19 - [Gravitational Encounter]

8.1K 1K 219
                                    




However, due to the strength of gravitational attraction between the Andromeda and Milky Way galaxies, astronomers have long known that these two are destined for an encounter-despite the overall expansion of space. [Evanescence-Say You Will]













Jika suatu hari aku menyesal, tolong-jangan pernah mengungkit malam ini sebagai sebuah kesalahan. Sebab, aku tidak tahu kapan keberanian itu akan kembali bertebaran, karena kupikir, menjadi seseorang yang mencintai lelaki semacam Richard Frederic Park begitu dalam bukanlah sebuah kutukan. Tapi jika memang iya, maka aku rela dikutuk Tuhan selamanya. El dan Kai menemukan kami tidak seberapa lama setelah Richard kembali membuat wedges-ku menapak di tanah. Dia menatapku ragu, menaikkan satu alis; seolah bertanya.

Lelaki itu berbalik dengan mengepalkan kedua tangan. Napas naik turun. Terhempas angin malam yang menerbangkan. Aku menatap punggung Richard, mengabaikan sapaan El dan Kai yang-sepertinya, tidak tahu apa yang baru saja terjadi diantara kami. Bagaimana implus respon-ku begitu berlebihan jika dan hanya jika berhubungan dengan manusia bebal itu. Richard mengeluarkan kotak rokoknya, memantik api dengan mengepulkan asap beberapa kali. Setelah tiga kali hirup, dia baru menoleh ke belakang. Bukan untukku, tapi lebih pada Kai dan El. "Mobilmu masih di basement?"

Kai mengangguk, menenteng mantelnya. "Kenapa?"

"Antar dia pulang."

Aku tertegun beberapa waktu. Menatap pelapis raksasa membingkai sosok jangkung itu lebih tebal. Richard seperti cahaya aneh yang tidak dapat dapat masuk dalam genggaman tanganku, padahal dia sudah menerangi malam-malamku. Bersama lenteranya, lilin-lilin membaur jadi satu-sebelum mereka semua menyerpih dengan penolakan Richard padaku semacam; 'Dia Memberikanku pada El dan Kai Untuk Mengantarku Pulang. Kenapa tidak dia sendiri? Apa semuanya berkorelasi dengan apa yang baru saja kulakukan padanya?'

Sepertinya, dia berpikir jika aku baru saja mengatakan omong kosong. Mungkin dia benar-benar menganggapku sedang tidak waras. Richard baru menatapku setelah menyelesaikan direksinya.

Dia kali ini mendekat, menurunkan apitan tangan yang menggenggam rokok, sedang sebelahnya bertindak diluar prediksi dengan mengambil punggungku, merapatkan pada dadanya. Telapak tangan Richard yang kasar membelai lembut kulitku, membuat rusuk-rusukku hampir lepas. Gaun sialan ini memberikan ekspos dengan bagian belakang terbuka. Aku terkejut bukan main ketika Richard menyisipkan tangannya lebih jauh ke dalam lilitan gaun, seolah mengerti jika skelet-skeletku luar biasa menegang. Usapannya terkesan menenangkan, bergerak ritmis naik turun.

Lirih, Richard berbisik tegas, seolah tengah meyakinkanku, berusaha memberikan pengertian setelah berhasil membobol sepihak pemikiran negativeku tentangnya baru saja. "Jangan berpikir macam-macam. Aku hanya ada urusan mendadak."

Kalimat itu ditutup dengan hembusan napas hangat berbau rokok di sekitar telinga. Spontan saja, aku berjengit karena merinding.

Tangan kiri Richard berangsur naik dari punggung, meremas bahuku, berhenti untuk menopang daguku dengan sebelah tangannya. Dia tersenyum-bukan, mungkin menyerigai, tapi dia melakukannya dengan sangat tampan. Sebilah bibir Richard yang naik itu menusukku lebih dalam. Aku tidak sadar jemari tangannya sudah berpindah ke atas kepalaku, menyingkirkan poni rambut, mengusap dahiku yang tiba-tiba berpeluh. "Telepon jika sudah sampai rumah. Ini peringatan terakhir; jangan lagi memblokir nomorku."

"Wah-wah!" Tepuk tangan Kai dan suara nyaring El mengacaukan suasana yang sudah dibangun oleh Richard. Entah kenapa, kali ini, aku tidak suka kehadiran mereka berdua diantara kami.

ANDROMEDA [PCY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang