"Jadi, selama ini Anna sama bang Kris tuh kakak adek-an, tan?"
"Hmm.... ya, begitulah," Clarissa berjalan kearah meja makan, dimana semua sahabat dari anaknya tengah berkumpul, lalu meletakkan sepiring camilan. "Kalian lagi gak pada diet kan tante sediain gorengan gini?"
"Engga ko, tan, tenang aja. Kita semua pecinta bongsor kok," jawab Yuta seraya memberikan ok sign dan mulai menuang saos sambal kedalam piring lain.
"Gak ketebak banget, ya, cara Tuhan mempertemuinnya." Sahut Mark.
"Hm," Clarissa mengangguk dan duduk diantara Alika dan Angga. "Anna dipisahkan kakak angkatnya, buat di pertemukan dengan kakak kandungnya."
"Serasa kaya sinetron azab ga, sih?"
Yuta kontan saja menabok gemas belakang kepala Cecilia setelah mendengar ucapannya, "matalo! Gue cekokin saos ya mulut, lo."
"Apasih? Azab itu kaya sebuah pembalasan gitu kan ya? Dimana coba salahnya gua?"
Clarissa terkekeh mendengarnya, "beda, Cecilia. Memang sama-sama pembalasan, cuma azab itu balasannya pedih, dan cuma buat orang-orang yang ngelakuin kejahatan."
"Hoo," Cecilia mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
"Terus, tan, kabarnya kakak Anna gimana, tan? Ada kemajuan?" Alika bertanya.
Clarissa menatapnya, tersenyum, namun ada binar nanar disana. "Belum banyak, cuma kata dokter dia udah ngelewatin krisis, dan tinggal menunggu bangun."
"Duh, berasa gemes pengen jengukin gak sih? Jarang-jarang nih ketemu orang koma lama kayak gini," ucap Mark yang tengah mengunyah bakwan buatan Clarissa.
"Dih, kan! Elo lebih tega! Bukannya bantu doa malah kepoan!" Cecilia berseru protes.
"Gak gitu, kancil!" Mark menyentil pelan kening Cecilia. "Maksudnya tuh kayak, ngasih dukungan langsung!"
Clarissa hanya tertawa melihat tingkah mereka. "Anna beruntung punya teman kayak kalian dimasa-masa sulitnya. Tante harap kalian langgeng terus ya?"
"Aminn tante, Aminn. Amin paling serius pokoknya." Sahut Cecilia cepat.
Clarissa tertawa lagi, "kuncinya, ya saling jujur sama percaya. Kalau ada masalah ya dibicarin masalahnya baik-baik. Kalau ada yang buat kesalahan, di dengerin dulu, apa alasannya. Jaga hubungan persahabatan lebih susah dari pada relationship, loh."
Cecilia, Mark, Yuta dan Alka mengangguk paham.
Sementara Alika hanya menundukkan kepalanya.
"Lo kenapa sih, Ngga? Diem mulu. Alka mah gue hapal diem-diem, lah elu, gimana gue gak soujon sama setan kalo gitu?" Kata Yuta melihat Angga yang sedari tadi duduk diam sembari memainkan jari tangannya. Makanan yang di sediakan pun tidak tersentuh olehnya kalau biasanya ia akan paling bersemangat.
"Ngga? Ada masalah?" Clarissa memegang bahu Angga dan bertanya pelan-pelan.
Pelan-pelan juga Angga mengangkat kepalanya, memandang Clarissa dengan raut wajah sedih dan bersalah. "Tante....."
Melihat Angga yang seperti itu, tentu membuat teman-temannya heran dan menatapnya ingin tau.
"Tante... Anna sebenernya pernah cerita sama Angga, kalau dia ngerasa.... dia tuh kayak terhubung sama bang Kris, dia ngerasa dekat, dan ngerasa kenal banget sama bang Kris. Tapi bukannya nenangin dia dan ngasih nasehat, Angga malah cemburu tante, buat Anna janji, gak bakal cerita macam-macam lagi tentang bang Kris. Angga gak tau kalau itu jadi beban fikirannya, dan dia mendem itu sendirian, tan. Angga.... Angga ngerasa bersalah banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...