"Al, kamu minggu depan ada acara?"
Alka yang tengah meneguk air dingin dari botolnya itu lantas menoleh saat suara sang papa menyapanya.
"Nggak, pa." Jawabnya lalu memasukkan botol itu kedalam kulkas dan menutupnya. "Kenapa?"
"Malamnya papa mau ajak kamu makan malam sama temen lama papa." Jawab sang papa, Ranu, sambil mengambil duduk dimeja makan.
Bi Lilis selaku pembantu rumah tangga disana kemudian datang menyajikan makan malam.
Mendengar jawaban Ranu, Alka berdecak lalu ikut mengambil duduk dimeja makan. "Papa tau kan kalau aku gak suka acara begituan."
"Cuma makan malam biasa kok. Bukan masalah bisnis." Tukas Ranu lagi.
"Liat dulu, pa." Ucap Alka. Ranu hanya mengangguk kemudian keduanya larut dalam makan malam yang hening. Hanya dentingan alat makan yang terdengar.
Suasana seperti ini telah terjadi sejak usia Alka sepuluh tahun. Sang ibundanya telah tiada akibat sebuah kecelakaan, meninggalkan dirinya dan sang papa.
Hanya bi Lilis yang setia bersama mereka mengurus segala keperluan rumah. Alka dan papanya juga sudah menganggap bi Lilis bagian dari keluarga mereka.
Untungnya Alka mempunyai seorang tante yang menyayanginya dengan tulus seperti ibunya sendiri. Ia tak lain adalah ibu Angga, adik dari Ranu.
Tak jarang saat Ranu pergi berhari-hari dari rumah untuk pekerjaan, Alka memilih untuk tinggal dirumah Angga. Atau sebaliknya.
Setahun setelah mamanya wafat, Alka dituntut oleh papanya untuk menjadi penerus perusahannya. Alka tentu saja menerimanya, namun seperti yang ia bilang tadi, ia tak suka sebuah basa-basi didalam bisnis.
Banyak rekan kerja Ranu yang meminta Ranu menjodohkan Alka dengan anak mereka untuk kerja sama perusahaan.
Tentu Alka menolak keras, ia mengancam tidak akan mau menjadi pewaris jika Ranu benar-benar akan menjodohkannya.
Untung saja Ranu bukan tipe orang tua pemaksa yang gila uang dan kerja, sehingga ia juga menolak semua tawaran itu. Ranu juga pandai membagi waktunya untuk Alka, bukan seorang penggila kerja.
Satu lagi yang membuat Alka besyukur akan ayahnya, Ranu tidak pernah mencari pengganti mendiang istrinya. Cintanya hanya untuk istrinya seorang, Karina.
"Gimana sekolah kamu?" Ranu kembali bertanya.
"Biasa aja. Oiya, mimi Gia titip salam ke papa. Katanya jangan terlalu workaholic. Papa udah tua, kalo asam uratnya kambuh dia yang susah."
Ranu tertawa. Apalagi dengan Alka yang mengucapkannya dengan nada datar yang terkesan santai. Ia membandingkannya apabila Gia yang mengatakannya secara langsung.
Alka memandang sang papa heran. Ranu selalu tertawa dengan apa yang Gia katakan. Padahal itu tidak lucu sama sekali. Kalau dilihat-lihat papanya itu sama dinginnya dengan dirinya, namun ketika itu berhubungan dengan adiknya Gia, Ranu pasti akan tertawa lebar.
Alka geleng-geleng kepala. Membayangkan bagaimana papanya itu dan adiknya dimasa muda. Pasti sesuatu yang unik. Sang kakak yang dingin, dan si adik yang ceria.
Ah, mengingatnya membuat Alka sedikit sakit.
Sebelum Karina mengalami kecelakaan, Alka pernah meminta adik perempuan darinya. Malam itu, malam terakhir keluarga lengkapnya berkumpul, adalah malam paling indah selama enam belas tahun hidupnya.
Namun ia tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya.
***
Angga duduk termenung didepan televisi sambil memakan kuaci yang tadi dibeli miminya. Namun fokusnya ke yang lain. Ia membuka kulit kuaci, isinya dibuang kulitnya yang dimakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...