"Kata nya, 'owner' itu!!"
"Terus 'F' nya di kemanain?! Harusnya 'Flower'!"
"Tapi 'L' nya gaada, bego!"
Anna dan Alka tidak terganggu dengan kebisingan itu, mereka tetap mendiskusikan buku mana yang harus mereka beli untuk membuat materi kelompok mereka terkejakan dengan baik.
Melupakan Angga, Mark dan Yuta yang sibuk bermain Anagram di meja yang telah di sediakan di toko buku terkenal itu untuk promosi. Anna dan Alka mungkin sudah biasa, namun tidak dengan orang lain. Berbagai macam respon mereka keluarkan melihat bagaimana pemuda-pemuda tampan itu saling memaki untuk mengumpulkan sebuah kata.
"Yaudah, ambil dua-duanya aja. Bisa buat referensi ujian juga ntar. Lo tau sendiri perpus lantai tiga belum lengkap bukunya karna baru," kata Anna, memberi saran saat mereka bingung memilih dua buku.
"Yaudah kalo gitu. Ada buku yang mau lo beli juga gak?" Alka bertanya.
"Umm," Anna berfikir, "oh, gue mau cari novel deh. Lo tunggu bareng mereka aja dulu."
Alka memasang wajah skeptis, membayangkan dirinya bergabung dengan trio rusuh tak tau tempat itu.
Melihat wajah Alka, Anna tertawa. Paham akan artinya. Ia akhirnya berjalan ke rak novel, membiarkan Alka mengikutinya.
"Lo suka novel gak?" Tanya Anna seraya melihat-lihat novel disana.
"Cuma tentang detective sama criminal. Like a Sherlock Holmes sama detective Conan."
"Gue juga suka! Tapi sampe sekarang gak kesampean mulu mau beli novelnya. Kalo Conan bang Kris koleksi. Satu lemari!"
"Gue punya kok,"
Anna membalikkan badannya kearah Alka, "ih! Mau pinjem!!"
"Iya, iya, ntar," Alka mengacak rambut Anna sebentar dan membalikkan badannya agar kembali fokus pada novel yang akan dibelinya.
"Umm.. Alika suka novel gak?"
"Suka. Dia punya perpustakaan kecil dirumahnya."
"Suka novel yang gimana?"
"Emm.. kayaknya yang mana aja deh. Soalnya banyak genre yang gue liat di kumpulan bukunya." Anna melirik sebentar, "kenapa? Lo mau beliin dia?"
"Menurut lo? Novel mana yang bagusnya gue kasih?"
"Gini loh, Al," Anna membalikkan badannya lagi. "Menurut gue, gak peduli apapun bukunya, yang penting lo tulus ngasihnya."
"Gitu ya?"
"Iyaaaa," Anna berkata geram, "yaudah sana cari buku buat Lika, jangan ngitilin gue mulu!"
Alka pasrah saat Anna membalikkan badannya dan mendorongnya agar mencari buku.
Sedikit lama, akhirnya Anna kembali ke meja dimana tiga teman laki-lakinya bermain tadi. Ia sedikit bingung melihat mereka yang terlihat sangat lelah, menumpukan kepala mereka diatas meja. Alka sendiri hanya duduk santai sembari memainkan ponsel.
"Heh, udah nih. Yuk balik," kata Anna.
"Ih, jangan balik dulu. Makan dulu aja, otak gue capek, beb."
"Gak ada hubungannya, nyet. Tapi bener, makan dulu lah," sahut Yuta.
"Yaudah, ayuk," Anna mengangguk.
Keempatnya lalu berdiri, dan mengikuti Anna ke kasir untuk membayar buku-bukunya.
"Al?"
"Hm?" Alka melihat Anna dengan wajah tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...