Alika mendengus, ini adalah yang kesekian kalinya kedua kakak tirinya berusaha membuatnya telat. FYI, mungkin mereka berfikir akan lebih menyenangkan jika Alika dihukum dihari pertamanya ospek masuk SMA dari pada hukuman receh ala-ala anak SMP.
Namun bukan Alika namanya jika menyerah. Ayolah, ini Jakarta, bukan desa kuno. Alika masih bisa menyetop taksi atau memesan ojek online. Mereka berfikir terlalu rendah.
Alika berdiri di trotoar jalan perumahannya menunggu pesanan ojeknya datang. Namun alih-alih seorang bapak-bapak dengan jaket berwara hijau dan motor matic, yang berhenti didepannya adalah seorang pemuda seusianya dengan honda ninja hitam.
"Lo pelanggannya pak Ito?" Pemuda itu bertanya saat membuka kaca helm full face miliknya.
"Iya." Jawab Alika dingin, tak tertarik sedikitpun pada pria yang ternyata tampan didepannya ini.
"Motor beliau mogok dijalan, dan dia ngasih amanat ke gue buat anterin lo. Dan..." Pemuda itu menelisik Alika dari ujung kaki hingga kepalnya."Kayaknya kita satu sekolah." Sambungnya saat melihat Alika mengenakan baju kaos putih dengan rok merah terang serta topi kerucut ditangannya. Persyaratan ospek yang menyuruh para siswa-siswi baru mengenakan kaos putih dan bawahan berwarna terang dan mencolok. Pemuda itu sendiri mengenakan celana berwarna hijau pastel.
"Makasih, tapi gue bakal mesen ojek lain aja." Balas Alika masih sama dinginnya.
"Lo mau telat? Sepuluh menit lagi upacara pembukaan dan gerbang bakalan ditutup."
"Tapi gue—"
"Udah ikut gue aja. Lagian, ini amanat dari pak Ito."
Alika terlihat berfikir sebentar lalu dengan terpaksa menyetujui pemuda didepannya. Alika naik dibelakang, sang pemuda kaget karna Alika memakai posisi duduk mengangkang dari pada menyamping. Dan sebelum pemuda itu kembali berbicara, Alika lebih dulu memotongnya.
"Kita bakal beneran telat kalau lo banyak bacot."
Tentu membuat pemuda itu terdiam, ia menurunkan kaca helm nya dan menarik gas meninggalkan tempat itu.
Dikarenakan sang pemuda menarik gas dalam-dalam, jadilah jarak kesekolah yang harusnya lima belas menit itu menjadi lima menit.
Alika turun saat pemuda didepannya mematikan mesin hondanya. "Thanks." Ucapnya singkat lalu berjalan pergi.
"Tunggu!"
Alika berhenti.
"Gue Alka."
Alika tak bergeming, namun detik kemudian ia melanjutkan langkahnya.
Awalnya Alka menaikkan alisnya heran, melihat baru pertama kali ada wanita yang menolak pesonanya, namun kemudian bibirnya mengulas senyum tipis.
***
Tujuan Alika sekarang ialah lapangan outdoor untuk mencari kedua sahabatnya. Tak butuh waktu lama, karna setelahnya sebuah suara melengking menyerukan namanya.
Disana Cecilia dan Anna sudah menunggu. Cecilia mengenakan rok kuning dan Anna rok biru. Ada banyak siswa-siswi baru berkumpul disana menyatukan warna-warna dari rok mereka hingga terlihat indah.
"Well, gue kira lo bakal ikut pindah ke Aussie." Ucap Alika pada Anna.
Anna menggeleng dengan bibir melengkung kebawah. "Gue disini sama temen ayah, dan dia punya anak cowok yang ternyata senior disini. Hidup gue gak bakal tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...