Mimpi itu datang lagi.
Kembali membuat Cecilia membuka paksa matanya agar tertarik keluar dari mimpi mengerikannya. Tubuhnya bergetar dan keringat dingin mengalir membasahi seluruh pori-porinya. Cecilia bahkan memaksa tubuhnya yang lemas untuk duduk, agar mimpi itu benar-benar pergi. Namun nyatanya, mimpi itu masih melekat erat di fikirannya.
Merasa ranjang yang menjadi penopang kepalanya berguncang kuat, Mark sontak terbangun. Dan betapa kagetnya ia mendapati Cecilia yang duduk meringkuk dengan air mata yang tak berhenti keluar.
"Cila lo kenapa?!" Panik Mark, ia berusaha meraih Cecilia namun gadis itu malah menghindar.
"P-pergi... pergi.... hiks..." gadis itu semakin terisak. Bola matanya tertutup, dan kepalanya menggeleng brutal.
"Cila! Ini gue Mark!" Seru Mark lagi. Namun Cecilia tetap menggeleng dan berusaha menjauh dari Mark.
Dengan geram akhirnya Mark menarik paksa Cecilia kedalam pelukannya yang sontak membuat Cecilia memberontak.
"Cila ini gue, Cil,"
"Ada gue disini, jangan takut,"
"Ini gue, Cecilia,"
"Lo aman sama gue,"
Mark terus membisikkan kata-kata penenang di telinga Cecilia sembari mengelus sayang punggung dan rambut gadis itu.
Mendengar ada keributan, Yuta yang tidur di sofa kamar inap terbangun. Dan ia sama kagetnya dengan Mark ketika melihat Mark tengah memeluk tubuh bergetar Cecilia.
"Cila kenapa?!" Pemuda Jepang itu sontak mendekat. "Gue bakal panggil dokter."
"Jangan! Jangan coba-coba," Mark menahan, ia memandang tak suka sahabatnya itu, "fisiknya udah lemah, dan gue gak mau dia tambah lemah gegara bius sialan itu."
Yuta menyerah, Mark sudah mendesis, tanda bahwa ucapannya adalah absolut. Ia memilih untuk mendekat ke ranjang Cecilia.
Setelah benar-benar tenang, Cecilia memecahkan tangisannya. Ia menangis tersedu-sedu di dada Mark, tangannya terkepal kuat, meremas hoodie yang Mark kenakan.
"Cil, bilang ke kita, lo kenapa? Kenapa bisa sampai gini?" Tanya Yuta dengan nada pelan.
"Di-dia hiks, gue mimpi diaa, hiks. Mark... gue takutt, hiks, hiks,"
Mendengar itu, Mark dan Yuta saling pandang. Rahang keduanya mengeras dengan tangan yang terkepal kuat.
Mark membuang nafas panjang, berusaha mengontrol emosinya. "Udah, itu cuma mimpi, Cil. Kita disini, ada buat lo. Berhenti takut, okey?"
Cecilia tak berbicara lagi, bibirnya hanya meloloskan isakan yang kian lama kian mengecil. Dan selanjutnya, deru nafas yang teratur dapat Mark rasakan dari Cecilia. Dan benar saja, gadis itu telah terlelap.
Mark dengan perlahan merebahkan tubuh Cecilia diatas kasur kamar inap vip-nya yang empuk.
Yuta membantu menyelimuti gadis itu, ia juga menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Cecilia serta mengusap air matanya yang tersisa.
Mark menghela nafas dan meraup wajahnya. "Itu cuma mimpi."
"Tapi kenapa panic attack-nya di toilet?!" Yuta mendesis. "Pasti ada yang micu traumanya dia."
***
Bianca yang tadinya berjalan melenggang menaiki tangga tersentak kaget saat Mark tiba-tiba menarik kerah seragamnya dan mendorongnya ke tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...