BAB 9

8.2K 784 66
                                    

Pelajaran matematika sedang berlangsung di kelas XI IPS 1 , pelajaran yang diajarkan bu Ike ini membuat seisi kelas jenuh. Terkecuali murid-murid yang duduk dibarisan depan. Mereka dengan seksama memahami rumus matematika dipapan tulis, serta mendengarkan penjelasan dari bu Ike. Berbeda dengan para murid bagian belakang, terutama di bangku belakang pojok kelas yang terdapat Prilly dan Itte sedang menyembunyikan kepalanya kedalam ransel. Menutupi wajah kantuknya, bahkan mata mereka sudah terpejam beberapa menit yang lalu.

"Prillyana Angelina," bu Ike memanggil. Tidak ada suara sahutam dari Prilly. Semuanya hanya menatap Prilly tanpa membangunkan.

"PRILLYANA ANGELINA, MASUK TIDAK?"suara melengking bu Ike itu membuat Prilly tersentak kaget, dan bangun dari tidurnya. Prilly mengucek mata terlebih dahulu, kemudian mengancungkan jari telunjuk ke atas. "Hadir, Bu."

"Kamu disuruh ke ruang osis sekarang."ujar bu Ike memandang Prilly sebentar lalu kembali menulis rumus dipapan tulis.

"Akhirnya, gue bebas dari pelajaran ini," Prilly tersenyum menang berdiri dari duduknya. Prilly menatap Itte disebelah kirinya yang masih terlelap. Dia berjalan melewati Itte, setelah mendapat izin dari bu Ike, Prilly berjalan keluar kelas menuju ruang osis yang tidak jauh letaknya dari kelasnya.

Sesampai di depan pintu ruang osis yang terbuka, Prilly melihat sosok cowok yang sedang duduk dengan membungkukkan tubuhnya. Dia hanya seorang diri. Tidak ada anggota osis lainnya. Prilly berjalan mendekat, makin dekat membuat Prilly bisa menebak siapa sosok cowok itu.

"Kak Rasya?"panggil Prilly pelan. Cowok itu mendongakan kepalanya, menatap Prilly dengan senyuman khasnya. Senyum yang selalu Prilly suka. "Hai,kak Rasya! Kemana aja?"pekiknya yang langsung duduk disamping cowok itu.

"Baik, Pril. Kamu gimana?"

"Baik juga. Kakak kemana aja?"

"Ada urusan sebentar." Rasya tersenyum beda dari sebelumnya. Senyum yang mengartikan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. "Maaf Kakak ganggu waktu belajar kamu. Tadi, Kakak udah minta izin ke bu Ike."

"Iya, Kak, gapapa. Malahan, saya senang bisa keluar dari pelajaran membosankan itu." Prilly menyengir. Cengiran yang selalu membuat Rasya menggigit bibir bawah karena gemas dengan cewek mungil yang berada dihadapannya ini.

"Gimana kegiatan osis sekarang? Berjalan lancar, kan? Kakak percaya sama kamu. Kamu itu ketua osis yang baik sesudah kakak, heheheh." Rasya terkekeh. "Kakak jadi ingat, waktu pertama kali kita ketemu. Disitu, waktu rapat, kakak udah percaya kalau kamu yang akan ganti posisi kakak."

"Alhamdulillah, lancar, Kak. Kan, saya belajar banyak dari kak Rasya,"Prilly tersenyum. Pikirannya berusaha mengingat ketika pertama kali dia dan Rasya bertemu. "Oh iya, waktu itu, saya takut sama kak Rasya, karena wajah kak Rasya itu dingin, terlihat jutek deh."

Rasya tertawa mendengarnya. Memang dirinya termasuk cowok dingin disekolah ini. Lebih tepatnya, Rasya tidak suka bergaul. Apalagi bergaul dengan cowok-cowok yang suka membuat ulah. Hanya dengan Prilly, sifat dingin Rasya mencair begitu saja. Hanya dengan Prilly, Rasya bersikap manis, lembut, dan terbuka. Selama ini Rasya tidak terlalu dekat dengan cewek-cewek sekolah ini. Walaupun banyak cewek cantik yang mendekatinya. Hanya dengan Prilly dia begitu dekat.

"Tapi, sekarang enggak, kan?"tanya Rasya. "Kakak memang seperti ini, Pril. Kakak gak suka bergaul. Apalagi, dengan perempuan. Cuma sama kamu aja kakak dekat."

Prilly tersenyum kikuk. Dia sudah tahu, Rasya memang cowok dingin, sama seperti Ali. Yang ada didalam pikirannya, Rasya saja bisa mencair karenanya, gimana Ali? Ini membuat Prilly tambah yakin jika tidak lama lagi dirinya bisa menaklukan hati kekasihnya itu.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang