"Ugh! Pokoknya gue kesel sama mami sama papi!"
"Padahalkan ya, kalo mau jodoh-jodohin itu cewenya harus ikut andil!"
"Lah ini, gue di ungsiin dirumah Lika masa?!"
"Emangnya gak butuh persetujuan gue juga apa ya?!"
"Emangnya gue apa?! Akutuh manusia, akutuh bukan boneka!"
"Am nyam nyam"
Dilayar laptop, Alika dan Anna menaikkan sebelah alis mereka skeptis. Merasa asing dengan dialog yang di lontarkan Cecilia.
"Salah naskah, goblok!" Mark berkata kesal, seraya menyumpal sosis yang baru selesai ia bakar ke mulut Cecilia agar gadis itu berhenti berbicara.
Cecilia memandang sengit Mark dan dengan cepat menelan sosisnya.
"Maksudnya, gue tuh kan yang mau di jodohin kan ya, kok gue yang gak diundang sih?! Emangnya ini jaman Siti Nurbaya?!"
"Cil, Siti ada pas di jodohin," Anna menyela, ia menopang dagunya dengan wajah malas.
"Nah, kan! ISh! Pokoknya gue gasuka diginiin ya! Mana dijodohinnya sama om-om lagi!" Di tengah ucapannya yang menggebu-gebu, Cecilia menggigit potongan sosisnya penuh dendam.
"Plis, Cil. Baru kemaren lusa lo bilang kalau lo naksir om-om," sela Anna lagi.
"Ya... ya... tapi harus undang juga dong! Ugh..." Cecilia menggembungkan pipinya sebal. Dibelakangnya, ada Mark dan Yuta yang sedang berusaha membuatkannya sosis bakar sebagai tanda maaf. Sementara ia duduk di meja makan dengan laptop terbuka, melakukan skype bersama Anna dan Alika.
Alika kurang fokus terhadap apa yang di ucapkan Cecilia, fokusnya malah teralihkan kepada Mark dan Yuta yang sibuk mondar-mandir dibelakang Cecilia.
Mereka memasukkan botol minyak kedalam wajan membuat api berkobar. Alika bahkan tidak bisa berteriak saking kagetnya.
Dengan jelas ia melihat wajah panik Mark dan Yuta yang kini saling berlarian mencari usaha pemadaman. Sedangkan Cecilia masih dengan sebal memakan sosisnya tanpa terganggu dengan apa yang terjadi dibelakangnya.
Mark menemukan pemadam api, namun malah ia semprotkan ke arah Yuta. Semuanya terjadi begitu saja, Mark yang kaget, Yuta yang pasrah, dan api yang padam perlahan tanpa bantuan.
Alika mengusap wajahnya. Ia kira hal seperti ini hanya ia saksikan di komik, ternyata di dunia nyata juga.
Kali ini diliriknya Anna, sahabatnya yang satu itu seperti tengah membaca buku yang tak tergapai oleh kamera laptop.
"Heh, Cil! Udah yuk buruan tidur! Udah larut bego!" Kata Yuta setelah membersihkan tubuhnya.
"Dih, sosisnya mana?!" Tagih Cecilia.
"Noh!" Yuta mengarahkan telunjuknya ke kompor, "angus!"
"Kok bisa?!"
"Banyak bacot!" Mark yang geram mengangkut gadis itu bak karung beras dan membawanya pergi dari depan kamera. Cecilia hilang, hanya terdengar teriakannya yang menggema.
"Duluan ya gaes, babai," Yuta melambai sebelum memutuskan sambungan.
Kini tinggal Alika dan Anna. Bahkan keduanya belum berbicara banyak.
"Gue kalo jadi tante Gri, udah kaya nenek-nenek kali ya ngurus itu tiga orang," kata Anna yang mengurut sedikit pelipisnya.
Alika hanya terkekeh.
Dan Anna memperhatikannya.
"Udahan nih?"
"Eh," Alika menggumam ragu, "gue boleh ngomong bentar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...