09.1 Only If Without Her

3.2K 341 24
                                    


Rapat dewan direksi kembali diadakan. Setiap seminggu sekali namun kali ini diadakan dua kali karena ada pengambilan keputusan tentang arah perusahaan dan perencanaan pembangunan cabang hotel baru di Korea Selatan. Namun Sasuke hampir tidak bisa berkosentrasi sama sekali berkat tadi malam. Bayangan mengenai tubuh indah Hinata hadir di dalam otaknya dan kali ini istrinya itu terlihat cermat mencatat jalannya rapat dan merekam dari pojok ruangan-mendokumentasikan rapat direksi yang berlansung.

Bukankah menyenangkan kalau kau bisa menciumnya saat ini juga, Sasuke? Oke otaknya sudah tak waras.

Sasuke menghela nafasnya kasar dan menatap Hinata dengan tak senang, hatinya berdegup tak karuan dan tak merasakan ketenangan sama sekali. Wajah Sasuke sudah memperlihatkan tampang dingin tak menyenangkan apalagi saat Hinata bergantian dengan sekretaris yang lain. Ia duduk di pojok ruangan dengan hati-hati.

Kenapa wanita itu harus duduk di sana?

Sasuke masih bisa berkompromi tentang sikap Hinata yang sejak tadi malam jengkel padanya dan sebenarnya Sasuke sudah sadar. Hinata hanya cemburu padanya, tentang masalah kemarin, ia makan siang dengan Sakura. Kalau dipikir-pikir juga sikapnya memang lebih parah dibandingkan dengan Sasori yang hanya mengajak istrinya mengobrol, tidak sampai makan siang bersama. Dirinya memang harus meminta maaf nanti. Oke. Namun bukan hal itu yang harus ia khawatirkan sekarang. Masalahnya mata hitam milik Ketua Perlengkapan Sekretariat, yaitu Moriyama Kazuko melihat ke arah istrinya terus-menerus.

Sialan. Sasuke mengepalkan tangannya kuat.

Rapat berjalan dengan sangat lama, tidak seperti biasanya dan Hinata yang tidak nyaman pun akhirnya membuka sedikit kakinya lalu ia silangkan hingga pahanya sedikit terlihat. Mata Kazuko melebar dan semakin menatap paha putih mulus milik Hinata dengan lapar. Sasuke geram bukan main, tanpa sadar ia berdeham keras.

Brak!

Dan tentunya menggebrak meja dengan keras. Semua orang berjengit kaget begitupun dengan Hinata yang kini menatap Sasuke dengan tatapan tak mengerti. Suaminya yang dilihatnya itu kini malah menunduk menyembunyikan pipinya yang memerah. "Maaf, hari ini rapat selesai. Kondisiku sedang tidak baik."

Para eksekutif dan karyawan mulai berkemas dan siap meninggalkan tempat, mereka ketakutan. Jarang sekali melihat Presdir mereka yang begitu teliti dan sangat terampil, juga sempurna itu harus melancarkan amarah yang tidak diketahui penyebabnya. Yahiko yang mengerti perasaan Sasuke pun menuntun semuanya untuk berkemas dan segera pergi dari ruangan rapat. Sementara Konan menanyakan sesuatu pada Presdirnya itu dan jawaban Sasuke membuat bulu kuduk semua orang berdiri.

"Aku ada perlu dengan Shunji Hinata-san. Bisa kita bicara?"

Hinata merasakan bahwa hari ini dirinya sedang tidak beruntung. Ia meneguk ludahnya saat langkahnya mendekat pada Sasuke yang masih duduk terdiam sementara di ruangan itu tinggal mereka berdua.

Okey. This is game over, Hinata. Kau akan kehilangan pekerjaan ini. Ujarnya bersedih dalam hati.


~ending scene~

Wajah Sasuke yang dingin juga tampan itu membuat Hinata tidak sadar. Padahal ia sudah siap untuk membuat benteng dan bersikap jual mahal seperti tadi malam. Namun entah mengapa wajahnya malah terlihat begitu seksi dan hati Hinata berdegup tak karuan. Suara Sasuke yang maskulin memecah keheningan dan membuat Hinata canggung.

"Mendekatlah."

Hinata seperti kucing kecil yang mendekat malu-malu. Sasuke terpejam sesaat dan membuka matanya lagi, menatap Hinata dengan intens. Oke Hinata tidak bisa bernafas kalau ditatap seperti itu dan sekarang hatinya malah berdegup. Tubuh dan otaknya memang tidak bisa di ajak kompromi.

Ending Scene [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang