Dulu ada seluas jarak diantara Hinata maupun Sasuke. Diantara mata ungu yang jernih tanpa cahaya dengan tatapan kosong dan mata hitam jelaga yang tajam dengan tatapan kesepian. Tuhan mempertemukan mereka. Menautkan benang merah yang berlika-liku dengan membingkai cinta lagi benci menjadi satu.Dan setiap kali Sasuke mengedarkan pandangannya, pasti ia melihat Hinata begitupun sebaliknya. Saat mendapati bayangan mereka yang satu sama lain selalu singgah membuat mereka sama-sama membenci, mencintai, membenci dan mencintai lagi. Presensi Sasuke bagai langit mendung bagi Hinata dan presensi Hinata bagai hujan deras bagi Sasuke. Mereka sama-sama menurunkan rintik kepedihan juga gejolak petir yang selalu bisa saling menyakiti-entah membuat Hinata menyiksa diri dan menangis atau membuat Sasuke berteriak frustasi dan ingin membunuh mereka berdua ke neraka. Terbilang dramatis memang kisah mereka, tapi gambaran sederhana yang terlalu puitis ini memang menggambarkan kesedihan hati kecil mereka berdua.
Mungkin itulah sebabnya Tuhan kembali menautkan benang merah di antara keduanya untuk memperbaiki luka, kembali bersatu dan menyatukan serat-serat yang telah terputus itu. Mereka bertahan dan sampai di titik untuk menerima, menyambut dan berharap bisa mengecap surga serta kebahagiaan bersama.
"Sasuke-san," Hinata memanggil suaminya dengan lembut. "Kau tau apa ini?" Tanyanya saat memamerkan cincin emas bertahkta berlian putih yang tersemat pada jari manisnya.
Sasuke tersenyum tipis dan memandangi istrinya yang masih dirawat di rumah sakit itu. "Itu cincin pernikahan kita kan?"
Wanita dihadapannya mengangguk antusias. "Iya." Hinata menahan nafasnya sebelum menambahkan. "Sasuke-san, terimakasih karena telah memberikan kesempatan padaku."
Sasuke menggeleng lalu tersenyum tipis. Ia bangkit dari tempat duduknya dan memajukan wajahnya agar bisa melihat Hinata dengan jelas. "Aku yang seharusnya berterimakasih." Dan tanpa aba-aba, Sasuke dengan lembut mengecup dahi Hinata lama sekali.
Setelah itu mereka tersenyum bersama. "Ah senangnya, besok aku pulang, akan kembali ke rumah dan bisa bermain sepuasnya." Hinata memamerkan wajah cantiknya.
Hinata itu memang cantik, apalagi saat dibalut kebahagiaan.
Sasuke menghela nafasnya.
"Tidak bisa. Tunggu tubuhmu sembuh dahulu." Jawab pria Uchiha itu tajam."Kenapa seperti itu?" Hinata memberenggut kesal.
Sasuke yang gemas hanya bisa tertawa, jarang sekali melihat tawa pada wajahnya yang terbilang dingin itu. "Kau harus makan banyak agar cepat sembuh dan bisa melakukan apapun yang kau inginkan."
"Baiklah kalau begitu." Hinata tersenyum dan dengan cepat mengecup pipi suaminya. "Terimakasih karena telah mengkhawatirkan kondisiku."
Sasuke diam-terbengong dengan perasaan berdebar. Lalu "Siapa yang bilang, kalau kau boleh menciumku?"
Hinata terkikik. "Itu kan hadiah, masa aku harus mengatakannya padamu. Kuno!" Hinata yang merasa puas karena telah menjahili Sasuke hanya bisa tertawa dan mengangkat selimutnya tinggi-tinggi lalu bersembunyi di baliknya.
"Dasar gadis nakal." Sasuke hanya bisa tersenyum sambil memegangi pipinya dengan perasaan aneh dan menatap Hinata yang sudah bersembunyi dibalik selimutnya.
Ini pertama kalinya Hinata menciumnya terlebih dahulu.
~ending scene~
Pagi ini sebelum pulang kerumah, Hinata dan Sasuke melewatkan waktu mereka untuk mengunjungi makam Sabaku Gaara yang telah dikremasi. Abu pemuda itu tersimpan didalam guci dan fotonya yang tersenyum saat wisuda dari Harvard University membuat dada Hinata diterjang rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Scene [✓]
FanfictionIni tentang Hyuuga Hinata wanita yang mengubur cinta pertamanya dengan keinginan Ayahnya yang bertemperamen buruk untuk menikahi putra sulung Uchiha Grup yaitu Uchiha Sasuke. Ini juga tentang bagaimana Uchiha Sasuke yang mencoba menambatkan hatinya...