21 - [Andromeda Tangential]

7.2K 1.1K 289
                                    




What the remained unknown, however, is whether this encounter will be a miss, glancing blow, or head-on collision. The answer depends on Andromeda tangential, or lateral, motion to the Milky Way. Until now, astronomers have been unable to measure this motion in the sky; it was simply too small to detect with the available telescopes and processing techniques of the past. [Evanescence-Even in Death]








El adalah terantusias, meski risih dengan Kai yang menyebalkan. Garukan di tengkuk beberapa kali menjadi sasaran. Yeah, soal Kai. Dia terlalu sering membuat ekspreksi abstrak. Aku menghela napas beberapa detik. Menatap punggung keduanya dari belakang. Langkah meyakinkan El dan ragu-ragu Kai kupangkas dalam perasaan horizontalku di sekitar varian rata-rata. Tapakan pertama, aku gagal karena lenganku yang ditarik dari belakang.

Richard masih menahan, dia membuat dirinya sejajar denganku. "Ini konyol, Bianca."

Aku menatapnya, harus mendongak karena tinggi badan kami yang luar biasa sialan tak sama. Dagu tegas Richard temaram memunggungi cahaya mirip kerosin berasal dari lilin kekuningan. Sepasang obsidian ragu ditambah dengan kelopak bergerak ritmis. Finalnya, aku tidak bisa berhenti untuk bersikap tidak peduli. "Kita lakukan saja."

Richard, finalnya, melepaskan cekalan di lenganku. Kami harus bersusah payah menuruni tangga darurat karena listrik yang padam. Pihak pengelola apartemen sudah menyiapkan penerangan otomatis disana, genset mungkin. Malangnya, kenapa dari sekian hunian apartemen yang bertumpuk-tumpuk disini, hanya kepunyaan Richard yang padam. Dia pasti menunggak uang listrik dan semacamnya. Mungkin-dia belum mendapatkan pembiayaan dari hasil uang; yang ia sebut dengan bekerja, entah itu apa.

Kami berempat masuk ke dalam mobil El. Butuh sekitar dua puluh menit untuk sampai ke hotel tidak berpenghuni itu. Lokasinya sedikit jauh dari hiruk pikuk jalan besar apartemen Richard, namun karena tiga puluh lantai itu-kami bisa menatap leluasa gedung pencakar langitnya. Aku mulai mengusap tengkuk saat mobil kami bermanuver di jalanan sepi pemukiman penduduk yang jarang.

Bukan populasi padat, hanya ada beberapa keluarga saja jika dihitung cepat. Suasana seram semakin mendukung karena listrik padam. Aku menghela napas karena sampai di tempat itu lebih cepat dari estimasi. Kami semua keluar dari mobil tanpa banyak kata berlebih. Banjar pertama ada El-pencetus ide dan kegilaan ini. Baris kedua, tepat di belakang El, kukoreksi lagi-menghimpit punggung El sejak melihat bagunan gothic yang hanya berjarak beberapa langkah dari posisi kami, ada Kai Sergio.

Aku ada di urutan ketiga dan sialnya, Richard Park seperti seorang penguntitku karena posisinya. Mungkin jika kami tidak saling mengenal, aku akan mengatainya seperti itu. Tapi kami tahu, saling mengerti.

Punggungku rasanya terbakar. Berdasarkan sudut pandang teori manapun, aku ingin dibenarkan mengenai firasatku-bahwa kini, Richard, dengan sepasang obsidiannya itu tengah menatap punggungku begitu tajam. Diam-diam, aku mencuri-curi kesempatan guna melirik ke samping, penasaran; dia sebenarnya benar-benar memperhatikanku atau tidak. Kami meninggalkan mobil di dekat persimpangan jalan yang sangat sepi; terlebih di jam nocturnal seperti ini.

Ada gang sempit menuju hotel sekitar tiga puluh lantai itu dari hiruk pikuk jalan besar. Gerbang tinggi dan besarnya sudah ditumbuhi rerumputan, sisanya banyak dijejali oleh pohon-pohon berkambium lebar-tinggi. Gelap dan dingin bekas hujan deras. Aku berulang kali menggosok lengan dengan kedua tangan. Di luar ekspektasi, aku merasa mantel tebal langsung jatuh di bahuku begitu saja. Aku menoleh reflek dengan apa yang baru saja ia lakukan. Pandangan kami bertemu beberapa saat, membuat posisi kami agak jauh dari langkah El dan Kai. Serentetan kalimat dari bibirku sudah hendak terlontar sebagai aksi protes karena Richard yang hanya mengenakan kaus hitam tipis.

ANDROMEDA [PCY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang