BAB 19

9.3K 827 145
                                    

Ali kini berada di roftoop  sekolah bersama dengan teman-temannya. Sekarang sedang berlangsung pelajaran pertama, namun mereka malah mengumpat disini. Ali sedang malas belajar. Ralat, dia memang setiap hari selalu seperti itu. Tapi, kali ini, dia tidak mau mengikuti  pelajaran sampai jam terakhir. Otaknya sedang ingin kebebasan. Terutama, dia sengaja tidak ingin memunculkan diri dihadapan Prilly. Dia ingin memberikan kekasihnya itu ketenangan agar bisa memaafkannya.

Atas kejadian kemarin, Ali tidak marah atau bagaimanapun. Karena itu wajar  untuk dia terima.

"Li, sampai jam pelajaran berapa kita disini?" Arkan menghisap rokoknya. "Padahal, lagi mood  belajar gue."

"Alah!" Kevin mendengus mendengar ucapan Arkan.  "Iya sih. Diantara kita, lo doang yang pintar. Tapi, lo juga malas belajar!"

Benar kata Kevin, diantara mereka, hanya Arkan yang memiliki  kepintaran dalam belajar. Apalagi, pelajaran matematika.

"Enak aja lo! Kadang doang gue malas belajar. Gak sering, kok!" Arkan membela diri.

"Kita disini sampai bell pulang." Ali membuka suara, kedua matanya masih berkutat memainkan ponselnya.

"Gila lo! Gak mau gue!" Arkan langsung menolak cepat.

"Yaudah, gue sendiri aja."

"Gue temanin, Li. Santai." Damar merangkul Ali. "Gue juga malas belajar. Niatnya, gue gak mau masuk sampai sebulan."

"Sekalian aja lo gak usah sekolah!"ketus Kevin.

"Kalau gue keluar, lo bertiga nanti kangen sama gue,"

"Gak akan!" Arkan dan Kevin menjawab serempak dan ketus.

Ali hanya terkekeh dan geleng-geleng kepala. Dia merogoh sakunya, mengambil satu batang rokok lalu menghisapnya. Selalu saja, tidak bisa jauh dari benda ini.

"Lo udah putus?"

Pertanyaan yang Damar lontarkan membuat Ali tersedak.

"Damar, kebiasaan!" Arkan menatap Damar dingin.

Damar menaikkan sebelah alisnya, "Loh, gue kan cuma tanya aja. Siapa tau aja ada berita sesuatu yang belum gue tau."

"Gue belum putus!"ujar Ali dingin.

"Oh, kirain," Damar mengangkat kedua bahunya. "Gak penting lagian."

"Gak penting tapi lo tanya!" Arkan kesal.

"Haiiiii, gaissss!" Bella datang dengan senyum mengembang. Dia menghampiri keempat lelaki itu, lalu duduk disebelah Damar. "Eh, nama lo siapa? Lo temannya sahabat-sahabat gue, ya?"tanya Bella pada Damar.

Damar mengangguk. Kedua matanya menatap Bella tanpa kedip. Begitulah sosok Damar ketika melihat cewek cantik.

"Eh, Bel, kok lo bisa keluar kelas?"tanya Kevin heran.

"Gue izin ke toilet," Bella menyengir, kemudian dia memasang wajah cemberut. "Gue bete deh gak sekelas sama kalian bertiga! Jadi, gak bisa cabut bareng kayak gini."

"Bel, jangan cabut-cabutan. Lo itu cewek." Ali memperingati dengan nada tegasnya.

Bella memutar kedua bola matanya, "Ngebetein ah, malas."

"Benar kata Ali, Bel. Mending lo belajar yang benar. Jangan buat ulah, biar gak dikeluarin lagi dari sekolah." Arkan ikut memperingati.

Ya, Bella memang termasuk golongan badgril . Gadis tomboy itu dikeluarkan dari sekolah lamanya karena suka membuat ulah, apalagi masalah absen. Dia sering sekali bolos.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang