"Alika!"
Alika menoleh, mendapati Farrel yang berlari kecil kearah-nya. Namum ia tidak menjawab, bahkan saat Farrel sudah berdiri disampingnya.
"Haeti sensei ada kasih project akhir semester gak?" Tanya pemuda berambut agak pirang tersebut.
"Ada, kenapa?" Bukannya Alika, Alka yang sedari tadi diam disisi lain Alika malah menjawab.
"Gue masih belum paham nih tugasnya. Mau ngerjain bareng gak, Lik?"
"Kayaknya gak bisa, soalnya Alika ngerjainnya bareng gue sama yang lain," Alka kembali menjawab, padahal Farrel tidak bertanya padanya.
Bahu Farrel tampak menurun disertai helaan nafas putus asa, "yaudah deh, kalo gitu gue duluan, ya. Bye!" Setelahnya Farrel berlalu dari hadapan mereka.
Alka melirik Alika. Hendak melihat ekspresi gadis itu tentang perilakunya, namun yang ia lihat tetaplah wajah datar Alika.
"Gamau ngomong sesuatu?" Pancing Alka.
"Tentang?" Alika balik bertanya, ia melanjutkan langkahnya yang tadi tertunda. Ngomong-ngomong, kedunya sedang menyusul Angga dan Anna ke kantin karna tadi mereka masih ada urusan dengan guru.
Alka menghela nafas, tak tau lagi bagaimana caranya membuat gadis itu berbicara panjang kepadanya, bahkan setelah sikapnya yang lancang tadi karena menjawab begitu saja pertanyaan untuk Alika.
Sesampainya di kantin, mereka menemukan Anna dan Angga di salah satu meja.
Jika dulu mereka akan mendapati Anna dan Angga akan saling tertawa dan bertukar cerita, sekarang malah sebaliknya. Meja mereka hening, bahkan suara kepulan asap makanan berkuah mereka akan berbunyi kalau saja ini bukanlah kantin yang ramai.
Ditambah Alka dan Alika yang juga tidak terbiasa berbicara, meja mereka menjadi semakin hening.
"Nanti balik pada mau liat Cila? Dia udah dirumah," Alka membuka suara. Ia masih santai memakan bakso yang tadi dipesankan Angga tanpa mau menebak suasana.
Awalnya tak ada yang menjawab, karna pada kebiasannya, Anna yang mendapat peran tersebut lalu disusul peran Angga yang biasanya akan mengeluarkan guyonan-nya. Namun, kali ini berbeda. Tak ada yang menjawab Anna bahkan tampak memandang kosong kearah makanannya.
Alika yang pertama janggal akan keadaan, ia melirik Angga yang menatap heran Anna, lalu keduanya melakukan kontak mata. Dan seakan tau Alika bertanya lewat matanya, Angga menjawabnya dengan gedikan dan helaan nafas singkat.
"Ann, are you fine?"
"Uhm?!" Anna sedikit terperanjat saat Alika mengguncang bahunya.
"Lo ngelamun?" Sambung Angga.
"Oh, enggak. Cuma... cuma lagi gak selera aja," jawab Anna agak linglung.
"Lo gak jago boong, btw," dan sahutan ringan itu berasal dari Alka, membuat Anna tentu saja kelimpungan.
"Lo boong?" Mata Angga menyipit kearah Anna.
"U–uh"
"Lo kenapa, Ann?" Alika bertanya. Dan seperti biasa, pertanyaannya selalu mampu membuat pertahanan sahabat-sahabatnya runtuh.
Mata Anna terasa panas dan mulai dilapisi lapisan kaca.
"Ann?" Angga mulai panik, ia meraih bahu gadis itu agar menghadapnya. "Kenapa?!"
"Please, i can't tell that right now," bahkan suaranya mulai serak.
Angga menghembuskan nafasnya lalu kemudian tersenyum lembut, berusaha memberi ketenangan kepada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...