Disclaimer : Naruto Belongs Only to Masashi Kishimoto
••••••••••Q-Chan••••••••••
Pagi datang menyingsing. Kicauan burung terdengar menghiasi indahnya pagi. Dengan gerakan malas, Naruto bangun dari tidurnya. Ia harus berangkat kesekolah. Ini adalah tahun terakhir dia duduk dibangku sekolah menengah atas. Jadi kata malas harus dibuang jauh-jauh kalau ingin beasiswa yang diperolehnya dengan susah payah, tidak dicabut.
Sebelum masuk ke kamar mandi, ia merapikan tempat tidurnya terlebih dahulu. Selesai membasuh muka di kamar mandi, kemudian ia bergegas ke dapur mini yang ada di dalam flat~nya untuk memasak sarapan dan menyiapkan bento yang akan dibawanya kesekolah.
Sambil bersenandung kecil, Naruto menyisir rambut panjangnya di depan cermin. Setelah itu, sebelum berangkat kesekolah, sudah menjadi kebiasaan bagi Naruto duduk berdoa di depan abu dan foto mendiang kedua orang tuanya.
"Kaa-chan, Tou-chan, Naru berangkat sekolah dulu," pamitnya sebelum meninggalkan flat sederhananya.
Naruto sudah hidup sebatang kara tepat di hari dia dilahirkan. Menurut cerita kepala panti tempatnya diasuh, Hiruzen Sarutobi, kedua orang tua Naruto meninggal tepat dihari dia dilahirkan disebabkan oleh suatu insiden yang sampai saat ini belum diketahui oleh Naruto sama sekali.
Kakek Hiruzen mengatakan, saat Naruto sudah dewasa, dia akan tahu sendiri penyebab kematian orang tuanya. Dan Naruto masih mencoba untuk mencari tahunya hingga saat ini.
Tepat saat ia berusia 15 tahun, Naruto keluar dari panti dan memilih untuk menghidupi diri sendiri dan atas bantuan kakek Hiruzen, dia menyeawa sebuah flat untuk jadi tempat tinggalnya. Beruntung ia mendapat beasiswa penuh sehingga ia bisa duduk dibangku sekolah sampai saat ini sambil bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Beruntungnya keluarga Uchiha yang katanya sahabat dekat mendiang kedua orang tuanya, ikut membantu memenuhi kebutuhan Naruto. Berkat itu pula ia mendapat teman pertama yang tak lain adalah putra bungsu keluarga Uchiha yaitu Uchiha Sasuke.
Tapi yang namanya persahabatan antara pria dan wanita, pasti tidak ada yang benar-benar sahabat. Pasti salah satu atau dua-duanya akan ada yang jatuh cinta.
Itulah yang dirasakan Naruto saat ini. Dia mencintai Sasuke, teman pertama dan satu-satunya sahabat yang ia miliki sekaligus cinta pertamanya. Namun, rasa itu berusaha ia tutupi. Ia tidak ingin Sasuke tahu tentang perasaannya. Takut jika sang sahabat mengetahui perasaannya, Sasuke akan menjauh atau bahkan mungkin membencinya. Tentu Naruto tidak mau itu terjadi.
"Kau lama sekali dobe, aku sampai jamuran menunggumu!" dengan wajah stoicnya, Sasuke menyapa Naruto yang baru saja keluar dari flat~nya.
"Eh, kamu menjemputku Teme? Kamu baik sekali," girang Naruto dengan senyum cerahnya dan masuk kedalam mobil Sasuke.
"Jangan besar kepala. Kalau bukan Kaa-san dan Tou-san yang memaksa, aku juga malas menjemput orang idiot sepertimu," balas Sasuke sambil menyetir.
"Buh, kau jahat teme, kata-katamu menyakitiku," balas Naruto sambil menggembungkan pipinya, "Seperti biasa, pasti akan terjadi lagi," gumamnya sambil memandang keluar melalui kaca mobil.
Mendengar gumaman Naruto, Sasuke melirik melalui ekor matanya. Ia penasaran apa maksud dari gumaman Naruto, tapi ia terlalu gengsi untuk menanyakannya. Biarlah, nanti juga gadis itu pasti cerita dengan sendirinya. Seperti yang biasa Naruto lakukan.
Kenyataannya, satu hal yang tidak pernah Sasuke dan anggota keluarga Uchiha ketahui. Naruto sering mendapat bully dari fans-fans panatik Sasuke di sekolah. Sasuke yang dingin dan susah didekati orang lain, justru Naruto yang anak beasiswa juga anak panti asuhan malah lengket dengan Sasuke. Tentu saja hal itu membuat para siswi yang mengidolakan Sasuke menjadi iri.
