"Gak diangkat juga?"
Dengan gelengan Anna menjawab, "tiba-tiba gak aktif," raut wajahnya antara bingung dan cemas.
"Mungkin habis batrai?" Yuta yang duduk di kursi kemudi memberi asumsi, disambut dengusan malas dari Cecilia yang duduk di samping Anna, mereka berdua duduk di jok belakang dan membiarkan Yuta menyupir sendiri di depan.
"Sok tau," Cecilia menyahut. "Gak mungkin habis batrai kalo gak dimainin."
"Bisa aja, Cil. Kan kalian udah bikin ricuh hape dia sejak tadi pagi." Balas Yuta.
"Tapi impossible banget kalau dia gak megang hape seharian ini!" Cecilia tak mau kalah.
"Semua orang tuh beda-beda, Cil. Ada yang nganggep hape itu barang mati biasa, ada juga yang nganggepnya narkoba! Nah, orang kaya elu tuh di opsi kedua, sementara Alika di opsi pertama. Sadar diri dong!"
Cecilia mendengus kuat, ia melipat tangannya dan menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi seraya membuang wajah kesamping, terlalu kesal dengan Yuta.
Sementara Anna masih sibuk dengan ponselnya tanpa terganggu oleh perdebatan tidak berfaedah dua orang sahabatnya itu. Dia sudah biasa, sehingga sekarang bisa dengan fokus men-stalking sosial media milik Alika, harap-harap mendapatkan informasi kapan terakhir kali gadis itu menggunakannya. Namun yang ia dapat dari keterangan salah satu aplikasi chatting, Alika menggunakannya pukul setengah sembilan tadi malam.
Anna menghela nafas, menyerah dengan aktifitasnya dan memilih untuk menanyakan hal itu nanti ketika ia sampai dirumah Alika. Ya, ketiganya kini dalam perjalanan ke rumah Alika untuk menghabiskan sabtu malam bersama.
"Mau singgah beli cemilan ga?" Tawar Yuta yang memelankan laju mobilnya saat mereka akan melewati sebuah minimarket.
"Gausah! Kami aja nanti yang beli sama-sama. Biar gak boring dirumah doang," Cecilia menjawab cepat. Yuta hanya mengangguk dan melajukan kembali mobilnya.
Tidak sampai lima menit kemudian, mobil Yuta berhenti didepan rumah Alika.
Anna dan Cecilia turun, Cecilia dengan melengos begitu saja pergi memasuki gerbang duluan.
"Woy, curut! Ga ada makasih-makasihnya lo ya!" Pekik Yuta dari kaca mobil.
"Karna gue gak minta dianter, wleeekk!" Cecilia membalik tubuhnya sebentar untuk memeletkan lidah kearah Yuta.
Anna lagi-lagi hanya mampu menghela nafas dan memutar bola matanya bosan.
"Thanks, ya. Gue masuk dulu kalo gitu," pamit Anna pada Yuta.
"Yups, have fun, ya!"
Anna mengangguk, ia menunggu sampai mobil Yuta menjauh, barulah ikut menyusul Cecilia. Keningnya mengernyit heran melihat Cecilia yang masih berdiri di depan pintu rumah yang terbuka lebar. Karna penasaran, Anna mempercepat langkahnya dan berdiri disamping Cecilia.
"Ngapain?"
Sebuah sapaan ketus mereka dapatkan dari seorang perempuan cantik ber-dress merah. Matanya menatap mereka dengan jengah.
"Gue bilang gue mau ketemu Alika!" Jawab Cecilia yang sedikit berteriak.
"Apaan sih kalian? Alika itu harus beres-beres! Dia gak punya waktu buat main-main!" Seorang wanita lainnya muncul, kali ini tampak lebih tua. Ia mengenakan dress ketat berwarna donker dan bibirnya dipoles sangat merah.
"Pasti kalian nyuruh-nyuruh Alika lagi kan!" Tuding Cecilia, telunjuknya terangkat menunjuk dua orang didepannya.
"Ya suka-suka kami dong, rumah rumah kami," wanita dengan dress donker— Vita— menyahut acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...