BAB 5

8.9K 720 60
                                    

Langkah Ali mendadak terhenti. Seorang cewek mungil yang sedang berdiri didepan kelasnya membuat Ali terpaksa diam ditempat. Cewek itu menatapnya sambil memberi senyuman paling ceria sedunia.

Ali menghela nafas kasar. Sementara cewek itu hanya cengegesan tanpa mengatakan apapun.

Benar-benar membuat gondok!

"Mau ngapain lo?"

"Emang salah berdiri di hadapan pacar sendiri?"

Ali terdiam sejenak.

"Pacar?"

"Iya! Semalam kata kamu, aku udah sah menjadi pacar kamu!"katanya sambil menyengir. "Oh iya, semalam aku gak jawab karena aku sebel sama kamu. Gak ada romantisnya banget!"

"Gue gak butuh jawaban lo."ucap Ali datar.

"Maksud kamu?"

"Tanpa lo jawab, lo emang harus jadi pacar gue."

Perkataan Ali membuat kedua mata cewek itu melebar. Ini namanya pemaksaan! Bukan dari hati!

"Sekarang lo minggir. Gue mau masuk."

"Enggak! Gak boleh!"

Ali mengacak rambutnya jadi berantakan. Frustasi menghadapi cewek dihadapannya ini yang kini sudah berstatus sebagai kekasihnya. Siapa lagi kalau bukan Prilly? Cewek paling ceria sedunia. Cewek yang selalu membuatnya merasa jengkel karena terlalu bawel. Ali tidak menyangka sudah menjadikan cewek ini sebagai pacarnya. Bahkan, PACAR PERTAMANYA.

Apa kata dunia?

Apa kata seluruh anak SMA Kesuma Jaya ini? Ali yakin pasti semua akan heboh.

Ali mengaku kalau semalam dirinya sudah khilaf.

Ini semua karena desakan dari kawan-kawannya yang terus memaksa untuk menjadikan Prilly sebagai pacarnya. Apalagi, ketika Arkan mengatakan kalau dirinya tidak bisa mendapati Prilly. Itu membuat Ali langsung melakukan tindakan ini tanpa berfikir panjang.

Sebenarnya, tidak ada kata apapun yang menjelaskan kalau mereka resmi berpacaran. Tidak ada komitmen yang mereka buat. Hanya ada ucapan Ali yang menyatakan kalau Prilly sudah menjadi pacarnya. Hanya itu. Tidak ada perkataan Ali yang menyatakan cinta atau apapun. Disitu Prilly terus membantah tidak terima. Ali tidak perduli. Yang jelas, Ali akan mengakui pada kawan-kawannya kalau dirinya sudah berhasil mendapatkan hati Prilly.

Tanpa repot-repot, tanpa memaksa terus menerus, Prilly sudah mengakui kalau dirinya kekasih Ali.

"Gue mau masuk kelas, Pril. Minggir." Ali berusaha merendahkan nada bicaranya.

Prilly langsung menggeleng cepat. "Enggak!"

"Mau lo apa sih?!" Ali reflex membentak kasar. Ali terdiam sebentar. Dia tidak pernah membentak perempuan.

"A-aku cuma mau minta temanin ke toko buku aja," Prilly terbata-bata sambil menunduk. "Aku mau beli novel. Semua novel koleksi aku udah terbaca semua."

"Gue bukan ojek lo."sahutnya datar.

"Tapi, kamu kan pacar aku!" Prilly mendongak. Tubuh Ali lebih tinggi darinya. "Kata Itte, kalau punya pacar, kita bisa minta temanin kemana aja,"

"Itu kata temen lo. Bukan kata gue." Ali bernada ketus. "Lo sekarang minggir! Gue mau masuk kelas."

"Gak mau! Pleaseee, temanin, ya ya ya??" Prilly menangkup kedua tangannya. Menatap Ali dengan puppy eyes yang membuat siapa saja melihatnya pasti akan menuruti permintaannya langsung. Tapi tidak bagi Ali.

Playboy Is Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang