"Mama...Mama...," Laksmi antusias memanggil-manggil sembari terus memandangi wajah cantik ibunya yang masih tertidur, sudah dimulai batita perempuan itu sejak beberapa menit lalu.
Dan, kala tak mendapat tanggapan sama sekali. Laksmi lantas memanyun-manyunkan bibir, menjadi tanda jika batita itu tengah sedikit merasa sebal.
Laksmi ingin melanjutkan aksi agar ibunya segera bangun dan menjawab panggilannya. Batita itu lalu menaruh tangan kanannya yang kecil di atas pipi kiri sang ibu.
Sorot lugu pada sepasang mata hitam Laksmi dengan melekat jelas. Walau, kejahilan sekarang ini sedang coba dilakukan batita perempuan itu pada ibunya.
"Mamaa ...," Batita perempuan itu pun sedikit meninggikan suara, kembali memanggil sang ibu yang berbaring lelap di samping kirinya.Tak ada balasan diperoleh batita itu.
"Laksmi udah bangun, Nak?"
Menangkap pertanyaan yang ayahnya lontarkan dalam nada begitu pelan, Laksmi secepatnya coba mengalihkan perhatian serta membalikkan badan guna menghadap ke arah sang ayah. Senyum lucu dan manis batita itu belum sedikit pun memudar.
"Yah,Papa." Laksmi menjawab dan anggukan kepala dengan semangat beberapa kali.
Selepas mendengarkan balasan putri kecil mereka, Wirya menggerakkan salah satu tangannya, membelai rambut Laksmi yang halus. "Gimana boboknya? Nyenyak, Sayang?"
Anggukan cepat pun kemudian dilakukan oleh Laksmi guna menanggapi apa yang sang ayah tanyakan untuk kedua kalinya. "Nenak (nyenyak)."
"Selamat pagi, Sayang."
Atensi Laksmi harus beralih segera dari ayahnya, tatkala suara lembut milik sang ibu tiba-tiba yang menyapa masing-masing gendang telinganya. "Mamaa," ujar batita itu senang, ekspresi ceria juga terlihat di wajah imutnya.
Dan saat, Laksmi ingin memberi pelukan sayang kepada sang ibunda. Sosok ibunya itu malah tampak buru-buru beranjak bangun dari tempat tidur. Perhatian Laksmi pun tetap tertuju pada sosok sang ibu yang detik ini juga sedang berjalan menggunakan satu tongkat menuju kamar mandi.
"Mamaa ...," Rengekan kecil tidak mampu batita itu tahan karena tak suka diabaikan oleh ibunya.
"Jangan nangis, Nak. Ayo, sekarang Laksmi susul Mama ke sana sama Papa, ya," ujar Wirya lembut serya gendong buah hatinya.
....................................................................................
"Mamaa ...,"
Latri berupaya menyunggingkan senyuman lebar, kala buah hati memanggil dirinya. Tetapi, tak bisa berlangsung lama karena rasa mual yang terus bergejolak di dalam perutnya.
"Mamaa ...," Laksmi luncurkan rengekan kecil.
"Sama Papa dulu, Sayang," ujar Latri dalam nada pelan saatputrinya memaju-majukan tubuh minta digendong.
"Kenapa, Sayang? Kamu sakit?"
Pertanyaan dari suaminya tak cepat bisa Latri jawab. Tatapan wanita itu masih tertuju ke kaca yang terpasang pada dinding kamar mandi, tepatnya di depan wastafel. Wajah Latri tampak begitu pucat karena morning sickness yang dialami sudah satu minggu belakangan. Namun, pagi ini lebih parah.
"Latri?" panggil Wirya untuk kedua kalinya.
"Aku hamil, Wi," beri tahu Latri jujur. "Kata dokter usia kandunganku menginjak empat minggu."
Tatapan Wirya mendadak jadi menajam. Begitu juga rahang wajah mengeras. "Anak siapa itu? Aku atau Arsa?"
Keterkejutan menyergap Latri karena pertanyaan konyol dan juga bernadakan cukup sarkasme dikeluarkan suaminya barusan. "Apa maksud kamu, Wi? Kamu pikir aku ini wanita macam apa?" balasnya dengan sedikit emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/126886029-288-k866981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI PENDUSTA
Ficção Geral[Follow akun ini dulu agar bisa membaca part privat] "Aku sangat mencintaimu, Latri. Bagaimana bisa aku berselingkuh dengan yang lain?" "Bagaimana juga kalua kamu mendua bukan karena hati, melainkan untuk punya anak laki-laki, Wirya?" "Kamu sungguh...