10.0 Unfinished Epilogue

2.9K 338 23
                                    


Di luar dinding kaca yang memisahkan dirinya juga Hinata, Uchiha Sasuke termenung dalam lautan emosi juga pikirannya. Hatinya mendadak terasa begitu ngilu, berat, sakit dan tak tahu harus berbuat apa. Namun ia sudah bertekad untuk selalu ada disamping istrinya-mungkin ini semua berkat cerita Mayu seminggu yang lalu mengenai kedatangan Akashi Seijuuro.

Dan ternyata Sasuke salah paham. Hinata memang mengundang lelaki itu kerumah mereka, tetapi bukan untuk hal-hal yang Sasuke kira, malahan Hinata mengundang Akashi untuk memutuskan hubungan mereka dan Hinata memilih untuk hidup bersama Sasuke. Ia meminta Akashi untuk mendukungnya dan begitupun dengan Akashi yang begitu mencintai istrinya itu-ia mengalah-melakukan berbagai cara untuk mendukung keputusan Hinata-untuk mendorong wanita itu untuk bertahan-tidak mencoba bunuh diri. Dan Sasuke? Ia malah tidak peduli pada perasaan Hinata dan kesengsaraan wanita itu selama ini.

Kau yang terburuk, Sasuke.

Sejak kejadian perkelahiannya dan Akashi Seijuuro. Sejujurnya Sasuke jadi lebih mengerti akan keadaan Hinata dan agaknya berterimakasih pada lelaki merah itu, dirinya jadi sadar sekarang.

"Sasuke... " Suara Neji membangunkan lamunan Sasuke begitu saja. Ia menoleh dan mendapati Neji yang sedang menggendong Inaho yang tertidur di pelukannya.

"Semua akan baik-baik saja, kau tahu kan bahwa Hinata sangat kuat?" Kakak iparnya tersenyum.

"Hn. Aku tahu." Ucap Sasuke sembari memandang Hinata yang tergeletak tidak berdaya dan beberapa alat medis terpasang di segala tubuhnya.

Neji tersenyum tipis. "Maafkan adikku itu. Ia memang cukup menggila."

Sasuke tersenyum miris. "Bukan, bukan salah Hinata. Aku saja yang tidak bisa menjadi suami yang baik baginya."

Neji kemudian menepuk bahu adik iparnya itu. "Aku tahu. Kalian memang masih terlalu muda untuk menghadapi ini semua, tapi sekali lagi tolong maafkan Hinata dan rawat ia." Setelah mengatakan hal itu Neji tersenyum tipis pada adik iparnya itu. "Kau tahu? Hinata itu hanya kesepian, ia memang terlihat kuat namun pribadi dirinya yang rapuh itu selalu ada dan tak akan pernah hilang."

"Aku tahu, dia istriku. Aku akan menjaganya dengan baik."

"Baguslah. Terimakasih."

"Hn."

Seharusnya dirinya yang meminta maaf. Bukan Neji, Hinata atau siapapun. Seharusnya dirinya yang bisa lebih bijak dalam menghadapi hal ini, bukannya lari dari masalah. Seharusnya ia tak menyalahkan Hinata karena wanita itu hanyalah korban dari segala masalah hidup yang ada, terutama kekejaman ayahnya.

Seharusnya...

Seharusnya Sasuke sadar,

Bahwa yang Hinata butuhkan adalah sesosok orang yang mau mendengarkannya dan melindunginya.

~ending scene~

"Hmmmm... "

Hinata merasakan tubuhnya benar-benar sakit sekarang ini. Ada rasa tak mengenakan yang menjalar di sekujur tubuh dan perasaannya. Ia berusaha membuka matanya, namun kelopak matanya benar-benar terasa berat dan susah sekali untuk terbuka. Tetapi pada akhirnya matanya terbuka, semuanya terasa gelap, kabur dan setelah beberapa menit Hinata bisa menyadari langit-langit kamar yang bewarna putih dan lampu yang tidak bersinar karena dalam keadaan mati. Ia mengerjapkan mata untuk melihat ke sekelilingnya dan sadar bahwa sekarang Hinata berada di rumah sakit.

Ah apa yang terjadi pada diriku lagi?

Ia kembali memandang sekitar dengan denyut nyeri dikepala. Ini adalah kondisi terburuk yang pernah Hinata alami setelah kejadian aborsi yang seperti menyedot habis nyawanya itu. Jujur, sekarang Hinata merasa haus. Ia menatap kesekeliling berharap menemukan gelas, sebotol air minum atau apapun yang bisa menghilangkan gelegak hausnya, namun hal itu tidak terjadi, yang ada malahan sebuket mawar merah di nakas tenpat tidurnya. Kemudian dengan gerakan lemah, Hinata berusaha bangkit dan terduduk di ranjang empuk rumah sakit kamar VVIP sambil memandang bunga mawar itu heran.

Ending Scene [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang