S E P U L U H

922 35 4
                                    

"JATOH! JATOH! JATOH!"

Angga dan Yuta berteriak keras. Berupaya memecah konsentrasi Mark yang tengah berusaha mengambil potongan balok dari menara balok untuk dipindahkan ke atas.

Dan ketika ia berhasil dengan sempurna, sorakan kegagalan Angga dan Yuta tunjukkan. Membuat Anna tertawa melihatnya, sementara Alka hanya terkekeh kecil, meninggalkan Alika dan Cecilia yang sibuk dengan ponsel mereka.

"Giliran gue, giliran gue!"

"Beb, yang warna ijo itu kayaknya aman."

"Idih, najis bucin!"

"Bacot, jomblo!"

Ketujuhnya kini berada disalah satu cafe langganan mereka, cafe 'Happy fun' milik keluarga Hariansyah. Tentu dengan begitu, mereka mendapat tempat paling istimewa, berupa sebuah ruangan khusus dengan kaca jendela sebagai salah satu dindingnya.

Angga, Alka, Yuta, Mark dan Anna tengah bermain dimeja bundar yang telah disediakan. Mereka duduk lesehan. Sementara Alika duduk di sisi lain sembari memainkan ponselnya, dengan Cecilia yang berbaring dipahanya.

Jika sebelumnya Cecilia akan ikut bergabung, kali ini tidak. Mood-nya masih dalam keadaan buruk. Jadilah ia memilih berbaring di paha Alika sembari membaca cerita online. Namun itu tak membuat fikirannya akan kata-kata Bianca tadi disekolah menghilang. Cecilia malah tambah memikirkannya sampai kepalanya serasa akan pecah.

"HAH!" Cecilia membuang nafas sekeras-kerasnya. Membuat ruangan itu hening dan menatapnya heran.

Cecilia dengan cepat bangkit dan menyambar tas-nya kemudian pergi begitu saja. Membuat teman-temannya bertambah heran.

"Cil mau ke–"

BRAKK!!

perkataan Anna terhenti kala Cecilia telah membanting pintu dari luar.

"Bangsat, apa si yang dibilang sama si babi itu," Mark berkata dengan kesal. Ia berdiri sembari meraih tas-nya dan berjalan cepat menyusul Cecilia.

"Kita duluan, guys," Yuta ikut berdiri dan menyusul keduanya. Meninggalkan empat orang disana yang masih mencerna keadaan.

"Segitunya?" Angga buka suara.

"Lo tau Cila, Ngga. Dia bakal kayak selalu kepikiran gitu kalau nyangkut orang terdekatnya. Dan Yuta sama Mark, itu gabisa di tolerir lagi," jawab Anna seraya menghela.

"Jadi itu ga disusul?" Tanya Angga.

"Gausah, itu urusan mereka. Kita belum berhak buat ikut campur," Alika menjawab. Ia mulai memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berdiri, "gue juga duluan kalo gitu. Jagain Anna kalo lo bener-bener gamau kepenggal sama abangnya."

Dan tanpa melihat respon sahabatnya, Alika langsung pergi.

Angga mendengus, "itumah gue juga tau!"

Anna hanya cekikikan mendengarnya. Di lain sisi, Alka masih diam memperhatikan apa yang terjadi. Tunggu, ralat. Bukan antara Anna dan Angga lagi, tapi tentang Alika yang selalu saja tiba-tiba pergi.

"Udahlah, ikutan balik aja yuk, beb," ajak Angga yang diangguki Anna.

"Udah kali, orangnya udah pergi. Masi diliatin aja,"

Alka sedikit tersentak saat Anna meyenggol kecil tangannya, membuat Anna terkikik kecil. Ia juga ikut mengambil tas-nya dan berdiri.

Ketiganya lalu keluar dari cafe menuju parkiran.

"Beb, tunggu deh," perintah Angga saat merasa ponselnya bergetar di saku celana.

"Apa lagi sih lo ah, ribet bat," kesal Alka melihat sepupunya itu.

My Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang