25 - [Sophisticated Techniques]

7.2K 1K 306
                                    






Van der Marel and his team had challenging is that the shift is extremely small—slightly less than one-hundredth of a pixel. Small as it is, by developing sophisticated data analysis techniques, they found this motion could be measured with confidence. [Evanescence—Missing]





Terkadang aku berpikir, apa di dunia ini hanya aku satu-satunya yang tersisa menjadi orang bodoh? Hidup di era modernisasi, melepaskan betapa moderatnya prespektif konservatif. Setiap narasi pada masing-masing orang secara normalnya ada pada bagaimana ia bersikap dan bertutur kata. Kehidupan dirancang sesuai dengan perbuatan. Hidup jujur tanpa kebohongan, baik diri sendiri atau orang lain. Di dunia realitas ini, baik dari ketiga Kakakku, berada diantara teman-temanku—mengapa aku merasa jika Tuhan meletakkanku di rantai makanan paling bawah.

Dimana aku, tubuhku adalah santapan lezat berupa daging kebohongan. Darahku mungkin menjadi sup pendaping makan siang yang membuat mereka; hanya menunjukkan padaku, bahwa hidup ini indah meski tanpa perjuangan. Mereka semua, termasuk Kakak dan teman-temanku adalah representasi hidup memuakkan yang selalu menjejaliku dengan fakta yang disembunyikan.

Semuanya itu diperjelas dengan kalimat yang baru saja El ungkapkan. "Aku anggap kau tidak pernah mengatakan kalimat sebelumnya." Senyum itu menyisip pada pelapis wajah tampan dan lambaian tangan, "Bianca, semoga harimu menyenangkan."

Sampai kapan aku akan terus diberikan pemandangan punggung jika terlibat dengan rasa ingin tahu. El hanya orang ke-sekian yang melakukan hal itu padaku. Kris, Suho dan Daelano adalah pelaku tersering—itu yang aku tahu. Jika orang-orang yang kukenal, selain mereka, juga bersikap hal yang sama sepertiku, rasanya hidupku tidak adil, sungguh.

Aku memupus semua rasa memuakkan itu, memberi sugesti bahwa mungkin ini bukanlah saat yang tepat bagi El untuk membicarakan semuanya. Masih mencoba berpikir positif saat tahu jika itu benar-benar negative ternyata sangat susah.

Diluar ekspektasiku, El tiba-tiba saja terhenti di bawah televise koridor Krakenhaus. Dia menoleh ke arahku, yang masih terpusat pada bahu tegapnya yang ritmis.

"Bianca, beritanya masih sampah seperti biasa. Lagipula orang sakit tidak perlu tahu informasi terkini pembunuhan orang yang sama sekali tidak mereka kenal, bukan?"

Tanpa menjawab apapun, aku berniat lewat pintu keluar Krankenhaus yang lainnya.

"Sebentar lagi, sialan! Oi, jangan mati dulu." Ada sedikit ramai-ramai dari halaman Krankenhaus. Dua sosok jangkung yang sukses merebut atensi kebanyakan orang. Satu orang terlihat khawatir, sisanya adalah sumber atensi. Tinggi mereka cukup menyita perhatian dengan ras perawakan separuh Asia. Melebihi fisik, aku justru focus pada salah satu diantara keduanya. Demi Tuhan, bagaimana orang-orang justru terpesona pada ketampanan, bukan cara menolong yang tepat. Gejala selanjutnya sudah dalam prediksiku—lemas mendadak.

Pria itu terlihat sesak napas, berulang kali kesulitan melakukan respirasi. Pada setiap tarikan udara selalu yang diselingi dengan batuk. Sebelum satu temannya yang tidak bertanggung jawab itu hendak melakukan aksi tidak membantu, aku menghentikan langkah mereka lebih cepat sebelum semua terlambat. Asma.

"Bukan seperti itu pertolongan pertama pada orang sesak napas, stupid! Minggir—" Aku menyibak kerumunan, yang lebih mirip segerombol domba tersesat bahagia karena menemukan pengembala tampan. "Respirasinya akan semakin terganggu. Brengsek, dudukkan dia!"

Aku mengakomodasi suasana, menginstruksikan dia beberapa langkah untuk tindakan pencegahan. "Kau bisa mendengarku? Semuanya akan baik-baik saja. Hey, kau tidak boleh panik! Jika kau gugup maka asmamu akan semakin parah. Ambil napas pelan-pelan dan stabil."

ANDROMEDA [PCY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang