"Kalo di suruh Bunda tuh jangan cemberut kenapa sih. Kan, kita belanja buat makan kita juga. Aku aduin ke Bunda loh nanti,"
"Aku capek, apalagi entar malem nyetir,"sahut Ali yang berjalan di sisi Prilly. Mereka sedang menuju ke supermarket setelah memakirkan motor di area parkiran khusus pengunjung supermarket.
Jam 4 sore pulang sekolah, Ali langsung mengantar Prilly pulang, menemaninya mengambil pakaian yang akan dikenakan nanti malam, setelahnya mengajak gadis itu ke rumahnya, karena nanti malam mereka berangkat dari rumah Ali.
Parahnya, baru saja mereka sampai di rumah Ali, Bunda langsung meminta tolong kepada mereka untuk belanja bahan-bahan masakan untuk makan malam nanti.
Ke supermarket saja mereka masih mengenakan seragam sekolah, padahal ini sudah pukul 5 sore.
"Yaudah nanti habis makan malem kamu istirahat dulu sebentar,"ujar Prilly. Ali mendorong pintu dan mempersilahkan Prilly masuk lebih dulu. "Tadi Bunda nyuruh belanja apa aja?"
Ali mengedikkan bahunya. "Mana aku tau,"
Prilly menoleh, menaikkan sebelah alisnya. "Serius dong. Kan, tadi Bunda udah nyuruh kamu nyatet bahan apa aja yang kita beli!"
Karena kesal melihat Ali yang memainkan ponsel, mengabaikannya, ia mengambil troli dan mendorongnya berjalan mendahului Ali. "Biarin aja. Entar juga di jewer Bunda. Aku sukurin nanti!"
Ali yang berada di belakangnya bisa mendengar, lelaki itu sedang mengecek pesan yang baru di kirim Bunda, tadi ia benar lupa mencatat.
Ali menyamai langkahnya dengan Prilly. "Jangan ngambek dong. Senyum aja,"
Prilly mendengus, mengacuhkan Ali yang di sampingnya. Beberapa detik, ia memekik ketika Ali menggendongnya tiba-tiba dan memasukkan tubuh mungilnya ke dalam troli.
"Ali kamu apaan sih! Malu tau!"
Ali menyunggingkan senyumnya, mendorong troli yang tadinya kosong, sekarang sudah berisi Prilly di dalamnya.
Ali menundukkan kepalanya membisikkan sesuatu di telinga Prilly. "Anak kecil,"
"Siapa?!"tanyanya dengan sewot.
"Kamu,"
"Kamu yang prilakuin aku kayak anak kecil begini!"
"Tapi seneng, kan?"
Prilly mendelik, menatap wajah datar yang berubah menjadi konyol. Ia mengangguk dan terkekeh kecil, tidak jadi ngambek. "Seneng sih. Udah lama gak duduk di troli,"
Ali mengacak rambut Prilly membuat gadis itu memekik lagi. "Ngambeknya sebentar banget,"
"Oh, maunya lama?!"
"Enggak,"
Prilly memandang supermarket yang luas ini. "Aku mau berdiri, boleh gak?"
"Apa aja buat kamu, semua boleh,"
"Tapi pelan-pelan dorongnya, ya?" Setelah menoleh ke belakang melihat Ali yang mengangguk, Prilly berubah posisi yang tadinya duduk menjadi berdiri di atas troli.
Tubuhnya menghadap kebelakang, tepat menghadap Ali. Kedua tangannya di rentangkan. "Malu gak kalo aku begini?"
"Enggak pernah malu bawa anak kecil cantik kayak kamu,"ucap Ali lembut dan tersenyum kecil. Melihat Prilly yang berbalik badan menghadap ke depan lagi, Ali berniat menjahili gadis ini.
"Kita meluncur!" Ali setengah berlari mendorong troli menyusuri supermarket luas ini, sambil mencari bahan-bahan yang Bunda pesan.
"Ali, nanti aku jatuh!"pekik Prilly mengundang perhatian orang sekitar yang sedang belanja. Ada yang sinis, ada juga yang tersenyum melihat keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Is Mine
Teen FictionSosok playboy yang mempunyai sifat dingin, tidak pernah berprilaku manis terhadap perempuan, dan kini dia merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan seorang perempuan mungil yang mempunyai sifat polos berbeda dengan perempuan lainnya.