BAB 22

9.8K 942 98
                                    

Kedua mata Ali mengerjap akibat sinar matahari memantul ke jendela kamarnya. Ali mengumpulkan kesadaran sebentar, tangan kanannya meraih jam alarm di atas nakas, sontak kedua mata Ali membulat melihat jam berapa sekarang.

06:50 pagi.

Dengan cepat Ali beranjak untuk mandi. Walaupun telat, Ali harus tetap terlihat tampan didepan umum.

Ali menghabiskan waktu hanya 20 menit untuk mandi. Bagi Ali ini rekor mandi dalam waktu cepat. Karena biasanya Ali menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk mandi saja.

Setelah puas bercermin memastikan tidak ada yang kurang di dirinya, Ali langsung keluar dari kamar menuruni anak tangga dengan cepat, mendapati Bunda Resi yang sedang bersarapan dengan Kaia.

"Eh, udah bangun, Nak?"tanya Bunda ketika Ali berada dihadapannya dengan wajah yang menekuk.

"Kenapa gak ada yang bangunin Ali, sih?!"tanya Ali kesal pada Bunda dan Kaia.

"Bunda udah bangunin kamu berkali-kali tapi kamu gak bangun-bangun juga."

"Au lo! Malah ngigo nyebut nama Prilly!"ucap Kaia membuat Ali diam. " Pril, jangan tinggalin gue, gue gak bisa hidup tanpa lo..," Kaia mempratekkan ekspresi wajah serta suara Ali ketika sedang mengigau tadi.

Dahi Ali berkerut, masa iya ia seperti itu?
Ali terdiam sebentar mencoba mengingat. Seketika pipinya memerah seperti tomat, namun wajahnya tetap saja datar.

Ohya, Ali mengingatnya!

Dimimpinya, Prilly memilih pergi dan memutuskan hubungan dengannya. Disitu juga Prilly bergandengan tangan dengan Arkan. Ah, shit! Itu tidak akan mungkin terjadi.

"Udah, udah! Ali mau ke sekolah dulu." Ali mencium punggung tangan Bunda.

"Gak salim sama gue?" Kaia menyodorkan tangannya.

"Ogah!" Ali mencomot satu roti tawar tanpa memakai selai, setelah itu langsung bergegas mengambil motornya yang disimpan dibagasi.

Ali melirik jam tangannya, menghela nafas kasar. Jam sudah menunjukan tepat pukul 7 dan ia telat sekarang.

Niatnya, sebelum masuk ke kelas ia ingin menemui Prilly dan semua gagal!

*****

Prilly masih berbaring dengan selimut tebal ditubuhnya. Padahal semalam kepalanya sudah agak tidak pusing lagi, tetapi tadi pagi ketika hendak ingin mandi, kepalanya terasa sangat pusing dan tubuhnya sangat lemas. Terpaksa Prilly tidak masuk sekolah hari ini.

Suara pintu terbuka membuat Prilly menoleh, mendapati bik Surti tersenyum kearahnya dengan kedua tangannya yang menggenggam mangkuk dan segelas susu putih.

"Sarapan dulu, Non."

"Mami sama papi belum pulang?"

Bik Surti meletakkan sarapan diatas nakas. Ia menghela nafas lalu menggelengkan kepala.

Prilly hanya bisa tersenyum kecil.

"Non gak bilang kalau Non sakit?"

"Buat apa? Illy gak mau merepotkan. Lagi pula kalau bilang, percuma. Kan, mereka terlalu sibuk, Bik."

Bik Surti menatap sendu majikannya yang biasanya super ceria itu sekarang berubah menjadi pendiam belakangan ini. Entah karena apa. Padahal, biasanya walaupun selalu ditinggal kedua orang tuanya, Prilly tetap ceria. Sekarang sangat berbeda.

"Bibik buatin Non bubur sama susu putih kesukaan Non Prilly. Dimakan, ya?"

"Gak nafsu makan, Bik."

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang