03.1 Dysania

2.7K 302 9
                                    


Fanfiction ini udah diperingatkan ada konten dewasanya ya, walaupun ngga bakal parah banget si. Jadi tolong dengan bijak membacanya, bagi yang masih dibawah umur silahkan untuk tidak membacanya.

Kita bisa meniru yang baik dan membuang yang jelek. Jangan lupa baca fanfiction ini saat waktu istirahat anda. Jangan membuang waktu berharga kalian yap.
Jangan lupa budayakan memberi vote dan komentar. Dengan begitu anda menjadi pembaca yang baik lagi sopan. Thanks!

Dysania (n.) The state of finding it hard to get out of bed in the morning.

Hinata keluar dari mobilnya dan Sasuke menarik tangannya keluar dengan paksa. Selama perjalanan tadi mereka lebih banyak diam. Hanyut pada kesalahan masing-masing dan saling menyalahkan.

"Kenapa kau melakukan hal ini?" Hinata berusaha melepaskan paksaan Sasuke di tangannya. "Kau marah?" Hinata bertanya dengan bingung. Mereka berdiri di koridor rumah yang menghubungkan ruang tamu menuju ruang tengah dengan saling menatap kesal.

Sasuke memutar bola matanya jenuh. Ia diam tidak mengatakan apapun.

"Apakah karena aku berdansa dengan Sasori-san? Kalau itu membuatmu marah, aku minta maaf. Tapi apa yang harus kulakukan? Aku ditinggalkan, aku menunggumu dan kau tidak merasa bersalah juga karena telah menerima segala godaan dari Sakura-san kan?"

Sasuke membelalakan matanya. "Hei, aku dan Sakura hanya bersahabat. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. Tidak lebih."

Hinata memandang Sasuke dengan mata yang berkaca-kaca. "Itu dari pandanganmu, bagaimana kalau dari pandangan wanita itu? Kau tidak bisa melihat bahwa dirinya begitu menginginkanmu bukan?"

Sasuke menghela nafasnya, sebenarnya dirinya juga tidak tahu kenapa bisa semarah ini. Ia hanya merasa kesal saat melihat istrinya itu sedang berdansa dengan sahabatnya. Ia benar-benar tidak menyukai tangan Sasori yang memeluk perut Hinata dengan erat. Walaupun Sasuke percaya bahwa Sasori tidak akan serendah itu, segala prasangka buruk membuatnya buta akan kecemburuan-ia hanya merasa kesal setengah mati kalau Hinata sampai memalingkan pandangannya ke pria lain, ia takut ditinggalkan dan ketakutannya masih ada.

"Baiklah. Hari ini cukup." Hinata mengalah. "Aku minta maaf." Ia menghela nafas. "Lain kali aku akan hati-hati untuk tidak berinteraksi dengan pria lain." Dengan lemah dirinya memutar tubuh dan meninggalkan Sasuke yang masih terdiam. Hinata melangkahkan kakinya menuju Lantai 2 dan memasuki kamarnya, tiba-tiba dirinya merasa sakit hati dan malas untuk bertemu Sasuke.

Tidak adil

~ending scene~

Sasuke tidak bisa tidur dan ia keluar dari kamarnya, lalu membuka kamar Hinata dan mengintip wanita itu. Namun nihil, Hinata tidak ada disana. Langkah kakinya membawa Sasuke menuju perpustakaan atau ruang baca dan benar ada Hinata disana. Sementara Sasuke berdiri diam didepan pintu ruang baca. Menatap lekat sosok istrinya yang tertidur dikursi santai mereka hanya menggunakan piama tipis.

Satu bulan yang lalu, ketika Hinata baru saja keluar dari rumah sakit akibat keracunan alkohol, setelah mendapat perawatan, setelah Sasuke sadar dan mereka saling memaafkan, Hinata berubah menjadi sosok yang baru, seperti orang lain walaupun cahaya matanya tidak sejernih dulu saat Sasuke pernah mengalami cinta pandangan pertama pada wanita itu. Dan itu sangat melegakan walaupun begitu rasa takut masih sering hinggap di hatinya.

Dulu Hinata sering sekali bangun siang, lebih dari jam 10 pagi tapi sekarang? Ia berkeliaran seperti anak kecil dan mulai mencoba segala hal yang ada dirumah ini dengan antusias dan terkadang mengajak Sai maupun Ino untuk bermain bersamanya. Wanita itu juga sudah berteman dengan Bibi Mayu dan tersenyum ramah kepada semua pelayan di rumah ini. Jika biasanya Hinata pergi bersama Akashi atau membawa lelaki itu kerumah, sekarang sudah tidak.
Kini Hinata juga tidak meminum alkohol dan semua pil obat-obatan miliknya sudah hangus terbakar. Kalau Sasuke berangkat ke kantor pun Hinata akan selalu hadir mengantarkannya ke depan rumah atau menyambutnya pulang dari kantor dengan senyuman dan ciuman yang lembut.

Ending Scene [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang