22 - [Roeland van der Mare]

6.9K 1.1K 302
                                    

Now, 100 years after Slipher's important, velocity measurement of M31, a team of astronomers led by Marland-based astronomer Dr. Roeland van der Marel has, for the first time, measured the lateral motion of the Andromeda galaxy [Evanescence—Erase This]










Malam ini, aku lupa pada setiap baris kalimat buku yang diberikan Kris sebagai hadiah ulang tahun kelima belas. Satu, dua, tiga sampai sekitar seribu poin berisi postulasi; 'How to be the kindest woman' yang terangkum dalam satu judul buku etika. Aku telah kehilangan semua norma dan aturan bahkan kode etik dalam satu kali tumpuan bibir. Jemari masih berpegangan pada bahu tegap Richard, posisi kami sangat tidak nyaman dengan aku yang berdiri-menunduk dan Richard menekuk sebelah lutut paska menurunkanku dari gendongan.

Bibir beraroma nikotin adalah bonus ketika dengan insting, aku menjadi pihak yang mengawali penyatuan kami berdua. Hanya menempel; sebab kuakui, ini adalah ciuman sekaligus mencium kali pertama. Bianca Andromeda Köhler sudah melanggar dogmanya untuk memberikan pertemuan antar bibir di altar gereja—dan semuanya karena seorang Richard Park. Tumpuan itu berlangsung, meledak diantara helaan napas dada yang naik turun. Jemariku bergerak diantara mereka. Pusat trabekula—jalinan tonjolan otot sampai pada korena kordis menjadi objekku menyentuh dadanya lebih dalam.

Tidak bereaksi lebih, intensitasku sesuai dengan direksi naluriah untuk menggegat bibir bawahnya harus urung seketika karena Richard menjatuhkan tubuh ke belakang.

Bibirku menyapa udara hampa. Pria itu menatapku nyalang dengan berbagai prespektif yang aku yakini semuanya adalah negative. Richard berdiri setelah mengibaskan tanah mengandung Praseodium langka kuning kehijauan dari serakan celana jeans-nya. Dia berkata sesuatu, tanpa mengizinkan mata kami bertemu. "Aku anggap kau sedang tidak sadar melakukannya. Kita lupakan kejadian malam ini."

Saat itu, aku tidak bisa memikirkan apapun selain brengseknya dia. "Aku tidak bisa. Kau—" Tudingan telunjukku, yang harus terangkat lebih untuk mengumpati wajahnya harus terpangkas begitu saja.

Kata-kata kasar terhembus hanya dengan kalimat; "Damn, kau saja yang melupakannya!"

Lalu aku bergegas pergi. Kemanapun, dimanapun. Aku sudah tidak punya wajah lagi. Harga diriku luntur karena mengorbankan banyak hal untuk Richard. Faktnya, dia tidak mengambil alih ciuman tadi seolah ia sedang bersama Seulgi kemarin. Juga, Richard sama sekali tidak mendominasi tumpuan bibir kami seperti yang ia lakukan dengan Violette waktu lalu. Brengsek. Sialan. Mati saja kau Richard Park—

"Bianca, wait—"

Lenganku dicekal, tubuhku ditarik ke belakang. Sekal dada bidang langsung menjadi sandaran punggungku begitu saja. Aksi protes sudah berkali-kali kulakukan, namun tenaga Richard sudah mensabotase semua kinetis.

"Kali ini saja, percaya padaku." Bisiknya, penuh pengharapan. Seolah dengan sebilah nada itu aku dapat menurut padanya—lagi.

"Apa yang harus kupercayai dari brengsek sepertimu?" Sangkalku, masih berusaha memberontak dengan sisa kekuatan.

Richard memutar tubuhku menghadapnya. Jemari panjang itu telah mengisi tangan-tangan kesepianku dalam dua genggaman penuh. Hangat menghantar kalor. Malam dingin hanya abstraksi karena Richard adalah penawar. Bibirnya—yang tadi—MENOLAKKU itu memberikan kecupan di punggung tangan. Berlama-lama disana, entah dengan maksud apa. Diferensi nyata menjadi realitas, bahwa bibir penuh Richard terasa lebih bergolak ketika—Ya Tuhan, buat aku sadar.

Diluar apa yang kuanggap retriksi, Richard terlalu kuat menyorotku dengan sepasang obsidian penuh makna. Mengukuhkan. Menenggelamkan. Aku terseret pada lubang hitam tidak berdasar. Dia semesta sesungguhnya dengan aku yang terus berevolusi, mengharap dari sekian juta miliar jarak cahaya, dapat merengkuhnya. Pertahanan yang kubangun untuk tidak akan kalah dengan seluruh tindakan sialan itu harus hancur, bertebaran di udara dengan jatuhan halus ketika musim gugur.

ANDROMEDA [PCY] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang