"Nenekk!" Laksmi berseru senang sembari bangun dari posisinya yang tengah duduk dengan kedua kaki diluruskan ke depan guna berdiri. Kemudian, lanjut berjalan tiga langkah di atas kasur agar bisa memeluk nenek kesayangannya.
"Hayoo (haloo), Neneekk." Laksmi berniat menyapa. Nada riang di dalam suara batita itu terdengar begitu jelas. Sedangkan kedua tangan dari Laksmi yang mungil melingkar sempurna di leher sang nenek. Tak mau mengakhiri pelukannya secara cepat. Batita itu masih ingin bermanja-manja.
Sementara, senyuman hangat sudah terpatri di wajah Ibu Ratna sejak perlakuan manis dari sang cucu diterima oleh beliau. Ibu Ratna turut memberikan balasan dekapan yang tak kalah erat, menyalurkan rasa sayang sekaligus rindu besar beliau karena lama sudah tidak berjumpa secara langsung.
"Hallo juga, Laksmi. Nini kangen Laksmi." Ibu Ratna berucap halus. Kelembutan pun tak hilang dalam suara beliau. Afeksi berupa usapan-usapan pada bagian punggung dilakukan Ibu Ratna sebagai bentuk afeksi tulus dari beliau.
"Anen (kangen)." Laksmi meluncurkan sepatah kata yang baru enam detik didengar batita itu pada untaian kalimat sang nenek. Laksmi lalu tergelak, sebab anggap hal tersebut lucu. Senyum manis kian direkahkan olehnya.
Mau tidak mau, Ibu Ratna jadi ikut mengeluarkan tawa beliau, meski tak terlalu keras. "Iya, Nini kangen dengan Laksmi. Bagaimana kabar Laksmi? Sepertinya cucu Nini ini cepat gede, ya? Laksmi semakin berat saja sekarang. Laksmi jadi gendut."
Sembari mengangguk, Laksmi pun tidak henti menatap secara intens sosok neneknya. Selang 10 detik, batita itu lantas menjawab dengan gaya bicaranya yang cadel, "Aikk (baik)."
"Laksmi baik? Cucu ini harus selalu sehat. Jangan sampai menjadi sakit seperti Nini." Ibu Ratna berpesan serius. Tetapi, dialunkan sangat lembut setiap kata dilontarkan beliau.
Anggukan kepala tidak absen untuk Laksmi tunjukkan sebagai balasan atas pesan ditujukan padanya. "Iyaahh." Batita perempuan itu meneruskan sahutannya lewat sebuah kata yang diucapkan dengan semangat dan ekspesi yang lucu.
"Lucu sekali cucu Nini." Tawa Ibu Ratna belum surut. Beliau sangat terhibur. Dan bahkan langsung merasa lebih baik sekarang. Sosok kecil Laksmi ampuh menjadi obat beliau.
"Hahaha. Ucu... Ucu, Nini." Laksmi kian tertawa keras seraya mengulang mengucap kata yang diucapkan sang nenek.
Lantas, batita perempuan itu mengecup dengan ciuman basah oleh air liur pipi-pipi neneknya. Dilanjut lagi, memberi pelukan sembari merebahkan kepalanya di bahu kiri sang nenek. Beginilah, cara yang gemar lakukan oleh batita itu jika sedang ingin tunjukkan sifat manja pada orang-orang di sekitarnya.
"Tayangg (sayang), Niniiiiiii." Laksmi pun mengungkapkan rasa sayangnya masih dalam gaya bicara yang cadel dan dilengkapi pula tawa renyahnya keluar dengan suara cukup keras.
"Nini juga sayang sekali dengan Laksmi. Cucu Nini dan Kakek yang sangat cantik, juga lucu." Ibu Ratna segera loloskan sahutan atas ucapan tulus cucu perempuan kesayangan beliau.
Tawa Ibu Ratna yang baru terluncur seperkian detik jadi terhenti, tatkala Wirya mengambil posisi duduk di pinggiran kasur, tak jauh dari tempat beliau berada. Ibu Ratna pun melayangkan sorot mata tajam. Belum dapat menerima kehadiran sang putra.
"Ibu kira kamu tidak akan sudi atau ingin datang ke sini, menjenguk Ibu yang sedang sakit, Nak. Ternyata, rasa peduli pada Ibu masih ada." Ibu Ratna mengeluarkan sindiran beliau.
"Aku harus tetap peduli karena bagaimanapun juga, Ibu adalah orangtuaku. Tanggung jawabku tidak bisa aku abaikan. Lagipula, Latri yang membujukku untuk datang kemari."
Ibu Ratna sunggingkan senyuman sinis. "Karena istrimu? Lalu, kenapa dia tidak ikut datang? Bukankah wajib juga jenguk Ibu, istrimu itu, Nak? Apa dia tidak mau berkunjung ke sini?"
"Bukan, Bu. Aku yang melarangnya datang ke sini. Aku minta Latri istirahat di rumah saja karena dia mengandung anak kedua kami. Setelah di USG, jenis kelamin calon bayi dalam rahim Latri adalah laki-laki, Bu. Bagaimana perasaan Ibu tahu tentang hal ini? Apakah Ibu dan Ayah akan merasa senang?"
.........................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI PENDUSTA
General Fiction[Follow akun ini dulu agar bisa membaca part privat] "Aku sangat mencintaimu, Latri. Bagaimana bisa aku berselingkuh dengan yang lain?" "Bagaimana juga kalua kamu mendua bukan karena hati, melainkan untuk punya anak laki-laki, Wirya?" "Kamu sungguh...