Mereka tidak rela anak miskin yang tidak jelas asal usulnya seperti Naruto, dekat-dekat dengan pangeran idola mereka.
"Teme, turunkan aku di halte bus dekat sekolah saja ya," pinta Naruto setelah sekian lama membisu.
Sasuke menaikkan alis tanda tak mengerti. "Kenapa?" tanyanya kemudian.
"A---aku," Naruto bingung harus menjawab apa. Ia tidak mungkin mengatakan kepada Sasuke bahwa dirinya selalu dibully para penggemar pria itu saat melihat Naruto dekat dengannya apa lagi jika melihat mereka turun dari mobil yang sama. Bisa-bisa dia akan mati karena bullyan mereka. "Aku---aku mau menunggu Kiba, iya menunggu Kiba," ujarnya mencari alasan.
Dalam hati, Sasuke tidak percaya sama sekali dengan alasan yang diberikan Naruto. Dia sangat tahu bahwa Naruto dan Kiba tidak pernah akur setiap kali bertemu. Jadi mana mungkin si dobe menunggu pria anjing itu. Sasuke yakin ada sesuatu yang disembunyikan Naruto darinya. Tapi ia pura-pura tidak tahu. Itu urusan gadis pirang itu. Begitu pikirnya.
"Terserah kau saja," kata Sasuke tak peduli. "Hari ini aku ada rapat OSIS, nanti kau pulang saja duluan," ujarnya memberitahu.
"Baiklah. Aku juga harus kerja pulang sekolah nanti. Mungkin pulang sekolah aku langsung ketempat kerja," balas Naruto tanpa melihat ke arah Sasuke.
"Kunci flat~mu ditempat biasa~kan?," tanya Sasuke.
"Iya, ambil saja ditempat biasa," jawab Naruto sekenanya.
Naruto sangat paham kenapa Sasuke menanyakan kunci flat miliknya. Pasti sahabat teme~nya itu mau numpang istirahat disana. Sudah terlalu biasa dengan sikap Sasuke yang ini. Suka seenaknya dan tak mau dibantah. Lagipula, Sasuke sudah biasa keluar masuk flat gadis pirang itu kapan saja dia mau. Baik itu ada atau tidak ada Naruto. Pemilik flat yang disewa Naruto juga sudah sangat tahu akan hal itu.
Kadang Naruto heran, kenapa seorang Uchiha Sasuke putra bungsu konglomerat Uchiha Fugaku, sudi untuk untuk mampir ke flat sederhana seperti yang ditinggali Naruto. Bahkan tanpa merasa jijik dia mau rebahan di futon milik si pirang.
Entahlah!
"Kau yakin turun di halte?" tanya Sasuke memecah keheningan yang melanda.
"Iya," jawab Naruto singkat.
Sasuke menepikan mobilnya tepat di depan halte yang dimaksud oleh Naruto.
"Terimakasih tumpangannya teme, jaa," seru Naruto saat ia hendak turun dari dalam mobil.
Sasuke tidak menjawab. Dia hanya melihat punggung Naruto yang menghilang di balik pintu mobil.
Dia peduli pada sipirang. Hanya saja dia terlalu gengsi untuk menunjukkan rasa peduli yang ia miliki terhadap gadis itu.
Begitu mobil Sasuke sudah tak terlihat dari halte, Naruto berjalan cepat menuju sekolahnya. Ia tidak ingin terlambat walau satu detik saja. Beasiswanya yang dipertaruhkan jika dirinya dapat poin minus.
"Semoga saja tidak ada yang melihatku turun dari mobil Sasuke," rapalnya dalam hati.
Bukannya Naruto takut pada mereka-mereka yang membullynya. Hanya saja ia tidak ingin berurusan dengan hal-hal yang tidak penting seperti itu. Ia ingin fokus untuk menghadapi ujian akhir yang tinggal beberapa bulan lagi. Jadi, sebisa mungkin dia hanya ingin menghindari masalah sekecil apa pun itu yang mungkin nanti bisa menjadi batu sandungan baginya untuk lulus.
Sudah cukup dua tahun lebih dirinya menjadi sasaran bully disekolah. Ditahun terakhir ini jangan lagi!
Semoga!
=========▶
KAMU SEDANG MEMBACA
SADNESS✔️
FanfictionPairing : SasuFem!Naru Naruto anak sebatang kara yang hidup dalam kesepian. Namun, rasa kesepiannya terobati setelah ia mengenal Sasuke Uchiha yang menjadi sahabat masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya. Naruto sangat memuja dan mencintai Sasuke...