Kringgg..... kringggg.....
Bel pulang yang sudah dianggap sangkalala surga bagi para murid itu berbunyi membuat sebagian besar siswa bersorak senang. Tak ketinggalan para perserta didik baru yang melakukan MOS.
"Lika, pulang sama gue kan?" Tanya Cecilia pada Alika disebelah kirinya. Sementara disebelah kanan ditempati Anna.
Dibelakang mereka ada Angga, Alka, Mark dan Yuta.
Sebenarnya keempat cowok itu sudah diteriaki Cecilia dan menuduh mereka pengintil. Namun Angga dengan santainya membalas kalau mereka tidak mengintil, hanya berjalan kearah parkiran yang berada tepat disamping pintu gerbang.
Jadilah Cecilia skak dan memilih diam tanpa menghiraukan keempat pemuda yang sebenarnya memang mengintil itu.
"Iya," Alika menjawab singkat.
"Lo Ann?" Cecilia beralih kepada Anna.
"Gue—"
"Ya sama gue lah." Angga menyambar cepat, sehingga Cecilia menatap sinis dirinya.
"Siapa lo mau nganter dia pulang?"
Langkah mereka diujung koridor terhenti saat sebuah suara bass nan berat mengintrupsi.
Mereka kemudian menatap seorang pemuda dihadapan mereka dengan heran. Pemuda itu sangat tinggi, kulitnya putih, matanya tajam dan garis wajahnya sangat tegas.
"Bang Kriss?" Anna berujar, membuat semua mata beralih memandangnya.
"Lo kenal?" Cecilia berbisik kepada Anna dan dibalas anggukan oleh gadis itu.
"Lo, pulang sama gue." Laki-laki bernama Kriss itu menatap Anna dengan tajam.
"Siapa lo?" Angga mengambil langkah maju. Melihat itu Anna sontak menahan lengannya.
"Elo yang siapa? Ngapain lo sok-sokan deketin adek gue?"
Angga tersedak. Matanya melotot kepada Kriss lalu beralih pada Anna.
Anna sendiri juga melongo heran.
Bahkan sampai Kriss menarik tangannya untuk berdiri disampingnya.
"Kita pulang." Setelah berucap demikian, Kriss menarik tangan Anna untuk pergi dari sana.
"Sejak kapan Anna punya abang? Bukannya dia cuma punya kakak cewek doang ya?" Kata Mark heran.
"Iya, tapi ganteng banget. Ah, ntar gue minta kenalin Anna ah!" Cecilia malah berseru senang.
"Kita harus minta penjelasan ke dia." Ujar Alika yang sejak tadi diam memperhatikan.
Cecilia mengangguk kuat, ia lalu menggandeng Alika untuk pergi dari sana.
"Mampus, cakapar lo yang sekarang udah kayak naga penjaga, bukan peri cantik lagi." Yuta menakut-nakuti dengan berbisik ditelinga Angga.
"Kayaknya lo harus berjuang lagi bro buat ngeluluhin hati. Lo udah dapet Anna, sekarang abangnya. Good luck." Mark menepuk bahu Angga prihatin.
"Tenang, kalo lo butuh bantuan, kita siap kok. Ya gak?" Yuta menaik-turunkan alisnya menatap Mark.
"Yoi, bantu doa tapi. Hahaha." Mark dan Yuta tertawa sembari bertos ria.
Hal itu membuat Angga mendengus kesal, "sialan." Umpatnya lalu berjalan duluan.
"Tungguin woi! Itu aja ngambek, bocah lo!" Teriak Yuta. Ia kemudian menatap Mark untuk memberi kode untuk mengikuti Angga.
Mark mengangguk dan menepuk singkat bahu Alka yang sedari tadi diam menatap kedepan. "Yuk." Ucapnya yang diangguki Alka, kemudian ketiganya berjalan menyusul Alka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...