BAB 38

9.8K 956 229
                                    

Sudah dua minggu Prilly menjauh dari cowok itu. Sudah dua minggu mereka tidak saling bertegur sapa ketika berpapasan, karena Prilly yang selalu membuang wajahnya. Ia enggan bertatapan dengan cowok itu. Bukannya membenci. Bukan. Ia hanya sedang berusaha melupakannya. Melepaskannya untuk Bella.

Pukul 6:45 pagi. Prilly baru sampai di sekolah karena kesiangan tadi. Semalaman ia menonton drakor sambil chattingan dengan Arkan. Hanya sekedar bertanya sedang apa, udah makan, dan sebagainya. Seperti sepasang kekasih. Padahal tidak.

Prilly menganggap Arkan sebagai... sebagai apa, ya? Arkan itu aneh. Selalu datang setiap Prilly membutuhkan, bahkan tanpa Prilly bercerita lebih dulu padanya.

Arkan selalu memberikan perhatiannya. Selalu memprilakukannya sebagai cewek paling beruntung sedunia.

Prilly bahagia sekarang. Bahagia karena setelah disakiti ia langsung dikirimkan cowok sebaik Arkan. Entah dikirimkan hanya untuk selalu ada untuknya atau... untuk menggantikan posisi Ali di hatinya?

Tidak. Bukan.

Prilly duduk di kursinya, menaruh tasnya di atas mejanya. Ia menghela nafas sebelum melakukan pengecekan kolong mejanya yang selalu ia lakukan selama dua minggu ini. Prilly membukuk, dan mengambil sesuatu yang lagi-lagi ada di dalam kolong mejanya.

Satu bungkos roti coklat serta satu susu kotak rasa coklat. Tidak lupa dengan tulisan yang di tulis di kertas kecil berwarna putih dengan menggunakan spidol berwarna hitam 'Have a nice day:)' selalu seperti itu tulisannya. Entah dari siapa sampai sekarang Prilly tidak tahu.

Intinya yang pasti seseorang yang memberikan ini adalah orang baik. Roti serta susunya tidak basi atau beracun. Prilly selalu menghabiskannya setiap pagi karena kebetulan Prilly memang tidak sarapan di rumah.

"Enak banget ya hidup lo di kasih sarapan terus sama orang rahasia,"celetuk Itte yang baru saja duduk di sebelahnya. Ia tersenyum melihat Prilly yang sedang membuka bungkus roti. "Emang sih orang baik itu pasti di kelilingin orang baik,"

Prilly menanggapinya hanya tersenyum. Ia memakan roti coklatnya dan meminum susu coklatnya juga.

"Lo sampai sekarang belum nebak yang kasih itu siapa, Pril?"

"Belum. Gak penting juga,"

"Iya. Pentingan makanannya daripada yang ngasih, kan?!" Itte mendengus melihat Prilly yang mengangguk polos.

"Gimana proses moveon lo? Berjalan lancar? Oh atau kak Arkan yang udah ganti posisi Ali di hati dan hidup lo?"

"Gue gak tau ini proses moveon atau gimana. Gue gak ngerti. Yang jelas ya gue lagi berusaha buat gak terlalu mikirin Ali dan lepasin Ali buat Bella,"

"Itu namanya proses moveon, bloon!" Itte menjitak kepala Prilly membuat cewek itu meringis.

"Oh, gitu, ya?"

"Terus sama kak Arkan gimana?"

"Ya gak gimana-gimana. Dia bagaikannnn apa, ya?" Prilly mendongakan kepalanya. Bergumam. Memikirkan kata yang tepat untuk sosok Arkan. "Hmm.. sang penolong hati gue sih,"

"Bukan sang pengganti?"

Prilly menatap Itte kesal. "Sang pengganti apa sih, Te?! Lo nyuruh gue buat pacaran yang berujung patah hati lagi? Iya?!"ketus Prilly.

"Kak Arkan baik. Gak mungkin nyakitin lo,"

"Ali juga baik."

Itte memutar kedua bola matanya jengkel. Menggertakkan giginya. "Terserah lo terserah. Lo itu sebenarnya belum moveon. Atau emang gak niat buat moveon, kan?"

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang