat Prilly sedih lagi dan membencinya.

"Eh, Li, baru dateng lo? Telat nih, kita lagi pesta. Tapi masih ada makanan sama minuman nih, tenang!"seru Kevin begitu melihat Ali muncul dari belakang mereka.

Pandangannya bertemu dengan bola mata hitam milik Arkan. Cowok itu menyapanya dengan senyuman sahabat, menggeser tubuhnya, lalu menepuk tempat kosong di sampingnya. "Sini Li, duduk."

Ali pun duduk di samping Arkan. Walaupun masih heran karena sikap sahabatnya ini kembali seperti dulu sebelum mereka berdebat soal Prilly. Padahal sebelum menghilang, hubungannya dengan Arkan belum baik.

Ali menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, lalu kembali menguap. Entahlah soal Arkan, Ali hanya ingin tidur saat ini.

"Gue ngantuk."

"Aishhhh, pesta dulu!"kata Kevin.

Ali mendesis jengkel melihat pemandangan di hadapannya, di atas meja sangat penuh bungkus makanan dan kaleng minuman yang kosong berserakan. "Pesta sampah yang berserakan itu?"ketusnya.

Kevin cengegesan mengikuti arah pandang Ali. "Tapi diantara sampah itu masih ada sisa kok Li,"

"Nggak. Gue mau tidur." Ali mengibaskan tangannya, menyuruh mereka menyingkir agar dirinya bisa berbaring nyaman. Damar yang sedang serius main games di ponsel pun menuruti tanpa protes, diikuti Arkan, tetapi Kevin tidak.

"Lo nyuruh kita duduk di bawah?!"kesal Kevin.

"Biasanya juga gitu. Lagian bersih."

"Huh rusuh lo!" Kevin dengan masih menggerutu akhirnya ikut duduk di bawah sofa dengan Arkan dan Damar.

Ali tidak menanggapi. Ia merebahkan tubuhnya dengan kedua kaki diselonjorkan. Jaket yang ia pakai dijadikan bantal agar semakin nyaman. Dibawah langit yang mendung, Ali memejamkan matanya, tidak sabar untuk menuju alam mimpi.

"Ceritain lagi liburan lo di singapore sama Bella, Ar!"

Kedua matanya langsung terbuka begitu mendengar seruan Kevin tentang sesuatu yang menarik.

"Yaudah, cuma begitu. Gue nginap di hotel yang jaraknya nggak jauh dari apartement Bella, dan liburan ke beberapa tempat aja, karena gue sama Bella banyak habisin waktu di apartement-nya,"

"Kapan Bella ke jakarta??"

"Hari kelulusan kita nanti. Dia juga nitip salam buat kalian."

"Nggak ada salam spesial buat Ali?" Damar berceletuk, menimbrung pembicaraan Arkan dan Kevin. Mengundang tatapan jengkel dari Ali yang tidak Ia lihat, karena Ia berpikir Ali sedang tidur.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang