"Ugh, Ann! Gue mau pipis!"
Anna mendelik, Alika menghentikan langkahnya, keduanya menatap penuh kearah Cecilia yang tiba-tiba saja memekik.
"Yaudah si, tinggal ke toilet," kata Anna.
"Temenin!"
"Heh—"
"Gamau tau udah diujung!" Cecilia tak menerima penolakan, ia langsung saja menarik Anna dari sana dan menyeretnya untuk ke toilet. "Lika! Syomainya gue banyakin bawang goreng!" Dan ia masih sempat menyebutkan pesanannya, membuat siswa siswi disana melirik kesal akibat terganggu.
Alika hanya menggelekan kepalanya sebentar dan meneruskan perjalanannya yang tadi tertunda; kekantin.
Seperti biasa, kondisi kantin dalam keadaan stabil, tidak ramai, juga tidak sepi.
Alika berjalan kesalah satu stand dan membeli menu yang sama untuk dirinya, Anna dan Cecilia. Setelah mendapatkan apa yang ia pesan, Alika membawa semua makanannya diatas nampan dan berjalan mencari meja yang kosong.
Disisi lain, Alika tidak sadar bahwa kedua kakak tirinya tengah memperhatikan dirinya.
Bunga memberi kode kepada Mawar untuk menjulurkan kakinya kesamping, dan Mawar menurutinya.
Alika masih tidak sadar. Ia hanya terpaku pada salah satu meja kosong yang tersedia. Sampai—
BRAAKK!!!
PRANKK!
—Sebuah debuman kuat membuat beberapa penghuni kantin memekik kaget.
Seperti yang sudah direncanaka dua saudara kembar itu, Alika tersungkur kedepan, hingga nampan yang dibawanya ikut terjatuh. Menumpahkan makanan dan minuman serta memecahkan piring dan gelas yang ia bawa.
Para murid yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing kini melirik kearah Alika yang masih diam dalam kondisi tersungkur. Mereka berbisik, apa yang membuat Alika ikut menjadi salah satu korban buli dari dua saudara kembar yang sangat hobi mengerjai siswa lemah itu.
"Makanya, kalo jalan tuh mata digunain! Jangan dijadiin pajangan doang, bego!" Mawar memaki. Ia kemudian berdiri dan pergi melenggang begitu saja dengan wajah puas
"Menyedihkan," Bunga menambah makian yang tadi sudah dilancarkan adiknya, lalu ikut pergi melenggang. Tak lupa sebelum itu ia menendang bekas makanan yang berserakan didepan Alika sehingga Alika harus memejamkan matanya agar tidak perih saat kuah syomai menerpa matanya.
Kemudian dengan tenang, Alika bangkit. Ia mengusap seragamnya yang lusuh, menghiarukan beragam tatapan yang diberikan para penghuni kantin. Ia berjalan kembali kearah stan dan memberikan sejumlah uang kepada ibu kantin.
"Bu, ini buat ganti ruginya. Saya minta maaf, ya," ucapnya lalu pergi meninggalkan kantin. Semua hanya menatap kepergiannya dengan segala terkaan dibenak mereka.
Alika berjalan keruang loker. Saat ia telah sampai dilokernya, ia segera mengambil tisu basah dan membersihkan wajah serta seragamnya.
Ia mendesah, seragam cadangan untuk hari kamis, tidak tersedia disana. Dan Alika memilih untuk mengambil sebuah cardigan putih untuk menutupi baju kotornya.
Drrrttt..... drrrttt....
Disaku, ponsel Alika berdering. Ia melirik ponsel pintarnya itu sebentar lalu menggesel tombol berwarna hijau.
"Lika! Dimana?" Suara cempreng Cecilia menyapa.
"Loker."
"Hng? Ko disitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...