"WOI!"
"KAGET GUE SAT!"
Cecilia tertawa puas melihat wajah terkejut milik Yuta. Mark yang tadinya tertidur dimeja dengan kepala diatas tumpuan tangan juga ikut terperanjat bangun.
"Sialan!" Mark mendesis sebal sambil membersihkan sudut bibirnya dengan punggung tangan.
"Jorok!" Anna menegur, ia sudah mengambil duduk disalah satu kursi didepan Angga.
Kantin yang terletak di lantai paling atas tadinya hening, Yuta, Alka dan Angga menggunakan situasi itu untuk menonton film horror. Sementara Mark memilih tidur.
Sampai akhirnya Cecilia, Alika dan Anna datang menghampiri mereka.
Cecilia duduk disebelah Anna, kemudian disusul Alika.
"Ngapain kesini?" Angga bertanya.
"Gak ada sih. Gabut aja. Bel pulang belum bunyi, guru-guru masih pada rapat. Jadinya kita jalan, eh nemu kalian." Jawab Anna.
"Kalian nonton apa?" Gantian Cecilia bertanya. Ia sedikit melongok agar bisa melihat layar ponsel yang dipegang Yuta.
"Horror. Untung gue gak mati jantungan lo kagetin." Kesal Yuta.
"Uwihh! Mau ikut juga!" Cecilia memekik antusias.
Yuta melihatnya malas sebentar, sebelum akhirnya meletakkan hape itu dikepala Mark yang kembali tidur sebagai sanggaan agar mereka semua bisa menonton.
Setelah hampir satu jam, film yang berasal dari Thailand itu habis. Diiringi dengan air mata Cecilia.
"Lebay, Cil!" Angga meledek.
"Ish! Gue emang gini tau! Semua film yang gue tonton gapeduli itu sad end atau ngga, tetep aja mewek. Lagian ini endingnya sad atau gimana si?" Cecilia misuh-misuh sendiri sembari membersihkan hidungnya.
"Iya sih. Dibilang happy, tapi mereka gak ketemu. Dibilang sad, tapi semua permasalahannya selesai." Anna menyahut. Memikirkan film berjudul runpee yang barusan mereka tonton.
"Bodo amat, kata mak gue kalo nonton tuh ga usah pake hati banget. Toh, itu cuma film." Yuta membalas cuek. Ia mengambil ponselnya kembali.
"Yaiyalah gue pakai hati, toh gue punya. Gimana sih lo, hentai!"
"Heh, belajar ngomong dimana lo?!" Tiba-tiba saja Mark bangun dan memelototi Cecilia yang barusan menyahut.
"Gatau, file di leptopnya itu semua namanya." Cecilia menjawab polos.
"Pea! Gak ada yang bagusan dikit apa namanya?!" Angga menoyor belakang kepala Yuta.
"Besok-besok ga usah minjem leptop Yuta lo pada. Toxic emang." Mark mengomel.
"Emang artinya apaan sih?" Anna bertanya heran.
"Gatau? Itukan—"
"Weh, udah-udah! Gak bisa apa kalian tenang? Liat Lika noh, lempeng-lempeng adem aja mukanya. Heboh banget heran." Yuta melerai, memutus perkataan Alka yang akan menjawab pertanyaan Anna.
"Gajelas." Cecilia mencibir, ia bersandar di sandaran kursi dan melipat tangannya lalu membuang muka tak peduli.
"Ekhem..."
Mereka dengan serentak menoleh saat seseorang datang berdehem.
"Bang Kris?" Anna berbicara melihat Kris sudah berdiri di belakangnya.
"Gue gak bisa anterin lo pulang. Nanti lo bisa naik bis kan?"
"Oh, ok—"
"Gue. Gue bakal anterin Anna pulang." Angga menyambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...